10/08/2012

Makalah Karakteristik Presiden Indonesia



BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang memiliki sejarah cukup panjang sebelum menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun masih jauh lebih muda jika di bandingkan dengan negara kekaisaran seperti China atau Jepang dan kerajaan Inggris yang telah mencapai peradaban sekitar 500 bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, suku bangsa, etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Perkembangan Masyarakat Indonesia yang akan membahas mengenai sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin yang pernah atau sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia serta membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Presiden pertama sekaligus Bapak proklamator Indonesia adalah Ir. Soekarno atau lebih di kenal sebagai “Bung Karno” yang memimpin Indonesia sejak 1945-1966 yang kemudian di gantikan oleh Soeharto yang berkasa di Indonesia selama kurang lebih 32 tahun (1966-1998). Setelah berakhirnya rezim Soeharto, Indonesia di pimpin oleh B.J. Habibie yang memerintah kurang dari 1 tahun dan di gantikan kepemimpinannya oleh presiden Abdurrahman Wahid yang kemudian juga di gantikan oleh Megawati Soekarnoputri yang merupakan presiden wanita pertama di Indonesia hingga kini kepemimpinan di pegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang menjalani masa kepemimpinan periode kedua.
Dalam makalah ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukn hanya sisi politik seorang presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Selain itu, kami juga mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia yang tidak akan lepas dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, penulis mengambil rumusan masalah yang akan di bahas berupa:
·         Siapa sajakah presiden yang pernah memimpin Indonesia?
·         Bagaimana sifat dan karakteristik para presiden di Indonesia?
·         Bagaimana metode memimpin presiden di Indonesia?
·         Adakah sisi-sisi manusiawi atau humanisasi yang dimiliki oleh para presiden?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk:
·         Untuk mengetahui  siapa saja presiden yang pernah memipin Indonesia
·         Untuk mengetahui sifat dan karakteristik presiden di Indonesia
·         Untuk mengetahui metode-metode memimpin presiden di Indonesia
·         Untuk mengetahui ada atau tidaknya sisi manusiawi dari seorang presiden
1.4 Sistematika  Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini kami buat dengan terdiri dari tiga bab. Bab pertama membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua berupa  pembahasan yang mencakup siapa saja presiden yang pernah memimpin Indonesia mulai dari Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono dengan sisi manusiawi dari masing-masing presiden.sedangkan Bab tiga berisi kesimpulan, kritik dan saran











BAB II PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa dan getnis di dalamnya. Untuk menyatukan keberagaman tersebut, indonesia membutuhkan sosok seorang pemimpin yang mapu mengorganisasikan negara dan menyejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya, indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini mengalami banyak restrukturisasi, terutama dalam bidang politik. Selama 66 tahun berdirinya, indonesia mengalami 6 kali pergantian pemimpin.
Presiden yang pernah menjabat di indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Soekarno
2.      Soeharto
3.      BJ Habibie
4.      Megawati Soekarno Putri
5.      Abdurrahman Wahid
6.      Susilo Bambang Yudhoyono
Tak dapat di pungkiri, setiap pergantian presiden menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berbeda pula. Hal ini memang cukup wajar, karena setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda dalam mencapai kesejahteraan (dalam hal ini kesejahteraan rakyat). Pelaksanaan kebijakan ini pun tak pernah lepas dari adanya kontroversi, pro dan kontra yang selalu membumbui, bukan hanya dalam pelaksanaannya tapi juga dalam pembuatannya.
2.1 Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.
Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur,  Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,  Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat,  beliau menunjukkan kemurtadan Belanda. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan
Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Bung karno sebagai pemimpin dari sebuah negara yang baru berdiri tidak pernah lepas dari sorotan publik. Kehidupan politik, asmara dan keluarganya senantiasa menjadi perhatian. Layaknya manusia biasa bung karno memiliki sifat humanisasi. Berikut di antaranya:
·         Beliau adalah sosok yang mudah tertarik dan menarik perhatian wanita, seperti kehidupan asmaranya dengan beberapa wanita seperti pernikahannya dengan Fatmawati, Hartini dan Ratna Sari Dewi, siti Oetari, Inggit Garnasih, Yurike Sanger, Kartini Manoppo, Haryati dan Heldy Djafar.
“aku menyukai gadis-gadis yang menarik di sekelililngku, karena gadis-gadis ini bagiku tidak ubahnya seperti kembang yangg sedang mekar dan aku senang memandangi kembang.” Yang di tulis dalam buku biografi Soekarno karya Cindy Adams yang berjudul Soekarno Penjambung Lidah Rakyat Indonesia (1966) (Susilo, 2008:188).
·         Dalam kepemimpinannya presiden Indonesia yang pertama ini di sebut sebagai orator ulung yang mampu menggetarkan semangat siapapun yang mendengarnya. (Susilo, 2008:180).
·         Soekarno di kenal sebagai orang yang sangat tegas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Terlihat dalam keberaniannya pada aksi “Ganyang Malaysia” yang saat itu di anggap melecehkan Indonesia.
·         Soekarno merupakan sosok yang di kenal Bijaksana dan berkepala dingin. Julius Pour (1995:144) menceritakan pengalaman Mangil Maartowirdjojo sebagai penjaga pribadi  presiden bagaimana Soekarno berhasil memadamkan situasi genting yang terjadi saat rakyat Indonesia menginginkan perlawanan terhadap Jepang sebulan dua hari setelah proklamasi kemerdekaan.
·         Soekarno merupakan orang yang sangat percaya diri dan tidak mau kalah dari orang lain. Jules Archales (2004:220) memperkirakan alasan utama sifat Soekarno ini adalah karena harapan besar dari sang ibu yang meyakini bahwa putranya telah memberikan tanda nasibnya sendiri sebagai manusia yang mulia dan pemimpin besar dari rakyatnya. Selain itu, Soekarno pun merasa dilecehkan oleh anak-anak Belanda yang melecehkan kulit gelap pribuminya. Sehingga dia berkembang menjadi sosok yang superior dan ambisius (Julius Archales:2004).
2.2            Soeharto
Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar. Usaha untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008.
Dari uraian di atas mengenai kehidupan serta biografi presiden Soeharto, berikut ini kesimpulan sisi humanis yang di miliki oleh beliau:
·         Soeharto di kenal sebagai “the Smiling General” atau jendral yang tersenyum karena raut wajahnya yang memang tampak senantiasa tersenyum di mata kawan maupun lawan politiknya dan di dalam ataupun di luar negeri.
·         Senyumnya yang terkesan berwibawa membuat dirinya disegani dan di kenal sebagai sosok yang ramah dan berwibawa.
·         Pak harto sebenarnya merupakan sosok yang tegas namun tetap halus. Beliaulah yang telah membangun negara Indonesia dan sempat menjadikan Indonesia sebagai negara yang cukup di segani di mata dunia.
·         Pak Harto merupakan pribadi yang sederhana, makanan favorit beliau adalah tempe, tahu, krupuk dan makanan lain yang “merakyat” (Sulastomo, 2001:26)
·         Sebelum tanggal 21 Mei 1998, sebenarnya pak Harto sudah memutuskan untuk mundur dari kursi presiden, hanya saja para menteri dan kader-kadernya masih tidak ingin mengundurkan diri dari kursi yang telah mereka duduki sejak lama.
Sulastomo dalam buku Lengser Keprabon menulis:
 “Mendengar cerita seperti itu, saya mengatakan, sayang pak Habibie bukan “orang jawa”. Jawaban seperti itu, saya pastikan tidak di harapkan oleh Pak Harto. Mestinya, jawaban pak Habibie adalah kalau Bapak berhenti, saya pun harus berhenti. Itulah norma kesatriaan, yang begitu kental di ajarkan oleh dalam falsafah Jawa. Begitu dugaan saya sebagai “orang jawa”. Dan itulah sebenarnya norma yang wajar, dimana saja, bahwa kalau seorang Kepala Negara berhenti, maka seluruh menteri/pembantu Kepala Negara itu juga harus berhenti. Sehingga nilai seperti itu adalah sebuah nilai yang universal” (Sulastomo, 2001:11)

2.3            BJ Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca orde baru setelah memperoleh kekuasaan, Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Salah satu kesalahan terbesar adalah B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik  saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Sisi humanis yang di miliki oleh B.J. Habibie, di antaranya adalah:
·         Beliau merupakan seorang ilmuwan yang sangat jenius, sehingga jika ada penulis yang menulis mengenai dirinya dalam sebuah buku berjudul “kecil tapi otak semua” memang merupakan refleksi dari diri presiden yang satu ini.
·         Habibi di kenal sebagai sosok yang sabar, setia dan sangat menyayangi keluarga. Dalam salah satu bukunya, Habibie menjelaskan bagaimana beliau dengan sabar dan setia menjaga dan merawat sang istri tercinta yang sedang sakit (Habibie:2010)
·         Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat akrab dengan wartawan (Malaka, 2011:33)
·         Dari tindakannya yang dengan sangat berani mengadakan referendum demi rakyat Timor-timur, tersirat bahwa beliau adalah orang yang peka dan mengambil keputusan menggunakan nurani.
2.4            Abdurrahman Wahid
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) , ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.
Reformasi Wahid membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.
Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990 di bentuklah  Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie . Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilihan umum legislatif 1992.
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Namun, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Juli 1997 merupakan awal dari Krisis Finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkena stroke pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.
Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim.  Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK).  Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Dari uraian di atas, dapat  terlihat bahwa Gusdur adalah sosok yang humanis, ceplas-ceplos, sederhana dan apa adanya. Di samping itu, beliau yang merupakan salah satu tokoh agama di Indonesia, juga di kenal sebagai salah satu presiden yang kontroversial dan memiliki pemikiran yang cenderung “berbeda” di bandingkan pemikiran rasional presiden-presiden sebelum ataupun setelahnya.
2.5. Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001-20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap kedua pemilu presiden 2004.
Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu di mana Sukarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.
Karier politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.
Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karier politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro. Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa aktivis mendekam di penjara. Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega. Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang". Mega sendiri memilih golput saat itu. Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi. Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara. Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI. Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% - 60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya.
2.6 Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo. Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah.  Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.
Sedangkan  langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid dan kemudian Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.
Pada tanggal 20 Oktober 2009, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono kembali di lantik sebagai Presiden RI untuk periode 2009-2014, setelah bersama pasangannya Prof. Dr. Boediono memenangkan Pemilihan Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu putaran langsung dengan memperoleh 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.
Pada beberapa tahun terakhir, Presiden Yudhoyono juga berperan aktif dalam berbagai forum internasional, termasuk dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Sejak pelaksanaan Konferensi Bali mengenai Perubahan Iklim di tahun 2007, yang menghasilkan Bali Road Map, hingga pertemuan sejenis di Kopenhagen yang menghasilkan Copenhagen Accord,Presiden Yudhoyono selalu memberikan kontribusi nyata. Presiden Yudhoyono juga memprakarsai terbentuknya Coral Triangle Initiative,yang merupakan upaya kerjasama antara Indonesia, Malaysia, Philipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Brunei Darussalam, dalam melindungi keanekaragaman sumber daya hayati lautan di wilayah ini, serta terbentuknya Forest - 11 (F-11), kelompok negara-negara pemilik hutan tropis di dunia. Atas berbagai upaya tersebut, pada pembukaan The 11th Special Session of The Governing Council/Global Ministerial Enviromental Forum pada bulan Februari 2010 lalu di Bali, Presiden Yudhoyono mendapatkan penghargaan UNEP Award Leadership in Marine and Ocean Management.
Berikut ini kami paparkan beberapa sisi humanis seorang SBY:
·         Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.
·         Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat.
·         Presiden SBY merupakan sosok yang tegas karena darah militer yang mengalir dalam tubuhnya, selain tegas beliaupun memiliki karakter lembut dan penuh pemikiran.
·         Di mata para sahabat dan rekan bawahannya, SBY di kenal sebagai orang yang penyayang dan tidak segan untuk membela anak buahnya. (Djalal, 2008:226-227)
·         Beliau juga di kenal sebagai sosok yang mampu mengubah krisis menjadi peluang (Djalal, 2008:63), peka terhadap situasi dan pribadi yang tepat waktu (Djalal, 2008:390)



























BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa dan getnis di dalamnya. Untuk menyatukan keberagaman tersebut, indonesia membutuhkan sosok seorang pemimpin yang mapu mengorganisasikan negara dan menyejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya, indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini mengalami banyak restrukturisasi, terutama dalam bidang politik. Selama 66 tahun berdirinya, indonesia mengalami 6 kali pergantian pemimpin.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Bung karno sebagai pemimpin dari sebuah negara yang baru berdiri tidak pernah lepas dari sorotan publik. Kehidupan politik, asmara dan keluarganya senantiasa menjadi perhatian. Layaknya manusia biasa bung karno memiliki sifat humanisasi. Seperti Beliau adalah sosok yang mudah tertarik dan menarik perhatian wanita,  Dalam kepemimpinannya presiden Indonesia yang pertama ini di sebut sebagai orator ulung yang mampu menggetarkan semangat siapapun yang mendengarnya. Soekarno di kenal sebagai orang yang sangat tegas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Terlihat dalam keberaniannya pada aksi “Ganyang Malaysia” yang saat itu di anggap melecehkan Indonesia. Soekarno merupakan sosok yang di kenal Bijaksana dan berkepala dingin. Soekarno merupakan orang yang sangat percaya diri dan tidak mau kalah dari orang lain.
Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, Beliau merupakan seorang ilmuwan yang sangat jenius, sehingga jika ada penulis yang menulis mengenai dirinya dalam sebuah buku berjudul “kecil tapi otak semua” memang merupakan refleksi dari diri presiden yang satu ini. Habibi di kenal sebagai sosok yang sabar, setia dan sangat menyayangi keluarga. Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat akrab dengan wartawan,  Dari tindakannya yang dengan sangat berani mengadakan referendum demi rakyat Timor-timur, tersirat bahwa beliau adalah orang yang peka dan mengambil keputusan menggunakan nurani.
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) , ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".
Megawati Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001-20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.
Karier politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel , Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat, Presiden SBY merupakan sosok yang tegas karena darah militer yang mengalir dalam tubuhnya, selain tegas beliaupun memiliki karakter lembut dan penuh pemikiran, Di mata para sahabat dan rekan bawahannya, SBY di kenal sebagai orang yang penyayang dan tidak segan untuk membela anak buahnya. Beliau juga di kenal sebagai sosok yang mampu mengubah krisis menjadi peluang peka terhadap situasi dan pribadi yang tepat waktu.

Daftar Pustaka
·         Archales, Jules.(2004). Kisah para diktator:Biografi politik para penguasa fasis, komunis, Despotis dan Tiran di terjemahkan oleh Dimyati AS. Narasi:Yogyakarta
·         Djalal, Dino Patti. (2008). Harus Bisa:seni memimpin a la SBY Catatan Harian Dr. Dino Pati Djalal. Jakarta:Red&white publishing
·         Garda Maeswara, (2009), Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono. Narasi:jakarta
·         Gautama, Sidarta. (2000). Megawati Soekarnoputri:Harapan dan Tantangan di kursi Wapres R.I. Jakarta:Rineka Cipta
·         Indrayana,  Deni.( 2011). Indonesia Optimis. Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer
·         Pour, Julius.(1995). Pengalaman dan kesaksian sejak proklamasi sampai orde baru. PT Grasindo:Jakarta
·         Sulastomo,  (2008).  Lengser Keprabon:perjalanan terakhir Jend. Besar (purn). H.M. Soeharto. Jakarta:Rajawali pers
·         Susilo, Taufik Adi. (2008). Soekarno:Biografi Singkat 1901-1970. Jogjakarta:Garasi
·         Wahid, Abdurrahman. (1999). Gus dur:menjawab perubahan zaman. Jakarta:Kompas
·         http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/06/biografi-presiden-susilo-bambang_10.html di akses tanggal 5 November 2011
·         http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=sby di akses tanggal 7 November 2011
·         http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/Susilo_Bambang_Yudhoyono di akses tanggal 8 November 2011