LAPORAN
STUDY KASUS KENAKALAN REMAJA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
STUDY KASUS KENAKALAN REMAJA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Rifal
Nurkholiq
1103502
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2012
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan ridhonya penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Study Kasus Perilaku Remaja”. Yang
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.
Penulis menyadadari
bahwa dalam penulisan laporan yang sederhana ini tidak lupt dari bantuan
berbagai pihak. Saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ulfah selaku asisten dosen
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing, dan kepada semua
pihak yang telah membantu baik dalam bentuk materi maupun imaterinya.
Laporan ini merupakan
karya ilmiah yang banyak kekurangannya baik dalam segi penulisan,bahasa, serta
sistematikanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan-laporan berikutnya. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembacanya.
Bandung,
Desember 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pertumbuhan manusia
ada beberapa masa yang dilewati, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa
dan orang tua. Dari masing-masing proses ini tentunya ada ciri- cirinya
tersendiri yang secara alami melekat pada psikis, fisik dan perilakunya.
Demikian pula dengan masa remaja., masa remaja yang mempunyai usia antara 13
sampai 19 tahun ini sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses
kehidupan manusia. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran bagi para
orangtua. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling
menyenangkan dalam hidupnya. Sebagai remaja yang sedang mencari identiras diri,
mereka ini sering menjadi sasaran atau korban dari keadaan dan kondisi
lingkungan sekitarnya, di mana mereka bisa terkena dampak langsung dari situasi
yang sedang terjadi di sekitarnya. Permasalahan remaja makin hari semakin
komplek dan memprihatinkan. Apalagi di era globalisasi saat ini, remaja dapat
mengakses informasi tentang seksualitas secara bebas melalui tayangan yang ada
di media televisi, internet, cd dan lain sebagainya.
Seberapa jauh
perkembangan seorang individu dan bagaimana kualitas perkembangannya,
bergantung pada kualitas hereditas (keturunan/pembawaan) dan lingkungannya.
Lingkungan berarti keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi)
fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan siswa.
Lingkungan perkembangan siswa yang dimaksud yaitu menyangkut lingkungan
keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer group), dan masyarakat.
Menurut Santosa
(2004: 79) “Kelompok sebaya adalah kelompok anak sebaya yang sukses ketika
anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut
adalah hal yang menyenangkan saja”. Pengertian lain menurut Santosa bahwa
secara umum kelompok sebaya dapat diartikan sebagai sekumpulan orang
(sebaya/seumuran) yang mempunyai perasaan serta kesenangan yang relatif sama.
Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya
Fenomena ini sudah
sangat umum terlihat, walaupun sudah banyak cara dilakukan untuk menanggulangi
keadaan tersebut namun tetap tidak menghasilkan perubahan yang berarti.
Khususnya mengenai perilaku mabuk-mabukan, para remaja sangat menggemari
perilaku semacam ini karena alkohol menawarkan pelarian dari masalah dan
kebimbangan juga bisa untuk menenggelamkan penderitaannya dengan harapan dapat
menikmati surga imajinasinya. Beban yang dipikulnya akan terlupakan sejenak
dalam masa singkat ketika ia sedang mabuk. Tetapi perilaku ini sangat
mengandung resiko dan dampak negat ive yang berlipat ganda baik terhadap
dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Khususnya di daerah pedesaan
dampak ini mengakibatkan para remaja ini semakin di kucilkan dan mendapat
reputasi buruk di masyarakatnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku
menyimpang?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku menyimpang?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku menyimpang?
3. Apa saja dampak dari perilaku
menyimpang remaja?
4. Bagaimana pemecahan masalah remaja
berperilaku menyimpang?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud
perilaku menyimpang.
2. Faktor dominan apakah yang
menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang.
3. Untuk mengetahui dampak serta
tindakan yang berkaitan dengan perilaku menyimpang.
4. Mengetahui cara memecahkan masalah
perilaku menyimpang.
I.4 Metodelogi Penelitian
Wawancara yaitu suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu, prosesnya berupa tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Disebabkan karena
adanya kendala tenaga dan waktu, peneliti membatasi banyaknya subjek penelitian
disesuaikan dengan kemampuan peneliti yaitu satu orang remaja akhir 19 tahun
yang sedang mengecam pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun
prosesnya yaitu berupa tanya jawab langsung dengan responden.
I.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir
ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah,
permasalahan, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II ISI
Bab ini berisi kajian teoritis mengenai
teori-teori penyimpangan perilaku ramaja.
BAB III KEGIATAN STUDY KASUS
Bab ini berisi kegiatan studi kasus,
yang di dalamnya memuat tentang pelaksanaan analisis kasus yang menunjukkan
perilaku menyimpang. Di dalamnya memuat identitas kasus, Deskripsi Penyimpangan
Perilaku, faktor penyebab, inti masalah dan rencana bantuan yang akan diberikan.
BAB IV LANGKAH-LANGKAH BANTUAN
Bagian ini berisi analisis dari hasil
pengolahan data dan pembahasan mengenai model antrian pada persidangan
pelanggaran lalu lintas tertentu (tilang) di Pengadilan Negeri Semarang.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan beberapa
kesimpulan dari hasil penelitian.
BAB II
ISI
Landasan Teoritis
Pada dasarnya kenakalan remaja
menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono mengatakan remaja yang nakal
itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku
mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Dapat dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan
remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Kenakalan
remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari
nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan
konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur
baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti
telah menyimpang.
Singgih D.
Gumarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua
kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1)
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran
hukum
(2)
kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan
undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila
dilakukan orang dewasa.
Menurut
bentuknya, Sunarwiyati S membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ;
(1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit
(2)
kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai
mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
(3)
kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,
pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.
Tentang
normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan
dalam pemikiran Emile Durkheim bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules
of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal
karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku
dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam
masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat
pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang
dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja
meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang
gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung
begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang
tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para
pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan
kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya.
Kenakalan anak atau
remaja yang pada zaman yang semakin modern ini semakin mencemaskan dan menjurus
pada timbulnya kejahatan, yang sangat dikhawatirkan pada masa depan bangsa dan
Negara Indonesia kelak. Hal ini tentunya menjadi suatu permasalahan pokok, karena
anak atau remaja merupakan buah yang akan dipetik keberadaannya demi kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa depan nanti. kenakalan anak atau
remaja yang dilakukan dapat berupa kenakalan yang berkelompok. Hal ini dapat
diketahui dengan banyaknya jumlah pelaku kejahatan yang dilakukan oleh anak
atau remaja yang terjadi di dalam masyarakat.
Adapun beberapa teori-teori mengenai
perilaku menyimpang :
a. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi
a. Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi
1. Teori Labeling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling
yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan
“penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap
(labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan
itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
2. Teori Sosialisasi
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa
seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang
yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang menghayati
nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan perilaku
menyimpang? Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan
khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan
perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga.
Sebagai contoh, beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung
yang berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan
pola perilaku yang normal (wajar).
3. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
3. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini diciptakan oleh Edwin H.
Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan
sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses
alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang
mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori
pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari
oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para
penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan
melakukan peran menyimpang tersebut.
4. Teori Anomie
4. Teori Anomie
Konsep anomie di kembangkangkan oleh
seorang sosiologi dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan
sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu
masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling
bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai pedoman
mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya.
Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie
yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui
struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat menghasilkan perilaku
yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial
mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk
mencapai tujuan tersebut.
b.
Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi
Seorang tokoh psikolog asal
Australia yang terkenal dengan teori psikoanalisasinyabernama Sigmund Freud
(1856-1939) menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting,
yaitu berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
2. Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian.
3. Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan perimbangan.
1. Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
2. Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian.
3. Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan perimbangan.
c. Berdasarkan Sudut Pandang Biologi
Sheldon mengidentifikasikan tipe
tubuh menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai berikut :
1. Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)
2. Mesomorph (berotot dan atletis)
3. Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : “ Teori biologis mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor biologis merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku”.
1. Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)
2. Mesomorph (berotot dan atletis)
3. Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : “ Teori biologis mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor biologis merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku”.
d. Berdasarkan Sudut Pandang Kriminologi
1. Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut : a. Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie.
b. Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri untuk melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap sebagai penjahat.
BAB III
KEGIATAN STUDY KASUS
Saya
meneliti teman saya yang berdata sebagai berikut :
Inisial : FNW
Tempat/tanggal lahir : Garut, 14 Maret 1994
Tempat/tanggal lahir : Garut, 14 Maret 1994
Status : Mahasiswa Jurusan Manajemen, Universitas
Garut (UNIGA)
Perilaku menyimpang :
Mabuk-mabukan
Alamat :
Perum Bumi asri Blok C nomor 12, Desa Jayawaras, Kecamatan `Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
Perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh saudara FNW tidak terjadi begitu saja tanpa ada
sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui
suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan
interaksi interaksi sosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor saudara
FNW melakukan perilaku menyimpang antara lain yaitu :
1. Proses Belajar yang Menyimpang
Proses belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain
terutama dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah
berpengalaman dalam hal menyimpang. Pada saat FNW diwawancara oleh daya, dia
mengatakan dia terbawa oleh pergaulan teman-temannya sejak SMP. Awalnya dia
merasa aneh melihat teman-teman sekelasnya merokok pada usia SMP, diapun
tertarik untuk mendekati mereka. FNW merasa senang bisa bergaul dengan mereka
dan merasa bahwa bermain dengan teman-teman yang badung membuat hidupnya lebih
menyenangkan.
Lama
kelamaan teman-temannya tersebut mengajak FNW untuk belajar merokok. Tempat RH
belajar merokok adalah di lokasi permainan Ding-Dong di waktu pulang sekolah.
Awal RH belajar merokok kelas 2 SMP.
Pada
saat masuk ke SMA FNW kembali se sekeloh dengan teman-teman sepermainannya
tersebut. Lama kelamaan FNW diajak untuk mabuk-mabukan. Karena rasa penasaran
yang sangat besar FNW pun mengiyakan ajakan temannya. Pada saat itu dia diajak
unutuk meminum amer ( anggur merah) yang saat itu seharga 16.000/liter.
Seiring
berjalannya waktu mabuk-mabukan menjadi suatu kebiasaan pada saat ada teman
berulang tahun, sedang punya uang banyak, sedang bingung memikirkan tujuan main
ataupun dalam keadaan sedih.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa penyimpangan perilaku mabuk mabukan saudara FNW adalah
karena proses belajar dan imitasi yang menyimpang dari teman sebayanya.
2. Faktor peraturan.
Dalam beberapa
keadaan, penyebab kenakalan dan kekeraskepalaan FNW berasal dari peraturan yang
diberlakukan orang tua yang mempersulit keadaannya. Pemaksaan kehendak hanya
akan mendorong sang anak berani menentang atau melawan perintah orang tua.
Mencampuri urusan
anak dan membatasi
kebebasannya juga dapat memicu kenakalan anak. Memaksakan anak
untuk makan atau tidur serta mengenakan pakaian tertentu, terlebih dengan
menyertakan ancaman tertentu, merupakan faktor lain yang mendorong anak berbuat
nakal.
FNW
mengaku dari kecil dia sering diatur-atur untuk jangan terlalu banyak main,
jangan pulang terlalu malam, jangan bergaul dengan anak-anak nakal. Namun
semakin dia dibatasi semakin dia ingin menentang perintah orang tuanya.
Adapun rencana untuk membantu
merubah perilaku ramaja menyimpang tersebut :
1.
Metode
keteladanan
Metode
keteladanan merupakan salah satu metode yang paling tepat dalam menangani
masalah penyimpangan remaja, sebab dengan metode ini saudara FNW akan langsung
melihat dan mencontoh orang-orang yang berperilaku baik.
Dalam hal ini saya mencoba menjadi
orang teladan dengan berbicara sopan, rajin beribadah dan sopan santun
dihadadapan saudara FNW. Dengan hal itu semoga saja saudara FNW dapat merubah
perilakunya mencontoh saya.
2.
Metode
pembiasaan
Imam Ghazali
mengemukakan bahwa anak adalah amanat bagi orang tua. Hatinya yang bersih
adalah mutiara yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan berbuat baik, maka ia
akan berkembang menjadi baik, maka ia akan berkembang menjadi baik dan hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
Pembiasaan ini dapat dibentuk dengan
menanamkan tanggung jawab, mentaati aturan, toleran terhadap perbedaan pendapat
dan sebagainya.
Saya menyarankan kepada saudara FNW
untuk ikut dalam kegiatan-krgiatan kampus yang positif, edukatif dan normatif.
Dengan cara menunjukan kepada saudara RH bahwa kegiatan pembiasaan ini bukanlah
paksaan akan tetapi bersifat kegiatan yang menjadi kebutuhan dan juga
bermanfaat.
3.
Metode
Nasihat
Nasihat merupakan salah satu metode yang
memiliki pengarih besar dalam perkembangan remaja. Biasanya nasehat akan
efektif apabila disampaikan oleh orang yang dianggap penting (significant
person) yang disenangi oleh remaja. Karenanya saya mengajak salah satu teman
saya alumni pesantren Darul Arqom yang juga neman FNW bernama Irfan Iskandar untuk
menasehati saudara FNW . Semoga saja dengan nasehat yang diberikan Irfan
Iskandar dapat merubah perilaku menyimpang FNW menjadi lebih baik lagi.
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH BANTUAN
Untuk mencapai
hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk pelimpahan dan tindak
lanjut ini diperlukan untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan atas kemajuan
konseli nantinya, berhubungan dengan keterbatasan waktu maka penulis dalam
melaksanakan tugas mata kuliah studi kasus ini. Maka dalam kegiatan ini sangat
diharapkan peranan berbagai pihak orang tua siswa untuk memberikan perhatian
yang lebih intensif dan berkesinambungan kepada saudara FNW. Berhubung saudara
RH sudah lulus SMA pada tahun 2012, jadi sudah lepas dari tangung jawab guru BK
yang bersangkutan. Untuk itu penulis mengharapkan masing-masing kepada:
Teman-teman
dan orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan konselinya khususnya pada
saat konseli berada di lingkungan sekolah, mengamati lebih lanjut, perkembangan
kemajuan bukan hanya perhatian pada pelajaran tetapi juga pergaulan siswa yang
bersangkutan.
Teman-teman
dan orang tua membina hubungan kerja sama yang baik sehingga konselor akan
lebih mudah memperoleh informasi tentang konseli di rumah dan begitupun
sebaliknya. Teman teman FNW dapat memberikan informasi mengenai keadaan di
lingkungan bermain kepada orangutanya agar dapat mengetahui kondisi anaknya
pada saat berada di lingkungan sepermainannya.
Diharapkan
kepada orang tua agar lebih memperhatikan keadaan psikologis anaknya, dimana
ketika ada masalah antara kedua orangg tuanya supaya tidak di perlihatkan kepada
saudara FNW.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat saya simpulkan sebagai berikut :
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunyaari-hari.
5.2 Saran
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
Dari uraian diatas maka dapat saya simpulkan sebagai berikut :
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunyaari-hari.
5.2 Saran
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
a) Saran kepada Klien
º
Jangan merasa rendah diri tetapi harus merasa yakin terhadap diri
sendiri.
Menanamkan dalam diri tentang
pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Mengubah pola belajar, sebaiknya
belajar secara rutin setiap pulang sekolah dan malam harinya walau hanya
sebentar.
b) Saran kepada Orang Tua
º
Sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang lebih kepada klien,
terutama perkembangan belajar di rumah.
º
Hendaknya orang tua memberikan perhatian dengan porsi yang tepat tidak
hanya kebutuhan fisik saja akan tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menumbuhkan
rasa percaya diri anak.
º
Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan social anak dan jangan
terlalu memanjakan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. (2002).
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rinega Cipta.
Syamsudin
Makmun, Abin. (2005). Psikologi
Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
Tusuf, Syamsu.
(2000). Psikologi Kependidikan.
Bandung: Rosda Karya.
Juntika
Nurihsan, Achmad. (2011). Dinamika
Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan dan Bimbingan.
Bandung: Refika Aditama
LAMPIRAN-LAMPIRAN
No
|
Uraian
Kegiatan
|
Desember
minggu ke 3
|
Desember
minggu ke 4
|
1.
|
Menyusun BAB I
|
ü
|
|
2.
|
Mengumpulkan
data (wawancara)
|
ü
|
|
3.
|
Penyusunan BAB
II, III, IV
|
|
ü
|
No comments:
Post a Comment