8/04/2015

Creepypasta bahasa 'Scary neighbour'



Hai Aku Debora aku berusia 15
tahun, tetanggaku memanggilku
Debbie. Tapi tidak dengan Frank dia adalah tetangga baru yang pindah tepat di depan rumah rumahku beberapa bulan lalu, dia memanggil ku dengan sebutan Bori hal itu sangat menjengkelkan buat ku.. wajahnya cukup baik bagi sebagian tetangga dan orang tua yang mengenalnya , tapi tidak bagi ku .. aku mempunyai pengalaman buruk tentang pria tua itu karena aku nyaris kehilangan nyawa ketika berhadapan dengan nya , sebelum akhirnya dia tewas di tangan ku sendiri .. baiklah akan aku ceritakan kisah tentang Frank si Pedofil.

Frank berusia 58 tahun ternyata
mengidap Penyakit Pedofilia, 
awalnya aku tak curiga karena selama ini dia bersikap baik kepada tetangga yang lain , tapi akhirnya aku curiga padanya karna pernah suatu malam aku mendengar dia keluar dari mobil
membawa bungkusan besar dan di
seret ke dalam bagasinya. Hmmm
dan itu pukul 3 pagi.. aku tak
sengaja bangun karena sakit perut
dan aku melihat cahaya Mobil dari
rumah Frank . Ku amati bungkusan tersebut , menggeliat .. seperti sesuatu yang hidup terbungkus di dalamnya. Aku pun terkejut setengah mati , seonggok rambut pirang keluar dari kantong plastik itu ,, aku menjadi ketakutan ,
apakah itu seseorang ?? tapi aku jelas melihat itu rambut .. bukan kain.. aku pun langsung kembali tidur .. dan mencoba melupakan kejadian malam itu .

Keesokan harinya polisi berdatangan ke sekitar kompleks perumahan , mereka menemukan mayat bocah perempuan berusia sekitar 7 tahun tanpa jari tangan dan kaki , serta bibirnya di jahit , rambut pirangnya berubah menjadi merah karena brlumuran darah dari kepalanya yang di bor dan sungguh pemandangan mengerikan itu membuat ku teringat akan apa yang ku lihat semalam , apakah anak ini yang ku lihat semalam ? pertanyaan itu terus membayangi ku ...

Akhirnya aku memutuskan untuk
menyelidiki Frank , ku ajak Pacarku
Frad untuk membantuku mengintai
Frank di malam hari , karena kebetulan rumah Frad bersebelahan dengan rumah Frank.

Malam itu juga kami meyusup ke basement rumah Frank, karena sebelumnya rumah itu adalah milik bibi Frad yang kemudian di jual kepada Frank . Kami melalui jalan rahasia buatan fred dan pamannya dulu ,semoga saja frank tidak tahu lorong rahasia itu. Tak sampai 5 menit kami tiba tepat di basement Frank , ternyata jalan rahasia itu tepat di belakang sebuah lukisan tua kusam yang ada
di basment frank. Terlihat basement ini sangat suram dengan
pencahayaan 5 watt saja tapi aku
bisa melihat isi nya , banyak sekali
perkakas yang aneh di dalam
basement seprti gergaji tulang , alat
suntik , dan peralatan untuk tukang
kayu tercampur aduk dalam sebuah peti , apa yang dia lakukan dengan semua ini tanyaku ... Tiba tiba, tap... tap .. tap ... suara langkah kaki terdengar aku dan Frad segera bersembunyi di balik lukisan tempat kami keluar tadi.

Ternyata itu suara Frank , dia
menyeret sebuah gulungan matras , lalu menaruhnya di atas meja perkakas nya , setalah gulungan itu di buka,
oh sial.. aku merasa ingin muntah
di dpan Frad , bahkan Frad pun
mnjadi pucat melihat apa yang Frank bawa .. sungguh mengerikan
seonggok kulit anak kecil penuh
jahitan bahkan aku tak melihat ada
tulang atau pun daging , aku rasa dia telah menguliti sesorang ,, Frank Pun mengambil sesuatu di bawah meja , dan ternyata itu adalah jari jemari anak perempuan yang tewas kemarin .. dengan nada pelan ia berkata,
" sungguh indah jari jemari ini .. "
Lalu perlahan jari jari itu dia sambungkan dngan kulit yang teronggok ...





"Indah sekali , kau cantik Annabelle ,, nanti aku kan mencarikan mu rambut yang indah , mau rambut apa ..hitam ? pirang .. merah , atau coklat ?? aku kan melakukannya untuk mu, karena kau gadis paling manis yang pernah kulihat..." Frank menyeringai jahat sambil terus
menjahit jari jemari ke kulit tersebut.

Hal itu membuatku terpaku bersama frad di balik lukisan ,, tak sanggup melihat hal mengerikan itu aku dan frad memutuskan untuk pulang dan menceritakannya kepada Polisi
terdekat namun mereka hanya tertawa , mengira aku hanya bermimpi buruk .. 

Akhirnya aku pulang bersama frad dengan perasaan kesal karena polisi tidak mempercayai kami.
Karena kejadian tersebut aku dan Frad sering di hantui mimpi buruk tentang pembunuhan sadis yang di lakukan Pedofil gila itu itu , itu pun berdampak buruk bagi Frad, dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi keluar kota guna menenagkan diri , bahkan dia tak sempat menelpon ku untuk
mengucapkan selamat berpisah.
Sangat mengecewakan , namun kini
hanya aku yang tersisa dan akhirnya aku putuskan untuk mengintai Frank seorang diri.

Beberapa hari ini nampak tak ada
aktifitas mencurigakan dari seberang rumah. Tampak sepi dan yang ada hanya kegiatan Frank meyiram bunga sambil melambai lambai pada orang tuaku , namun mengingat ada mayat dalam rumah itu membuat suasana
malam tampak mencekam.

Selama berminggu minggu aku
mengintai nya namun tak ada yg
dapat membuat ku menunjukan siapa dia sebenarnya .. bahkan orang tua ku sendiri. Tak terasa malam ini adalah malam halloween semua tetangga menghias rumah meraka menjadi seseram mungkin , tak terkecuali frank , hiasan rumahnya nampak normal bagi orang lain namun bagi ku penuh kepalsuan , di balik itu ada kengerian sesungguhnya ...

' Drrtttt , drtttt , drrtttt ' bel rumah ku berbunyi , aku pun segera membuka pintu .

"Trick or tread Bori,,," Frank
berteriak , membawa pisau danging
besar berlumuran darah, sontak aku kaget bukan main lalu berteriak, " arggg mama ,,, tolong pria gila ini ingin membunuh ku!!!" Aku berlari ke dalam sembari ketakutan , ibu ku pun kaget setengah mati mengira aku benar benar dalam bahaya,
"ada apa Deb ?? ''
" ya ampun Mr. Frank .. ayo masuk ,, maaf kelakuan anakku , mungkin dia habis menonton film horror jadi dia sangat kaget melihat anda seperti ini." kata ibuku , dan aku masih bersembunyi di balik sofa.

" Tak apa Nyonya , banyak anak anak yang seperti itu , oh ya bilang pada Bori bahwa pisau ini tak berbahaya hanya perlengkapan syuting dan ini adalah darah dari ayam yang kemarin aku potong dan aku kumpulkan , mengingat malam ini halloween."

Mendengar hal itu ibuku hanya
tertawa , lalu mereka mulai mengobrol di teras rumah , aku hanya bisa mendesis kesal kepada ibuku sendiri dan kemudian aku masuk ke kamar untuk menghilangkan stress ku. 

Tak terasa sudah jam 12 malam , suasana sangat hening aku pikir Frank sudah pulang , aku pun turun untuk menemui ibuku , tapi dia menghilang , nampak tak ada 1 pun orang dirumah , aku menelpon ayah namun kata orang kantor dia sudah pulang dari tadi , aku pun jadi cemas,

"Ibu apa jangan jangan FRank
mebunuhnya ?? oh tidak... tidak , apa yang aku pikirkan," aku mulai merasa khawatir.
Tap tap tap tap ... suara aneh muncul dari dapur , ternyata itu microwave ku berbunyi. Aku pun segera ke dapur untuk mematikannya, namun hal mengerikan terjadi! Ketika aku membuka microwive itu oh my god ,, terdapat sebuah potongan
tangan , tapi yang paling mengerikan itu adalah tangan ibuku , aku tahu dari cincin kawinnya terpasang indah di
jari manisnya! Sontak aku shock , bingung , serta merasa sakit .. aku pun terjatuh menyandung sesuatu ,, MAYAT ibuku sendiri , dia tewas ditangan Frank , dia menggorok leher ibuku lalu
memotong tangannya dan memasukannya ke microwave!!!!

Sungguh rasanya seperti sedang
sekarat ..
"Bori .. dimana kau Bori sayang " ??
itu suara frank , aku langsung berusaha sembunyi darinya .. aku masuk ke dalam lemari jaket.
Srett , srett ..
Suara seperti dia menyeret sesuatu .. aku pun memberanikan diri untuk mengintip ,dari lubang kunci,
sret sreeeet ,, sreet ..
ASTAGA , menjijik kan sungguh tak dapat di bayangkan Frank menyeret kaki ayah ku ,, aku pun mulai menangis melihat orang tua ku tewas di bantai olehnya ...

" Bori , Bori ,, oh bori , kamu di mana sayang .. orang tuamu sudah mati , aku akan jadi ayah mu hahhahaha, aku sangat menyayangi mu ,, Borii ,, keluarlah jangan sembunyi ,, "

Perkataan itu membuat ku muak , tak dapat lagi aku menahan rasa
amarahku .. akhrinya aku nekat ..
Ku tunggu dia pergi mencariku , aku pun keluar dari lemari , lalu ke dapur dan mengambil sebilah pisau tajam. Tak ku pedulikan lagi mayat ibuku, sepertinya aku mulai menggila!
"Frank ,, Aku di siini kemarilah apa
kau ingin jadi ayahku ?' oh Frank ,
kemarilah ,, ini aku Bori mu!!!" teriak ku padanya.

"Di situ kau rupanya Boriku , ayo sini peluk ayah barumu..." katanya tertawa gila ..
Aku pun mendekat dan memeluknya .. dalam dekapannya, sepertinya dia sangat menginginkan aku menjadi korbannya. Namun tidak kali ini,
pisau yg kusembunyikan di balik baju ku , aku tancapkan ke kepalanya menembus matanya , ia pun berteriak kesakitan , tanpa ampun aku mendorongnya dari tangga hingga ia terkapar di lantai ,
aku pun mengejar nya lalu mencabut pisau itu dari matanya dan menusuknya bertubi tubi di perutnya , aku tak peduli seberapa banyak darah berhamburan di wajah ku namun takkan ku biarkan dia hidup! Tanpa ampun aku menusuk wajahnya , tak peduli dia sudah tewas ,, sepertinya aku mulai menggila , memang , aku
sudah gila ,, tanpa sadar aku
memutilasinya!

Lelah ,, tak sadar ,, aku depresi
dengan semua kejadian ini ,, aku pun menyalakan gas , menyiram
tubuh Frank yang berceceran dengan bensin dari mobil ayah , dan membakarnya. Lalu aku berjalan perlahan keluar rumah , menunggu sesuatu terjadi , dengan berlumuran darah .. aku berjalan entah kemana.

Duarrr.. suara ledakan terdegar dari rumahku yang terbakar hebat .. , aku pun Pingsan dan di temukan oleh warga sekitar ..
Ketika sadar , aku pun langsung
berbicara bahwa akulah yang
membunuh orang tuaku bahkan
frank ,, mereka menganggapku
psikopat lalu memasukan ku dalam
RSJ , padahal aku tidak gila.
Bahkan dalam RSJ ini aku bisa menulis semua yang terjadi...

"Hahahahah , apakah kalian percaya aku gila???!..."

END 
OS by : Pely Rinaldi

Creepypasta bahasa 'my account'



cr-creepypasta.com & Star Kindler

translated by kevin




Sebuah buku catatan lusuh, aku bahkan tidak begitu yakin mengapa aku mengambilnya. tergeletak begitu saja di pinggir dermaga, seolah menatapku saat aku turun dari ferry. warna merah mencoloknya telah mulai memudar oleh air dan cahaya matahari ketika aku memungutnya dari tanah, setengah berfikir bahwa aku akan segera membuangnya. aku hanya tak nyaman melihat sampah berserak begitu saja, entah itu milikku atau bukan. saat aku berjalan menuju tempat pembuangan, kusadari selembar halaman jatuh dari dalamnya.




aku membaliknya, paragraf-paragraf penuh bertuliskan cakar ayam segera kulihat, awalnya ditulis dengan stabil dan rapi, tetapi lama kelamaan makin tidak teratur dan memuncak pada coretan yang mencerminkan sebuah teriakan. dua kata;

'Hentikan Aku'




aku kembali berjalan menuju kotak sampah, sedikit bingung. siapapun yang menggunakan buku ini terakhir kali mungkin akan mencarinya atau melakukan entah apa yang ia jabarkan dengan kata terakhir. aku berfikir sejenak, "hentikan aku ?" mungkinkah ia sedang berputus asa dan berniat bunuh diri ? atau mungkin sebuah tindakan mengerikan lainnya ? semua pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatku begitu penasaran.




rintik hujan mulai membasahi rambutku, aku mendongak menatap langit yang mengelabu dan menghela nafas, aku telah berencana menghabiskan malam di Boston. tapi dengan cuaca seperti ini, pulang kembali ke Essex County sepertinya merupakan pilihan terakhir. lagipula aku punya sebuah buku untuk dibaca.




duapuluh menit kemudian sampailah aku pada rumah mungil sewaanku, kurebahkan diri diatas sofa dengan secangkir teh hangat dan selimut tebal membalut tubuhku yang sedikit menggigil. kubolak-balik halamannya dan mulai membaca..




'musik yang sungguh paling menggangguku' mulainya.




'musik aneh yang menggaung lembut diudara, tidak, itu terdengar sangat-sangat nyata. tak ada seorangpun yang mendengarnya selain diriku. lengkingan terompet menelanku. untaian senar yang dipetik nyaring. kemudian tabuhan genderang berdebum. mereka tidak bermain layaknya orkestra, semua terdengar sebagai satu. aku tidak - '




terdapat coretan-coretan lain setelahnya, aku membuka halaman berikutnya dan berhenti sesaat. kurasa aku mendengar sesuatu... semacam lantunan lagu atau sejenisnya. aku meletakkan buku ditanganku diatas meja dan beranjak menuju dapur hanya untuk memeriksa radioku yang tidak menyala. aku mengintip lewat jendela, langit telah semakin menghitam. rintik-rintik hujan berubah menjadi guyuran lebat, menderak jendela dan atap rumahku. aku senang karena memutuskan untuk tetap tinggal, aku tidak bisa membayangkan diriku terjebak di cuaca buruk seperti ini diluar sana.




aku duduk di sofa dan mulai membaca kembali..




'ia tidaklah penting. musik hanya sebuah gejala ! kau harus mengerti ! ini barulah permulaan !'




aku berbaring dan mengusap mataku, mulai meragukan pentingnya bacaanku ini. tapi aku tak punya hal lain yang lebih menarik untuk dilakukan.




'kau harus mewaspadaiNya, keadaan tak lagi nyaman setelah ini, aku menghentikan wanita itu dan kukira semua telah berakhir. tapi keadaan hanya semakin bertambah buruk. kini aku tahu, kini aku mengerti'




ada semacam sketsa di pinggir kertas, lingkaran besar dengan garis-garis berkelok di sekelilingnya. sulur mungkin ? dengan sebuah anak panah menunjuk kearahnya dan kalimat 'Dia Memanggil' tertulis dibawah yang tampak mulai mengabur.




Aku memperhatikan bagian tersebut dan lagi, lantunan musik aneh mengalun di batas pendengaranku, bunyi terompet... tapi lebih terdengar seperti biola.




aku bangkit dari dudukku dan melihat kesekitar, tak ada apapun di ruangan kecil ini selain TV dan DVD serta kursi kosong disebelahku. aku melirik buku dalam genggamanku dengan bimbang, kurasa isinya sedikit banyak mulai mempengaruhiku. mungkin sebaiknya aku berhenti membacanya.

aku menjatuhkannya kebawah dan tanpa sengaja membuka halaman yang lain, hurufnya kini lebih berantakan dan aku tahu aku telah sampai pada bagian terakhir.




'aku tak bisa berhenti sekarang, aku sungguh ingin tapi tak bisa. sama halnya dengan wanita itu. di sungai tengah malam 09-20-20**'




aku menyernyitkan dahi, itu tepat malam ini.




'Dia memanggil, Dia memanggil dan aku tak mampu berhenti'




beberapa halaman berikutnya kosong, sampai pada kata-kata terakhir...




'Hentikan Aku'




sebuah ketukan di pintu depanku membuatku sedikit melonjak kaget dari sofa, aku mengerjapkan mata, ketukan itu terdengar lagi dan semakin bertambah keras, membawaku kembali pada kenyataan. aku berjalan dan membuka pintu. seorang lelaki berpayung hitam besar berdiri di hadapanku, menatapku tajam tanpa berkedip.




"hello" dia bilang, dengan nada seramah mungkin dan hanya membuatku semakin was-was.

"apa benar kau Howard Phillips ?"




"ya... benar" jawabku, masih memegangi gagang pintu.

"siapa kau ?" aku takut aku sedikit berlaku tidak sopan, namun tampaknya pria ini tidak menghiraukannya.




"aku Professor Wilmarth dari Miskatonic University"




"Miska... apa ?" tanyaku ragu.




"itu tidak penting sekarang, kudengar kau menemukan sesuatu milikku dari dermaga, kau tahu, buku catatan kecil bersampul merah ? seorang pria dari dermaga melihatmu mengambilnya dan memberiku alamat rumahmu"




aku menghela nafas lega, itu mungkin August. ia salah satu temanku yang bekerja di dermaga.

"oh ya, aku tak sengaja menemukannya" jawabku.

"kau yang menulis kalimat-kalimat aneh disana ?"




"bukan" dia bilang. "tapi seorang... well seseorang yang ingin kutolong menulisnya, aku akan menggunakannya untuk menemukannya.."




"hanya ada sesuatu tentang musik, sungai, dan hal-hal aneh lain disana" kataku "aku tidak melihat sesuatu yang mungkin bisa membantu..."




"kau membacanya ?" dia bertanya. memandangku tajam.




"umm... ya, tapi aku tidak bermaksud.." jawabku sedikit gagap.

"baiklah aku akan mengambil bukunya agar kau bisa melanjutkan perjalanan"




"apa yang dia singgung mengenai sungai ?" tanyanya saat aku hendak berbalik. "beritahu aku"




aku menoleh, "tentang keinginan untuk menghentikan sesuatu tapi tak sanggup, atau entahlah...aku tidak mengerti"




"baiklah.." Professor menundukkan kepalanya untuk beberapa saat. kemudian mendongak kembali dengan sorot mata yang sedikit menyeramkan.




"aku takut jika pria yang hendak kutolong, Richard Derleth, akan mengakhiri hidupnya, aku tahu sungai yang dia bicarakan. dan kukira dia akan melakukannya disana malam ini"




aku menatapnya balik, itu adalah pemikiran awalku saat pertama kali buku catatan itu kutemukan.

"well... ayo kita panggil polisi" kubilang.




"tidak ada waktu !" sergahnya, menggenggam lenganku erat

"tolong bantu aku menemukan dan menghentikannya"




aku melihat wajahnya yang basah kuyup, dan untuk beberapa alasan pria dihadapanku ini membuatku merasa takut. aku melepaskan tangannya dan mengambil langkah mundur. aku terus mempertimbangkan permintaannya hingga akhirnya tiba pada sebuah keputusan, jika benar ada seseorang diluar sana yang ingin menenggelamkan diri, aku tak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. terutama setelah membaca permohonannya untuk mendapat pertolongan.




aku bergegas kembali kedalam rumah dan membawa buku catatan itu turut bersamaku, hanya untuk berjaga-jaga jika ada petunjuk lain.




"ayo pergi" jawabku yakin sebelum menutup pintu dibelakangku rapat.




Hujan makin menderas saat Professor memacu mobilnya diatas jalur becek berlumpur yang belum pernah kulalui sebelumnya, beberapa kali dirinya hampir membuat kami tergelincir keluar dari jalur. aku melihat ekspresi diwajahnya yang tampak begitu khawatir, aku mengerti dia ingin menyelamatkan pria malang ini, namun entah mengapa dia terlihat terlalu berlebihan, bukan maksudku menyepelekan nyawa seseorang, tapi dari wajahnya, kau mungkin berfikir bahwa dia sedang mencoba mencegah sebuah peperangan.

Professor tiba-tiba menginjak pedal rem dan membuat tubuhku melonjak ke dasbor, walau dengan sabuk pengaman yang melekat.

"Astaga bung ! kau bisa membunuhku tadi !" kataku

dia tidak berkata apapun kecuali menunjuk kedepan. disana, dibekap oleh cahaya lampu sorot, seorang pria berdiri bergemetar kedinginan di tepi sungai. ia tidak menoleh saat kami turun dari mobil dan membanting pintunya tertutup. tetes hujan membasahiku saat aku melangkah menuju kearahnya.

ketika aku berjalan, aku menyadari bahwa semua hal disekitarku memantulkan sinar kehijauan, aku memicingkan mata dan mendongak keatas. tidak, aku tidak salah lihat. bahkan langitpun berwarna hijau, bukankah itu berarti pertanda badai akan segera tiba ? aku melihat kearah Professor, ia menghentikan langkahnya dan aku melakukan hal yang sama.

"Richard !" serunya. namun pria itu tak berbalik atau bahkan menoleh kebelakang sedikitpun.
"kami disini untuk menghentikanmu !"

Richard semakin bertingkah aneh, kupikir dia sedang menangis. sesaat kemudian sebuah pekikan nyaring menembus kegelapan dan bertambah keras, kusadari bahwa ia tidak menangis, tapi tertawa terbahak-bahak.

"kau terlambat" dia bilang. dengan suara berat yang diakhiri dengan tawa melengking tajam.
"aku adalah milikNya dan Dia akan terbebas malam ini"

"apa yang harus kita lakukan ?" tanyaku, sebelum aku sempat melakukan sesuatu, Professor Wilmarth mengangkat tangannya memberiku peringatan dan angin kencang tiba-tiba berhembus melewatiku tapi entah bagaimana melemparkan Professor jauh kebelakang.

"oh sial -" kubilang, bergegas menghampiri Professor yang tampak kesakitan.

ia berusaha meraih sesuatu dari dalam saku dan memberikannya padaku, sebuah pistol.

"hentikan dia" lirihnya
"hentikan dia sebelum ritualnya selesai, kau harus masuk kedalam lingkaran, aku tidak bisa melakukannya"

"kau gila" jawabku, menjatuhkan pistolnya ketanah dan mundur beberapa langkah menjauh darinya.
"ini gila, aku bahkan tidak tahu dimana kita sekarang" aku menolak dan menoleh kearah Richard.
degup jantungku seolah berhenti saat aku melihat pemandangan dihadapanku.

sungai yang kulihat sebelumnya telah menghilang, berubah menjadi samudera tanpa ujung dibawah formasi bintang-bintang aneh yang berpijar terang. Richard Darleth mengangkat tangannya tinggi keatas, bersenandung pujian-pujian yang tak dapat kumengerti, seakan mengalir keluar dari mulutnya dan semakin bertambah keras.

mataku tertuju pada lautan di depanku, lautan yang sungguh mustahil itu sendiri, dan melihat sebuah pusaran air ditengahnya, pusaran raksasa. riak-riak air terbentuk dan semakin membesar. nyanyian-nyanyian aneh yang dilantunkan Richard seakan menariknya untuk muncul. sesuatu yang teramat besar, sesuatu yang... aku tidak pernah membayangkan sebelumnya. tapi jauh didalam fikiranku, aku tidak boleh membiarkan makhluk apapun dibawah sana untuk timbul ke permukaan. sesuatu yang begitu buruk kurasa akan terjadi jika aku membiarkannya.

aku merunduk, mengambil pistol yang tergeletak diantara kedua kakiku. aku berlari mendekati Richard, aku semakin dekat... aku bisa merasakannya. musik yang menggaung lembut diudara, riuh genderang ditabuh, pekikan terompet yang menelanku, untaian senar melengking memekakan telinga... semua bermain sebagai satu, semakin nyaring dan nyaring saat aku mendekatiNya.
aku membidik dengan pistol ditanganku.

"bintang-bintang tidak sejajar" kata-kata yang tidak kumengerti terlontar dari bibirku.
"tetaplah tertidur di R'yleh"

aku menarik pelatuknya dan suara letusan segera menggema dalam derasnya rintik hujan. Richard Darleth menjerit untuk beberapa saat sebelum akhirnya jatuh tercebur kedalam air dan perlahan menghilang.

aku melemparkan pistolku dan terduduk dengan gemetar, musik itu masih mengiang di telingaku. aku merasakan sentuhan di pundak. Proffesor Wilmarth kini berdiri disampingku, ia tampak lega sekaligus muram. 

"kau berhasil" dia bilang.

aku menarik nafas dan bangkit berdiri, lautan luas di depanku telah menghilang. hanya sungai yang mengalir tenang. aku melihat kesekitar, tak ada tanda-tanda dari Richard Darleth.

"dimana dia ?" tanyaku.
"apa dia tenggelam kedalam sungai ?"

Professor menggeleng lemah.
"tidak" jawabnya.
"kita tak akan pernah menemukan tubuh Richard Darleth"

kini aku merasa sedikit pusing dan mulai kehilangan keseimbangan.
"jika saja musik ini berhenti..." gumamku mencengkram kepalaku yang berdenyut.
"rasanya semakin bertambah buruk saja..."
aku berhenti sejenak, aku menekan dadaku dan nafasku terasa sesak.
"oh.. apa yang terjadi ? apa yang terjadi ? aku -Ph'nglui mglw' nafh Cthulhu R'yleh wgah' nagl fhtaghn" 
aku menutup mulutku dengan tangan.

Professor menggenggam lenganku.
"kau lihat ? alasan mengapa kau dapat menghentikannya adalah karena kau juga mendengarnya. Panggilan itu"
ia meraih buku catatan Richard dan membuka halamannya.
"ini, tidak tertulis dalam alfabet. aku tak bisa membacanya, tak ada yang bisa. kecuali mereka yang telah ditandai"

aku mundur perlahan darinya, gemetar dari kepala hingga ujung kaki.
"ini tidak benar-benar terjadi" sangkalku. suaraku sama gemetarnya dengan tubuhku.

"lihatlah baik-baik" Professor bilang. masih memegang bukunya didepanku.
"saat ini kau masih melihatnya sebagai manusia, sebelum Dia merubahmu"

aku menatap tulisan didalam buku catatan itu dan untuk beberapa saat, huruf-huruf disana tampak mengabur dan sulit untuk dibaca. lututku terasa begitu lemas.

"apa yang akan terjadi padaku ?"

"hal yang sama yang terjadi pada Richard, kurasa" ia bilang, memungut pistolnya ditanah.
"dan kau punya beberapa bulan sebelum menjadi benar-benar gila"

"bagaimana kau bisa setenang ini ?" tanyaku marah. tapi hanya ketakutan yang kurasakan.

"karena.. tuan.. aku telah melihat hal ini sebelumnya dan akan terjadi lagi"
ia membuka payungnya dan melenggang pergi.
"aku sedikit penasaran tentang apa yang akan terjadi jika aku tak menghentikannya... mungkin kita akan kembali pada zaman dimana tempat ini disebut Arkham"
ia menoleh padaku dan tersenyum.
"tampaknya akan sangat mudah untuk mengakhiri peradaban manusia sekarang ini, bukankah begitu ?"

aku jatuh berlutut ditanah.
"tembak aku !" teriakku. aku bisa merasakan musik memuakkan itu terus bermain dalam kepalaku, memaksaku, menuntunku untuk mengikutiNya.

"tidak bisa" dia bilang.
"kau dalam perlindungannya sekarang, kau bahkan tidak bisa melukai dirimu sendiri. hanya 'yang ditandai' lainnya yang bisa membunuhmu"

aku berdiri dan berjalan terhuyung kearahnya.
"berikan aku pistolmu !"
paksaku dan dia memberikannya begitu saja.

"ayolah..." gumamku saat kutekankan logam besi itu dalam pelipisku.
setelah beberapa saat akhirnya aku menyerah dan memberikan pistolnya kembali pada Professor.

"apa yang harus kulakukan ?" tanyaku pelan.

"hal yang sama seperti yang Richard lakukan" dia bilang, menyerahkan buku catatannya padaku.
"kau mungkin harus menggunakan jaring yang lebih besar, kami hampir saja gagal"

***

dan begitulah, kurasa lebih mudah bagiku menuliskan semua disini. aku memilih orang-orang dengan cara berfikir yang tepat. orang-orang yang telah 'disentuh'.
aku ingin bertanya sesuatu padamu.. apa kau bisa membaca tulisan ini ?
jika memang demikian.. aku minta maaf, aku sungguh minta maaf. Dia memanggilku dan aku tak bisa berhenti. tolong... atas nama Tuhan.. 
Hentikan Aku..

-The End-

8/03/2015

Daftar Isi

Disclaimer

Disclaimer for Rifal Nurkholiq

If you require any more information or have any questions about our site's disclaimer, please feel free to contact us by email at http://rifalnurkholiq.blogspot.com/2015/08/contact-me.html.

Disclaimers for rifalnurkholiq.blogspot.com:

All the information on this website is published in good faith and for general information purpose only. rifalnurkholiq.blogspot.com does not make any warranties about the completeness, reliability and accuracy of this information. Any action you take upon the information you find on this website (rifalnurkholiq.blogspot.com), is strictly at your own risk. rifalnurkholiq.blogspot.com will not be liable for any losses and/or damages in connection with the use of our website.
From our website, you can visit other websites by following hyperlinks to such external sites. While we strive to provide only quality links to useful and ethical websites, we have no control over the content and nature of these sites. These links to other websites do not imply a recommendation for all the content found on these sites. Site owners and content may change without notice and may occur before we have the opportunity to remove a link which may have gone 'bad'.
Please be also aware that when you leave our website, other sites may have different privacy policies and terms which are beyond our control. Please be sure to check the Privacy Policies of these sites as well as their "Terms of Service" before engaging in any business or uploading any information.

Consent

By using our website, you hereby consent to our disclaimer and agree to its terms.

Update

This site disclaimer was last updated on: Monday, August 3rd, 2015
· Should we update, amend or make any changes to this document, those changes will be prominently posted here.


Privacy Policy

Privacy Policy for Rifal Nurkholiq

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at http://rifalnurkholiq.blogspot.com/2015/08/contact-me.html.

At rifalnurkholiq.blogspot.com we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by rifalnurkholiq.blogspot.com and how we use it.

Log Files
Like many other Web sites, rifalnurkholiq.blogspot.com makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
rifalnurkholiq.blogspot.com uses cookies to store information about visitors' preferences, to record user-specific information on which pages the site visitor accesses or visits, and to personalize or customize our web page content based upon visitors' browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on rifalnurkholiq.blogspot.com.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to rifalnurkholiq.blogspot.com and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include .......

  • Google
  • Commission Junction
  • Amazon
  • Widget Bucks
  • Adbrite
  • Clickbank
  • Linkshare
  • Yahoo! Publisher Network
  • Azoogle
  • Chitika
  • Kontera
  • TradeDoubler
  • backlinks.com
  • Other

While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of rifalnurkholiq.blogspot.com.

These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on rifalnurkholiq.blogspot.com and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.

rifalnurkholiq.blogspot.com has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

 

Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. rifalnurkholiq.blogspot.com's privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?

Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. rifalnurkholiq.blogspot.com does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that rifalnurkholiq.blogspot.com has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.

Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.

Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.



Update
This Privacy Policy was last updated on: Monday, August 3rd, 2015. Privacy Policy Online Approved Site
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

Contact me

foxyform

Creepypasta bahasa "Hands"



Taken from : Creepypasta.wikia.com
Translated and retold by : Zero.



Hal yang paling buruk yang pernah aku lakukan dalam hidupku, terjadi sekitar 12 tahun lalu. Waktu itu, aku adalah remaja biasa yang tinggal di Cleveland, Ohio, USA. Pada hari itu, sudah hampir mendekati musim gugur, ketika daun daun berubah warna menjadi oranye, dan suhu mulai turun, yang menunjukkan akan ada hembusan dingin yang hanya akan terjadi beberapa bulan saja. Sekolah sudah dimulai, dan sudah hampir sebulan, jadi seluruh kegembiraan akan bertemu teman di sekolah sudah berganti menjadi kesadaraan bahwa kami terkurung di tempat yang hanya ingin memberikan tugas bagi kami setiap harinya. Dan pastinya, aku dan teman temanku bersemangat untuk melakukan sesuatu yang bisa mengingatakan kami kembali akan hari-hari musim panas yang terbebas akan rasa khawatir akan tanggung jawab di sekolah.

Awal tahun itu juga, ketika tahun terakhir sekolah sudah lewat, salah satu teman kerjaku (dari McDonald; yang dipikir oleh kebanyakan orang sangatlah payah untuk menjadi pegawai McD, tapi kenyataannya aku sangat senang bekerja disitu), telah mengajariku cara membuat seseorang pingsan dengan bantuan seorang asisten. Cara kerjanya begini : seseorang harus menarik nafas panjang sekitar sepuluh kali, dan ketika sampai di hitungan ke sepuluh, suruh dia untuk memejamkan matanya sepejam pejamnya dan untuk menahan nafasnya sambil menahan jantungnya dengan kedua pergelangan membentuk x. sang asisten kemudian akan memeluknya dan menekan pergelangannya dengan kedua tangannya tadi di tulang rusuknya. Dalam sekejap, orang yang menahan nafasnya akan pingsan. Dan sang asisten sekarang seharusnya berada di tempat yang tepat untuk menahan sang “korban” tadi agar tidak terjatuh dan memecahkan tengkoraknya sendiri. Tapi efek ini hanya berlangusng selama hitungan detik, itu tidak menyebabkan korbannya menjadi koma atau yang lain, tapi sang korban akan merasa dia sudah pingsan berjamjam lamanya, dan ketika dia terbangun dia akan merasa efek seperti orang yang telah mengkonsumsi LSD.

Dan beberapa orang ada yang berpikir “apa kau sudah gila?” atau semacamnya. Dan ya, kami tahu, kami mungkin membunuh berjuta-juta sel yang ada di otak kami, tapi bagi seorang remaja berusia 16 tahun, hal tersebut tidak berpengaruh bagi kami, kami berpikir hal ini sangatlah keren. Tapi setelah peristiwa ini terjadi, aku tidak akan merokemendasikan hal ini untuk dilakukan oleh siapapun.

Seperti yang kubilang sebelumnya, sekolah sudah mulai sejak sebulan lalu, dan kami mulai muak untuk sekolah. kami hang out di basecamp kami yang terletak di tempat yang bernama “the field,” yang sebenarnya merupakan menara listrik. Beberapa dari kita duduk di balok besi pertama menara itu. Temanku yang bernama Mike sedang naik ke balok kedua, kemudian dia akan menjatuhkan dirinya dari ketinggian 8 sampai 10 kaki. Aku berpikir itu sangatlah bodoh, tapi hei, aku adalah orang yang menganggap membuat otak kekurangan oksigen itu keren.

Aku pasti tidak akan mau menghabiskan hari Sabtu yang berharga ini dengan melihat orang tolol itu naik ke menara dan menjatuhkan dirinya, hanya untuk berkata “uh, kaki ku sakit” hanya untuk naik ke menara listrik lagi dan melakukan hal bodoh berulang-ulang.

“hey, ayo kita membuat diri kita pingsan” kataku. Pada saat itu, hal ini sudah tidak se-mengasyikkan waktu kami mengetahuinya, tapi ini lebih baik daripada yang kita lakukan sekarang. Vince setuju, begitu juga Richard, tapi Mike, si bodoh yang melompat dari menara, berkata, “apa yang kau maksud?”

“ha? Kau belum pernah pingsan sebelumnya?” Vince bertanya. “belum,” adalah respon Mike. Mike selama ini berada di rumah ibunya musim panas ini, jadi dia tidak tahu kesenangan yang kami lakukan akhir akhir ini.

“man, kau harus mencoba ini. Perhatikan, kami akan menunjukkannya kepadamu.”

Vince dan aku turun dari menara, berdiri di rumput di tengah tengahnya. Dan aku melakukan hal yang sama seperti yang aku ceritakan tadi, yaitu menarik nafas panjang selama 10 kali. Dan memejamkan mataku dan menahan nafasku dengan keras sehingga terasa paruparuku akan meledak. kemudian aku membentuk huruf x dengan pergelangan tanganku, dan aku merasa temanku memelukku dari belakang, dan tiba tiba aku melihat lobster raksasa di hadapanku, sedang memanjat perangkap lobster yang terpasang, dan aku ada di bawah lautan dengan rumput laut dan karang di dasar yang berpasir di kakiku.

Hal yang aku ingat berikutnya, aku terbangun, Vince dan Richard bertanya padaku, “hey, apa yang kau lihat? Apa yang kau mimpikan?” tapi kepala bagian belakangku terasa sakit sekali.

“hey? Apakah kau membiarkanku terjatuh?” aku tidak begitu berat, tapi Vince cukup lemah. Dia hanya berdiri disitu, terlihat bersalah, dan Richard berkata bahwa dia memang melepaskanku. “tapi apa yang kaulihat?”

Aku mengusap kepalaku dan berkata, ada lobster raksasa di hadapanku, dan sedang memotong kepala Vince dengan capitnya.

Aku menoleh pada Mike, yang melihatku dari balok besi diatas, dan aku berkata, “lihat, luar biasa kan?”

“terserah, tapi aku tak akan membiarkan kalian membuatku pingsan.”

“ayolah, kau harus mencobanya. Ini tidak lebih mengerikan dari apa yang kau lakukan tadi. Aku berjanji tidak akan membiarkanmu terjatuh seperti yang dilakukan banci ini kepadaku.”

Mike terlihat kebingungan, seperti mencoba berpikir apakah ini setimpal dengan resikonya. Akhirnya dia melompat ke bawah, berdiri dan berkata “oke, sekali saja ya.”

Dia menarik 10 nafas panjang, dan aku menjadi asistennya agar ia tak terjatuh. Dia menahan nafasnya, dan aku membantunya untuk pergi ke dunia fantasi. Dan hal itu lah yang aku sesali sampai sekarang, bahwa, seharusnya aku melakukan sesuatu yang lain di masa remajaku seperti, belajar lebih giat, memikirkan hal yang harus aku lakukan dan yang tidak. Memeluk Mike dari belakang dan menekannya sehingga ia pingsan merupakan hal yang paling aku sesali.

Aku merasa berat ketika Mike tak sadarkan diri, dia termasuk orang yang cukup besar sebenarnya. Tapi aku tak akan membiarkan dia terjatuh dan meremukkan kepalanya di tanah yang cukup keras ini. Ketika aku membaringkannya ke rumput, dia terbangun.

Dia terbangun sambil berteriak, dengan teriakan yang keras sekali yang belum pernah kami dengar sebelumnya..




“Sialan! Demi Tuhan, menjauhlah dariku!! menjauhlah! menjauhlah!!” dia berteriak sambil jongkok dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Kami terkejut dan dengan reflex melompat ke belakan, takut jika dia menggila dan memukul kami, kami hampir saja pup dicelana saking kagetnya, setelah melihat hal menakutkan ini.

Sekitar 5 detik kemudian, dimana itu adalah 2 kali lipat waktu dimana seseorang menyadari apa yang terjadi dan mengingat apa yang telah ia lakukan, dia akhirnya menjadi tenang. “F**k! Holy F**k!” dia bernafas dengan berat, dan duduk di pojok dekat menara, dan masih gemetar ketakutan. Merupakan keajaiban ketika dia menggila tadi dia tidak berlari ke menara dan menabrakkan dirinya ke menara besi itu dan membuat dirinya sungguhan pingsan. Tapi kemudian dia berdiri, dan membungkukkan badannya dan terjatuh dengan lututnya, dengan membelakangi kami, dia gemetar dan menggoyangkan badannya maju mundur dan menggumam pada dirinya sendiri.

“hey, apa yang sesungguhnya kau liat?” kata Vince. Tapi Mike tidak menjawab sepatah kata pun. Kami menghampirinya perlahan, dan ketika kami berada di dekatnya, kami mendengar Mike menangis. Di dunia macho kami, hal ini merupakan kejahatan yang harus dibayar dengan kematian, tapi berbeda dengan hal ini, kami maklum dan terdiam. Aku mencoba menyentuh pundaknya, tapi ketika tanganku menyentuhnya, hanya dengan sentuhan kecil saja, dia langsung berteriak dan melompat ke depan, dia lalu mundur perlahan lahan hingga punggungnya menempel pada menara listrik, dia menempel amat keras, dan menatap kami dengan pandangan penuh rasa terror dan trauma seakan dia melihat kami sebagai iblis dari neraka.

Dalam pikiran kami, mungkin dia hanya main main kepada kami, tapi setelah melihatnya selama 5 menit penuh, kami sadar bahwa hal yang tidak beres terjadi.

Kami terdiam seribu bahasa, tapi setelah 10 menit berlalu, dan Mike sudah cukup tenang, Richard mendatanginya dan menuntunnya pulang. Aku bicara pada Vince bahwa aku akan langsung pulang dan akan bertemu dengannya besok. Kami sebenarnya selalu menghabiskan waktu dengan bermain game di Nintendo dirumahku. Tapi kali ini dia tidak protes. Aku pikir dia membutuhkan waktu untuk sendiri dan berkaca tentang apa yang kami lakukan pada teman kami, sama sepertiku.

Hari berikutnya aku pergi untuk menjenguk Mike, tetapi dia dan ayahnya pergi seharian. Keesokan harinya, Aku bertanya padanya kemana dia pergi kemarin, tapi dia tidak memberitahuku. Aku pikir dia pergi ke psikiater, karena keesokan harinya dia terlihat tenang, meskipun masih sering melamun. Aku pikir dia meminum obat untuk menenangkan syarafnya, tapi aku tidak pernah tahu. Seminggu kemudian kami berempat kembali hang out dan berbicara tentang hal yang tidak penting. Meskipun begitu, Mike masih terdiam, dia tidak berkata apapun tentang hal yang terjadi kemarin. Dan aku masih belum tahu hingga sekarang, tapi kami berusaha menghindari topik kejadian waktu itu.

Dia tidak bercerita apapun tentang kejadian itu hingga tiba sabtu berikutnya..

Kami berjalan perlahan di sekitar perumahan kami, aku berbicara tentang kakak kelas cewekku yang cantik, sementara Mike, menatap kebawah, berjalan dengan tangannya berada di saku celananya. Tiba-tiba, dia memotong pembicaraanku..

“aku tidak akan berada disini dalam waktu lama.”

“huh?”

“mereka akan datang lagi malam ini, dan aku pikir aku tidak akan bisa menahan mereka lebih lama kali ini.”

“hey, apa yang kau bicarakan? Siapa yang akan datang malam ini?.”

“Tangan Tangan itu, Suara Suara itu..”

Pada saat ini, aku berkata dalam hati “Holy S**t” aku bisa merasakan nafasku tak teratur dan badanku menjadi panas seketika ketika dia berkata seperti itu, jadi intinya, aku seperti merasakan hal horror yang tak bisa aku bayangkan. Tapi aku tak akan pernah bisa melupakan percakapan itu. Itu sudah terpatri dalam pikiranku.

Aku bertanya, dengan bodoh “tangan apa?”

“pada saat malam, aku melihat pohon di jendelaku, kemudian itu menjadi gelap, dan tangan tangan itu, lusinan, ratusan, bahkan ribuan tangan itu, mendorong kaca jendelaku.”

“dan apa yang kau lakukan?”

“aku menahannya, setiap malam. Dan aku lelah. Aku tidak bisa menahan mereka lagi. Dan suara suara itu menyuruhku untuk membiarkannyua masuk. Suara anak kecil, dan tangan anak kecil.” Dia melirihkan suaranya, seperti berbisik. “terkadang, aku melihat wajah wajah mereka” katanya sambil bergetar.

Akhirnya kami sampai di depan rumahnya. Dia berhenti dan akhirnya mengangkat wajahnya. “katakan pada Vince, dia bisa memiliki Nintendoku, dia tidak punya, dan ibunya pasti tidak akan membelikannya. Dan Richard bisa memiliki semua CD ku. Aku tau kalian tidak suka music Rap, tapi Richard suka.

Aku ingin mengucapkan sesuatu, tapi dia berbalik dan berjalan pulang kerumahnya. Dan masuk dan menutup pintunya. Aku sesungguhnya ingin mengetuk pintunya, dan berkata padanya bahwa aku akan menginap. Tapi kai sekarang 17 tahun, dan remaja di umur 17 tidak lagi menginap dirumah temannya. Jadi aku langsung pulang kerumah. Bahkan aku tidak membuka pintu bagi Vince ketika dia datang kerumahku. ketika aku hendak tidur, aku tak bisa tidur nyenyak, dan aku selalu kaget mendengar suara apapun. Biasanya aku tdur dengan gorden jendela terbuka, namun, kali ini aku menutupnya erat.

Keesokan harinya, kami mengetahui bahwa seseorang telah merusak rumah Mike. Banyak sekali Mobil polisi di depan rumah Mike. Dan rasa takutku yang paling buruk terjawab sudah ketika aku melihat, bagian yang rusak adalah, KACA JENDELA KAMAR MIKE. Mike menghilang, hingga sekarang..

sampai saat ini, hingga saat aku menulis kisah ini, aku masih merasa bersalah akan kejadian waktu itu, seandainya aku tidak melakukan hal mengerikan itu kepada Mike, mungkin Mike..

Jangan pernah mencoba hal yang aku lakukan, aku merekomendasikan agar kalian tidak melakukannya, aku tidak ingin korban bertambah karena hal ini.

Russian Sleep Experiment

Translated & Retold by : Manon

Di akhir tahun 1940an, Para Peneliti Rusia menguji cobakan sebanyak lima orang manusia untuk terus terjaga selama 15 hari berturut turut dengan menggunakan gas eksperimen yang berbahan dasar unsur stimulant(perangsang). Mereka dikurung di sebuah ruangan tersegel guna mengontrol secara seksama tingkat kadar oksigen dalam ruangan sehingga para subjek tidak terbunuh oleh gas tersebut, yang mana mengandung racun dengan konsentrasi tinggi. Belum lagi karena tidak terpasang kamera sirkuit dalam ruangan, sehingga yang mereka punya hanyalah mikrofon dan lubang seukuran jendela kecil menghadap ke ruangan dengan kaca setebal 5 inci untuk mengamati para subyek eksperimen. Ruangan tersebut dilengkapi bermacam macam buku, dipan untuk tidur tanpa kasur, aliran air dan toilet, serta makanan awet yang cukup untuk mereka ber-lima selama sebulan lebih.

Subjek uji coba sendiri adalah para tahanan politikus yang dianggap sebagai musuh-musuh negara ketika perang dunia ke II berlangsung.

Pada 5 hari pertama keadaan masih tampak baik, mereka hampir tidak meragukan tentang kesepakatan (hanya akal-akalan pihak Rusia) yang dijanjikan bahwa jika mereka dapat melalui test tersebut dan tidak tidur selama 30 hari berturut turut maka mereka akan dibebaskan. Setiap perbincangan dan aktivitas mereka terus di awasi dan tampak bahwa terjadi peningkatan akan pembahasan mengenai kecelakaan traumatis yang pernah mereka alami di masa lalu, pada hari ke 4, topik percakapan mereka mulai memasuki tahap yang lebih kelam.

Setelah lima hari berlalu, mereka mengeluhkan berbagai keadaan serta kejadian yang menyebabkan mereka bisa sampai berada di ruangan itu dan mulai menampakkan gejala paranoid akut. Mereka berhenti bicara antara satu sama lain serta menjadi sering bergumam ke mikrofon juga ke lubang portal kaca satu arah. Anehnya mereka seakan akan berpikir bahwa mereka dapat memenangkan kepercayaan dari para peneliti dengan saling mengadukan kawan mereka, yaitu subjek lainnya yang juga terkurung bersama mereka. Pada awalnya, para peneliti mengira hal itu disebabkan oleh pengaruh dari gas...

Setelah sembilan hari, subjek yang pertama dari mereka mulai berteriak-teriak. Dan sambil menjerit sekeras kerasnya dia berlari bolak balik ke sepenjuru ruangan selama 3 jam tanpa henti, dia terus akan berteriak seperti itu namun suaranya tampak sudah habis sehingga berubah jadi cegukan aneh. Peneliti menyimpulkan bahwa mungkin subjek tersebut memang sengaja bermaksud merusak pita suaranya sendiri. Hal paling mengejutkan adalah reaksi dari para tahanan lain yang sama sekali tak menggubris perilaku dari satu subjek tersebut. Mereka hanya terus bergumam ke mikrofon hingga tahanan kedua gantian yang mulai berteriak. Dua tahanan lain yang tidak berteriak sibuk mencabik cabik lembaran kertas buku, mencoreti halaman demi halaman menggunakan kotoran mereka sendiri kemudian menempelkannya ke lubang kaca pengamatan di pintu dengan santainya. Sementara itu, suara teriakan secara berangsur angsur berhenti. Begitu juga dengan gumaman pada mikrofon.

Tiga hari setelahnya pun berlalu. Selama berjam-jam peneliti mencoba memeriksa mikrofon untuk memastikan apakah alat itu masih berfungsi, karena mereka berpikir bahwa mustahil jika tak terdengar suara apapun dari ruang uji coba padahal terdapat 5 orang di dalam sana. Konsumsi oksigen dalam ruangan mengindikasikan bahwa mereka ber-lima masihlah hidup. Malahan, kadar oksigen yang di hirup oleh ke-5 orang itu begitu banyak seolah tubuh mereka sedang melakukan kegiatan yang amat melelahkan.

Pada suatu pagi di hari ke-14, peneliti melakukan hal yang sebelumnya mereka katakan tak akan pernah melakukannya, ini dilakukan demi mendapatkan respon dari para tahanan, mereka menggunakan intercom di dalam ruangan, berharap dapat memancing respon dari tahanan yang mereka khawatirkan telah mati atau koma.

Peneliti mengumumkan melalui interkom :
"Kami akan membuka pintu untuk memeriksa mikrofonnya, menjauhlah dan tiarap di lantai atau kami tembak. Jika mau patuh kami akan segera membebaskan salah satu dari kalian."

Hal yang mengejutkan terjadi, para tahanan menjawab tenang dengan satu kalimat yang sama dan secara serempak,

"Kami tak lagi ingin dibebaskan."

Perpecahan diantara para peneliti dengan angkatan militer yang membiayai uji coba tersebut pun dimulai. Dan lagi karena mereka tak dapat memancing respon dari para tahanan melalui interkom maka akhirnya diputuskan untuk membuka ruangan uji coba pada tengah malam di hari ke lima belas.

Ruangan yang dipenuhi gas stimulant mulai terpompa oleh udara bersih dan segera saja suara-suara dari mikrofon pun terdengar. 3 suara dari subjek- subjek berbeda mulai mengiba, seperti suara seseorang yang memohon akan keselamatan orang yang dia cintai, memelas supaya gasnya di hidupkan kembali. Ruanganpun dibersihkan dan beberapa prajurit masuk untuk mengamankan para tahanan uji coba. Mereka mulai menjerit dengan lebih kencang dari yang pernah terdengar, begitu juga dengan para prajurit yang memasuki ruangan ketika mendapati keadaan di dalam ruangan tersebut. Empat dari lima tahanan masih bernyawa, meskipun begitu tak seorangpun dari mereka yang tampak benar benar 'hidup'.

Persediaan makanan dari 5 hari yang lalu hampir tak tersentuh sama sekali. Cabikan daging dari betis dan dada seorang subjek uji coba yang telah mati tersumpal memenuhi saluran drainase yang terdapat di tengah ruangan, menyumbat saluran tersebut hingga mengakibatkan genangan air kemerahan setinggi 4 inci dari lantai. Tidak dapat di pastikan sebanyak apakah darah yang tercampur dalam genangan air tersebut.

Semua 4 subjek lain yang masih 'bertahan hidup', juga memiliki luka luka menganga pada otot dan kulit mereka yang tercabik cabik dari anggota tubuh. Kerusakandaging serta kuku pada jari jari para subjek menjelaskan bahwa luka-luka menganga itu disebabkan oleh tangan hampa, dan bukan berasal dari gigitan seperti dugaan awal para peneliti. Dan setelah mengamati lebih seksama, berdasarkan posisi serta sudut dari luka luka tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hampir atau malah semua subjek uji coba sendirilah yang sengaja melukai tubuh mereka sendiri.

Organ organ perut di bawah tulang iga dari 4 orang subjek tes telah bergeser. Jantung, paru paru, dan diafragma masih tetap di tempat yang benar, sedangkan kulit dan sebagian besar jaringan otot yang melapisi permukaan tulang rusuk telah habis tercabik, sehingga paru paru mereka dapat terlihat melalui sela sela tulang pada rusuknya. Semua pembuluh darah dan organ organ yang masih berbentuk utuh yang telah ditarik keluar bertebaran di lantai, berserakan disekitar tubuh koyak para tahanan tetapi mereka masih dalam kondisi hidup. Sistem pencernaan mereka tampak masih berfungsi, dan sedang mencerna makanan. Segera saja dapat terlihat bahwa mereka mencerna daging mereka sendiri yang telah mereka cabik dari tubuh kemudian memakannya selama beberapa hari belakangan ini.

Sebagian besar dari para prajurit adalah pasukan khusus rusia yang bertugas menjaga fasilitas uji coba tersebut, meski begitu banyak dari mereka menolak kembali memasuki ruang tahanan guna memindahkan para subjek tes. Merekaterus saja menjerit jerit supaya dibiarkan untuk tetap tinggal di ruangan itu serta menuntut lalu memelas agar gasnya kembali dihidupkan, atau jika tidak mereka akan tertidur...

Semua orang sungguh tak menyangka akan perlawanan sengit yang di lakukan para subjek tes ketika proses pemindahan berlangsung. Salah satu dari prajurit rusia bahkan tewas setelah mengalami cabikan lebar di leher, sedangkan satunya lagi terluka serius akibat tergigit oleh seorang subjek di arteri kakinya. Total 5 orang prajurit telah kehilangan nyawa mereka termasuk satu orang prajurit yang bunuh diri beberapa minggu setelah peristiwa itu.

Dalam perlawanan ke empat subjek, salah satu dari mereka mengalami kerusakan limpa hingga mengakibatkan pendarahan hebat. Para peneliti medis berusaha membiusnya namun usaha mereka
tampak sia-sia. Subjek pria ini disuntik dengan morphine derivative sebanyak 10 kalinya dosis untuk
manusia biasa tetapi masih saja memberontak seperti binatang yang sedang terpojok, dia mematahkan tulang iga dan lenganseorang dokter. Sejak mengalami pendarahan, jantungnya terus berdetak kencang selama 2 menit penuh hingga pada kondisi dimana terdapat lebih banyak udara daripada aliran darah dalam sistem pembuluhnya. Walau akhirnya detak jantungnya berhenti dia masih terus meraung raung dan belingsatan sepanjang 3 menit setelahnya, meronta lalu menerkam siapapun yang
mendekati sambil meneriakan kata
"lagi" terus menerus, sampai semakin lemah dan melemah, hingga dia pun tumbang.

Ketiga subjek tes selamat yang tersisa dengan susah payah dapat diamankan serta dipindahkan ke fasilitas medis, dua subjek dengan pita suara masih berfungsi terus saja memohon dapat menghirup gas juga menuntut supaya terus dijaga agar tetap terbangun...

Seorang dari ketiga subjek yang menderita luka paling parah dibawa ke satu satunya ruang operasi bedah dalam fasilitas tersebut. Selama proses persiapan pembedahan guna menempatkan kembali organ organ vital ke tubuh subjek berlangsung, diketahui bahwa subjek ini ternyata benar benar kebal sedative (bius) yang di berikan saat pelangsungan pembedahan. Lelaki ini dengan membabi buta mencoba melepaskan diri dari sabuk pengaman sembari obat bius di hirupkan ke mulutnya agar dia segera pingsan. Dia bahkan hampir berhasil merobek ikatan sabuk kulit setebal 4 inci yang memancang salah satu pergelangan tangannya meski seorang prajurit berbobot 200 pound juga berjibaku menahannya. Butuh sedikit lebih banyak obat pembius dari jumlah normal untuk membuatnya tak sadarkan diri, dan dalam sekejap kelopak matanya mengerjap ngerjap lalu menutup,
jantungnyapun akhirnya juga berhenti berdegup. Setelah melakukan autopsi terhadap subjek yang tewas di meja operasi tersebut, diketahui bahwa terdapat kadar oksigen 3 kali lebih banyak dari level normal dalam darahnya. Otot-otot yang masih menempel pada tulang telah rusak parah, dia juga mematahkan 9 tulangnya saat memberontak dari usaha penenangan. Kebanyakan disebabkan oleh paksaan dari sistem ototnya sendiri yang sudah tak beraturan.

Subjek selamat yang kedua adalah tahanan yang sebelumnya saat masih berada di ruangan uji coba pertama kali menjerit jerit dari kelima subjek lainnya. Pita suaranya sudah hancur sehingga ia tak mampu lagi memohon untuk menolak pembedahan, dan ia hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dengan garang guna menunjukan keengganan saat masker bius di dekatkan padanya. Namun ia mengangguk setuju ketika seorang petugas menawari, walaupun dengan agak ragu, untuk mencoba melasanakan pembedahan tanpa memakai obat bius, meski begitu selama 6 jam mereka melakukan prosedur pembedahan guna menempatkan kembali organ organ perutnya di tempat yang benar serta menutupinya lagi dengan lapisan kulit yang tersisa, subjek ini sama sekali tidak bereaksi.

Pemimpin kegiatan pembedahan tersebut secara berulang ulang menyatakan secara ilmu medis bahwa masih memungkinkan bagi pasien untuk bisa bertahan hidup. Salah satu asisten perawat pembantu proses operasi yang ketakutan mengaku kalau ia melihat bibir si pasien tersenyum padanya setiap kali mereka berdua bertemu pandang.

Ketika pembedahan telah usai, subjek ini menatap si dokter bedah dan mulai meracau nyaring, berusaha berbicara sambil meronta ronta. Menduga bahwa subjek tersebut ingin menyampaikan sesuatu yang penting, dokter bedah memberinya sebuah pena serta kertas agar pasien itu dapat menuliskan maksudnya. Dan ia menuliskan kata-kata sederhana,
"teruskan pembedahannya"

Kedua subjek uji coba tersebut menjalani proses pembedahan yang sama, dan juga tanpa pemakaian obat bius. Namun mereka tetap harus disuntik dengan obat paralytic (obat pelumpuh sementara) guna melalui jangka waktu pembedahan. Karena para dokter bedah mengalami kesulitan untuk melaksanakan operasi jika si pasien terus terusan tertawa tak terkendali. Setelah terlumpuhkan, pasien hanya bisa mengikuti pergerakan para peneliti dengan kedua matanya. Obat paralytic secara tidak normal begitu cepat kehilangan efek dalam tubuh si pasien sehingga mereka kembali mencoba memberontak dari ikatan. Ketika mereka mulai bisa bicara sedikit, mereka lagi lagi meminta gas stimulant. Para peneliti berusaha menanyakan mengapa mereka melukai diri sendiri, mengapa mereka mencabik cabik isi perut mereka dan mengapa mereka tetap menginginkan gas itu.

Hanya satu jawaban terucap:
"Aku harus tetap terjaga."

Ketiga tahanan subjek tersebut kemudian dimasukan ke sebuah ruangan lain sembari menunggu kepastian akan apa yang selanjutnya harus dilakukan pada mereka. Sedangkan para peneliti dihadapkan pada kemurkaan "para pembiaya" kemiliteran karena dinilai telah gagal mencapai tujuan dari eksperimen tersebut juga menyebabkan kematian beberapa subjek. Sang pemimpin komando, yang adalah seorang mantan KGB (Komite Keamanan Negara) malah memiliki pandangan berbeda, dan ingin melihat bagaimana jadinya jika para subjek tersebut dimasukan lagi ke dalam ruangan penuh gas. Para peneliti dengan tegas menolak,tetapi tak dihiraukan.

Memasuki persiapan untuk kembali disegel ke dalam ruang gas, subjek-subjek tersebut di periksa dahulu dengan monitor EEG (Electroencephalograph : merupakan suatu grafik instrumen yang digunakan merekam aktifitas listrik otak) dan diikat lebih kuat selama beberapa saat. Namun semua orang dikejutkan oleh perilaku mereka yang tiba tiba berhenti memberontak dan pasrah saja saat dipasangi sabuk pengikat ketika mengetahui kalau mereka akan dikembalikan ke ruang gas. Dengan ini menjadi jelas bahwa pemberontakan membabi buta yang mereka kerahkan adalah bertujuan supaya mereka bisa tetap terjaga. Subjek yang bisa bicara terus terusan menggumam dengan suara keras, subjek satunya lagi yang tak bisa bicara dengan penuh semangat menghentak-hentakan kakinya yang terikat sabuk kulit secara berselang seling, pertama yang kiri, lalu kanan, lalu kiri lagi seolah berusaha menyibukan dirinya sendiri. Subjek sisanya mendongak berusaha menjauhkan kepalanya dari bantal sambil kelopak matanya mengerjap cepat.

Pemeriksaan EEG pertama kali yang dilakukan pada seorang subjek, mengejutkan hampir semua peneliti yang mengamati penggambaran hasil gelombang otaknya. Seringkali gelombangnya tampak normal namun kadang terlihat garis mendatar yang tak dapat dijelaskan penyebabnya. Seolah pasien itu secara berkala mengalami kematian kinerja otak, sebelum berubah menjadi normal seperti semula. Ketika para peneliti sibuk mempelajari gulungan kertas yang keluar dari mesin pengamat gelombang otak tersebut, seorang perawat mendapati kedua mata subjek tiba-tiba menutup tepat bersamaan dengan terhempasnya kepala subjek ke atas bantal. Segera saja gelombang otaknya menampakkan kondisi koma, kemudian berakhir dengan garis datar dan secara serentak jantungnya pun berhenti berdetak.

Satu-satunya subjek yang mampu berbicara mulai menjerit meminta untuk segera dimasukan ke ruang gas saat itu juga. Gelombang otaknya menunjukkan garis datar serupa dengan subjek yang mati karena tertidur barusan. Sang komandan pun memerintahkan supaya dua subjek kembali di kurung dalam ruang uji coba beserta pula 3 orang peneliti. Salah satu dari tiga peneliti yang disebutkan langsung meraih pistol dan menembak si komandan tepat di titik buta antara kedua matanya, kemudian beralih ke subjek yang tak dapat berbicara untuk juga meledakkan kepala beserta otaknya.

Terakhir, dia membidik satu-satunya subjek tersisa, yang masih terikat di tempat tidur sementara staf medis dan para peneliti lainnya lari meninggalkan ruangan.
"Aku tak sudi terkurung di sini bersama makhluk semacam kalian!
Tidak bersamamu!" teriak si peneliti pada subjek pria yang terikat di pembaringan itu.
"KAU INI APA?" dia membentak. "Beritahu aku!"

Si subjek tersenyum.

"Apakah begitu mudahnya kau lupa?" tanya si subjek. "Kami adalah kau." "Kami adalah kegilaan yang mengintai dari dalam diri kalian semua, memohon untuk terbebas di setiap momen dari pikiran
kebinatanganmu yang terdalam." "Kami adalah sesuatu yang menyebabkan kau sembunyi di atas pembaringanmu pada setiap malam. Kami adalah sesuatu yang kau kurung dan kau lumpuhkan dalam kesunyian saat kau mengembara ke dunia mimpi malam hari dimana kami tak dapat menggapaimu."

Peneliti itu diam membisu. Kemudian dia mengarahkan pistol ke jantung si subjek dan menarik pelatuknya. 
Mesin EEG menampakkan garis datar bersamaan dengan subjek yang mulai tersedak-sedak lemah,

"hampir... begitu... bebas..."


Source : Creepypasta Wiki
devil emotikon Manon devil emotikon

Creepypasta bahasa "I Can't Say That I'm Proud" (Slenderman)

credit : Asleigh Margaret, Creepypasta.com

translated & retold by - Kevin




Terkadang setiap keputusan dalam hidup tidaklah mudah untuk dibuat, emosi dan keterpaksaan belaka sering mengesampingkan alasan moral dan logika demi bertahan hidup. dari waktu ke waktu, orang-orang diharuskan membuat keputusan seperti ini, pun begitu denganku. meskipun bukan berarti aku bangga dengan apa yang kulakukan, faktanya, aku sungguh-sungguh merasa sedih, tapi tak ada yang dapat kulakukan untuk merubah keadaan, tidak sekarang. semua sudah terlambat dan aku telah terlibat terlalu jauh.

Aku baru saja lulus kuliah dengan gelar bisnis, saat ini aku benar-benar bokek, kugunakan seluruh uangku dari hasil kerja keras membanting tulang untuk biaya kuliah. jadi ketika aku lulus, aku telah terbebas dari tunggakan. sekarang aku hanya bekerja di sebuah restoran sebagai pegawai dengan gelar sarjana, tak tahu harus kemana. saudara perempuanku Calliope mengajakku untuk tinggal bersamanya, bagi sebagian besar orang, mungkin itu adalah keputusan yang sangat mudah, mengapa tidak kau lakukan sejak awal ? mungkin itu yang mereka tanyakan. jawabannya : sudah. aku tinggal di Texas sementara dia di Vermont, aku tidak begitu yakin apa aku siap pergi jauh meninggalkan tempatku tumbuh besar, tapi Calliope tetap memaksa, maka pada akhirnya kuputuskan untuk mencobanya. kuminta Calliope untuk menjemputku, dan dia setuju, kupikir akan menyenangkan jika kami memiliki "waktu bersama" saat di perjalanan. yah, walaupun pada dasarnya kami adalah saudara kembar, dan kebersamaan tidak terlalu dibutuhkan. tapi kukira akan sangat menyenangkan meluangkan waktu bersamanya lagi.

Hari itu mungkin sudah setahun yang lalu, atau mungkin lebih. aku telah menyiapkan semua barang-barangku, naik ke mobil Calliope, dan meninggalkan Texas dibelakang. aku belum tahu apa yang akan terjadi kedepannya, atau jika sudah, aku tidak bisa bilang akan tetap melakukannya atau tidak... mungkin hanya Tuhan yang tahu.

Pada awal perjalanan, dia sangat pendiam, aku merasa seperti hanya aku yang bicara, walaupun tidak ada hal yang terlalu penting yang aku bicarakan ketika aku berhenti bicara, saat itulah kesunyian terasa sangat mendalam.
"apa yang sedang kau pikirkan?" tanyaku padanya.
untuk beberapa saat, dia hanya diam. terpaku melihat jalanan di depannya. matanya memberitahuku bahwa saat itu fikirannya sedang melayang jauh. akhirnya dia menjawabku,
"mereka tak pernah menemukannya, kurasa mereka telah berhenti mencari, mereka kehilangan jejak"
suaranya tetap terdengar tegar meskipun cobaan berat menimpanya.

Calliope adalah seorang ibu muda, pada usia 16 tahun ia melahirkan seorang anak, Calvin. dan aku selalu mengagumi ketangguhannya. dia tetap bersekolah, meskipun bukan hal yang mudah untuk mengurus anak pada usia seperti itu. aku menghormatinya atas keputusannya pada anak itu, dua tahun sebelumnya, tepat sebulan setelah ulang tahun ke-empat, Calvin diculik. beritanya ada di seluruh media selama dua bulan, tapi setelah tidak ada cukup petunjuk, kehebohan mulai hilang dan masyarakat perlahan melupakannya. tapi tidak dengan keluargaku, terutama Calliope, kami tidak bisa melupakannya.

Keadaan saat itu cukup ramai dikarenakan seluruh situasi dilingkupi misteri, Calvin sedang bermain diluar, di halaman belakang rumahnya sendiri, dikelilingi pagar, dan seperti yang terlihat dia hanya....lenyap begitu saja. tidak ada tanda-tanda masuk paksa, tidak ada yang terlihat ganjil, Calvin hanya menghilang tanpa jejak.

aku mencoba menghiburnya
"dengar Cal, mereka akan tetap mencari Calvin, jangan sampai kehilangan harapan, mereka akan
men-"
"tidak Astra, mereka tidak akan menemukannya, tidak akan ada yang pernah bisa menemukannya!"
dia memotongku.
aku menatapnya, sedikit kaget dengan gejolak emosinya. 
"aku tahu, mungkin butuh sedikit wakt-"

"tidak, kau tidak mengerti, tidak pernah ada petunjuk untuk mereka ikuti, benar-benar tidak ada, aku tahu sesuatu yang mereka tidak tahu, tapi mereka tak akan percaya apa yang akan
keluar dari mulutku, aku baru mengetahuinya sejak beberapa bulan yang lalu"

aku menatap saudara perempuanku, tidak yakin bagaimana harus bereaksi, dia menunjuk ke kursi belakang, 

"baca itu, aku membawanya agar kau juga tahu"
aku terdiam beberapa saat sebelum mengambil sebuah paket tebal yang dia bawa untukku. beberapa halaman seperti diambil dari buku, yang lain dicetak dari internet. kubolak-balik beberapa halaman, dan setelah membaca beberapa lembar, sudah cukup rasanya untuk menangkap apa yang ia coba jelaskan padaku.

"Jadi kau pikir..... Slenderman yang menculik Calvin?"

dia mengambil paketnya, membuka halaman paling belakang, dan menyerahkannya kembali padaku. menatapnya bingung, aku mengambilnya kembali dan melihat yang kupegang, beberapa seri lukisan, dan sepertinya digambar oleh Calvin karena ada catatan kecil dibawah gambar yang ditulis dengan tulisan khas anak-anak.
"Calvin, 4"
kemampuannya melukis terlihat tidak terlalu berbeda dengan anak-anak seusianya, tetapi kesemua lukisan ini memiliki satu kesamaan : sesosok makhluk jangkung. dan dalam beberapa lukisan sosok tinggi ini memiliki seperti lengan-lengan tambahan yang mencuat dari punggungnya; selalu berpakaian jas hitam. tak memiliki wajah diseluruh lukisan, serta selalu dikelilingi pepohonan....
kecuali di lukisan terakhir, terlihat seperti sketsa kasar halaman belakang rumah Calliope.

aku masih menunggu penjelasan lebih untuk ini dari Calliope.

"dia membuatnya seminggu sebelum... sebelum dia pergi"

aku menggeleng lemah, tidak tahu apa yang harus dikatakan. aku ingin mengerti lebih dari segalanya, aku belum pernah merasa sebingung ini sebelumnya.

"aku harus melakukan sesuatu, harus" gumam Calliope.
tepat setelah dia mengatakannya, kami berbelok menuju jalur sepi di daerah Virginia barat.
sekilas aku membaca papanbertuliskan "Welcome To Grassy Meadows". kami tidak bicara satu sama lain saat itu. tidak sampai 5 menit, mobil yang kutumpangi tiba -tiba berhenti mendadak.

"Astaga Cal, ada apa ?" seruku masih dalam keadaan syok.
"Itu" jawabnya singkat, menatap keluar lewat jendela mobil disisiku. 
aku berpaling dan mendapatisebuah bangunan cukup besar, dengan kondisi yang masih cukup terawat berdiri disana, dengan tulisan
"Dijual, Grassy Meadows Motel"
terpampang di bagian depan dan belakang bangunan tersebut. sebelum aku sempat bertanya apa yang sungguh istimewa dari bangunan itu, Cal mengambil ponsel dan menelepon nomor yang tertera di sana.  aku menunggunya mengakhiri panggilan untuk menjelaskan padaku apa yang sedang terjadi.

"kita akan membelinya"

"apa?" aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada
dikepalanya.
"kubilang kita akan membelinya, kau punya gelar, kita akan memanfaatkannya"

"apa yang sedang kau bicarakan hah ? akan sangat sulit untuk hidup di tempat seperti ini jika tidak ada apa-apa selain kantor pos yang bahkan tidak beroperasi lagi dan beberapa rumah, kota ini juga sepertinya hanya sekitar tujuh mil luasnya. selain itu aku juga tidak punya cukup uang, terutama untuk membeli sebuah motel" jawabku dengan nada suara semakin meninggi.

"aku punya uang, aku telah menjual rumahku"

"kau apa ? tapi, tapi kau telah menabung seumur hidupmu untuk rumah itu, dan kau menjualnya begitu saja ?" kataku sedikit berteriak.
Calliope memarkirkan mobil dan beranjak keluar.

"Kita harus menunggu Gary"

"Gary ? siapa itu Gary ? " tanyaku, jengkel, tapi mulai mengkhawatirkan keadaan saudaraku. akupun keluar dari mobil dan berjalan kearah Calliope, sebelum dia menjawabku, sebuah mobil berhenti tepat di belakang kami.

Seorang pria pendek, gemuk, dan beralis coklat tebal berjalan terseok-seok menghampiri kami, menjabat tanganku kemudian Calliope.

"Hai aku Gary, siapa tadi yang bicara denganku di telepon?" dia terlihat terlalu bersemangat.
"aku, namaku Calliope, dan ini saudaraku Astra"
"Cantik! sungguh nama yang indah sekali, boleh kutawarkan sedikit tour di tempat tua ini?"

"tidak, tidak perlu, kami hanya ingin membeli motel ini" jawab saudaraku.

Aku berdiri terdiam tidak percaya apa yang Calliope lakukan, Gary menutup kesepakatan dan pergi dengan Audi biru-nya, menghilang di kejauhan. apa yang Calliope katakan padaku hanyalah
"kau pun bisa memperoleh hasil dari motel ini"

Sudah setahun lamanya sejak hari itu. malam ini aku duduk di bangku depan motel, memandang keluar lewat jendela. radio kecil di ujung ruangan memutar lagu-lagu pop yang sepertinya belum pernah kudengar, sementara Calliope sedang menyiapkan makan malam di dapur. papan penanda didepan yang dulunya bertuliskan "Grassy Meadows Motel" kini menjadi "Just Like Family Motel". dengan kata-kata yang lebih "ramah anak-anak didalamnya"

Tak lama kemudian, aku melihat sebuah truk kecil berhenti di lahan kosong depan motel, deru mesin tuanya terdengar seperti sudah sangat layak untuk diperbarui. aku mematikan radio dan melihat seorang pria turun dari mobil dan mengetuk jendela dibagian kursi penumpang.
"hei Cal, kita kedatangan tamu" aku memanggil saudaraku.
beberapa saat kemudian ia keluar dari dapur dan berdiri disisiku,
"apa kau lihat mereka ?" tanya Calliope sembari melongok ke jendela untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik.
"seorang pria, sepertinya bersama seorang lain, entahlah"
aku mendengar pintu depan terbuka dan segera menoleh kearahnya, pria yang tadi kulihat datang menghampiriku, menggendong seorang gadis kecil dilengannya. gadis itu masih sadar, tapi terlihat sangat mengantuk, jelas saja, waktu itu mungkin sudah jam 10 malam, jika aku tak salah ingat.

"ini sudah terlalu larut malam, aku ingin menginap disini" pinta pria tersebut dengan suara beratnya.
"tentu saja!" jawab Cal, menjelaskan segala tentang pembayaran dan biaya menginap, 35 dollar per hari.
aku tidak terlalu memperhatikannya, gadis kecil itu lebih menarik perhatianku, mungkin dia sekitar lima atau enam tahun, dengan rambut cokelat dan mata birunya yang besar. Calliope memberikan kunci kamar kepada ayah gadis tersebut, mereka pun berlalu mencari ruangan mereka.

aku melirik sekilas ke arah Calliope, membayangkan ekspresiku saat ini sama sepertinya-muram.
"makan malamnya sudah siap?" tanyaku sembari menengok ke arah dapur
"sudah, tolong rapikan mejanya" kesedihan tersirat di wajah Calliope saat ini. 
aku mengangguk dan menyiapkan piring untuk kami berdua, menuangkan susu kedalam gelas dan menyajikannya di atas meja makan, bersama dengan sendok garpu serta tisu. tak lama, aku mendengar ketukan pelan dari arah pintu dapur, darilubang intip kulihat pria yang Calliope berikan kunci kamar nomor 3 tadi berdiri di seberang sana.
kubuka pintu dan bertanya
padanya
"ada yang bisa kubantu?"
"oh maaf nona, aku tahu ini
sudah larut, tapi bolehkah aku bergabung dengan kalian ? aku benci mengatakannya, tapi aku sangat lapar, sandwich terakhirku sudah kuberikan pada putriku"
aku mendongak ke belakang pria tersebut, gadis kecil itu tidak sedang bersamanya, dan itu
berarti dia sendirian di
kamarnya.
aku mengangguk dan memberinya jalan
"tentu saja, kami punya cukup banyak bahan makanan"
aku segera kembali ke dapur dan melihat saudaraku, hal ini tak
selalu berjalan mulus, aku tak berkata sepatah kata pun, hanya mengambil sebuah piring lainnya dan gelas, lalu meletakkannya dimeja. 
"kuharap kau suka Lasagna, karena kami punya banyak
persediaan!"
kata Calliope dengan suara
seramah mungkin.
rasanya ingin sekali menangis saat itu, hal ini telah berlangsung selama setahun penuh, tapi aku
tetap tidak menyukainya, aku tahu kami punya alasan untuk ini, tapi tetap saja aku merasa ini gila.
kami semua telah duduk di meja makan dan mulai menyantap hidangan kami,
pria itu terlihat hanya sedikit lebih tua beberapa tahun dariku,
dia menceritakan tentang
bagaimana ibu si gadis
meninggalkan mereka, dan semua kisah sedih yang mereka alami pada kami, pria itu menyebut dirinya Seth. 
setelah sekitar 10 menit, Calliope memberiku isyarat dari seberang meja.
"permisi, aku harus kebelakang sebentar"
aku bangkit dan bergegas keluar menuju lorong yang menghubungkan ke pintu belakang motel. 
aku merogoh sakuku dan mencari kunci kamar nomor tiga.
pelan-pelan, aku membuka pintunya dan melangkah masuk, gadis itu sedang berbaring diatas kasur, terlelap dalam mimpinya.
aku mengambil nafas dan mengumpulkan tekad, berjalan mendekati sisi ranjangnya. 
"sayang, ayahmu diluar dan ia memintaku untuk menjemputmu"
aku mengguncang bahunya pelan, gadis itu menatapku beberapa saat sebelum mengangguk lemah.
aku melihatnya turun dari ranjang sembari menggosok kedua matanya,
lalu merasakan tangan mungilnya menggenggam jari-jemariku, sungguh, detak jantungku terasa begitu sakit saat itu.
"baiklah gadis kecil, ayo kita temui ayahmu"
"Stacie" katanya pelan saat kami mulai berjalan.
"apa?"
"namaku Stacie, siapa namamu?" tanyanya polos.
"Astra" jawabku singkat,
"nama yang cantik"

kami berjalan menuruni jalur setapak dan aku mendengarkan ocehannya sepanjang jalan, semakin aku mendengarnya, semakin besar penyesalan yang kurasakan,
kami sudah dekat dengan tujuan kami, aku berjuang melawan air mataku.

"apa kita sudah sampai Astra ?" tanyanya dengan suara manis seorang anak kecil. "aku meninggalkan bonekaku tadi, aku tidak ingin ada yang mengambilnya" 

"aku yakin tidak akan ada yang mengambil bonekamu Stacie" jawabku, masih berusaha menahan air mata.

"baguslah, karena boneka itu adalah pemberian ibuku, namanya Lucy, apa kau juga punya boneka sepertiku?"
"ya... dulu aku punya" jawabku, mencoba mengingat-ingat bagaimana rasanya menjadi seorang gadis kecil, dimana mainan adalah sesuatu yang paling berharga dan tak ada masalah yang terlalu rumit didunia ini.
"siapa nama mereka ?"
tanyanya sambil mengayunkan tangan kami saat berjalan.
"aku cuma punya satu, namanya Angel, dialah favoritku, aku selalu membawanya kemanapun aku pergi"
aku menghentikan langkahku didepan sebuah pohon besar.

"Astra, dimana ayahku ?"
tanya Stacie, mengedarkan pandangannya kesekitar.
"aku.. aku akan memeriksanya.. tetap lah disini.. di depan pohon ini.. ya seperti itu !.. aku akan segera kembali"
aku berjalan menaiki jalur yang tadi kulewati, aku tahu ayahnya tak akan datang kemari, tidak seperti yang ia harapkan. 
aku menoleh kebelakang dan menyaksikan pantulan cahaya bulan meredup di genangan air dekat Stacie.
juga sesosok jangkung berdiri di belakangnya, 
dengan lengan-lengan panjangnya yang menjulur dalam kegelapan.
aku memalingkan wajahku dan berlari menuju motel, tak lagi mampu menahan tangisku saat Stacie mulai berteriak.
aku menjatuhkan diri dan membiarkan air mataku mengalir deras. aku sungguh-sungguh merasa sakit !
aku tak ingin melakukannya lagi, aku tidak benar-benar berfikir bahwa menumbalkan anak-anak padaNya akan membawa Calvin kembali.
tapi tidak dengan Calliope, ia pikir jika jumlahnya sudah mencukupi, makhluk itu akan mengembalikan Calvin padanya, tapi aku tidak begitu yakin.

aku mendengar derakan truk kecil yang biasa Seth dan Stacie gunakan, dengan Calliope yang mengendarainya. seperti biasa, menuju danau besar diujung jalan, aku melihat Seth pingsan di kursi belakang, dengan sebuah batu beton besar terikat di pangkuannya.
air mata membasahi wajahku saat menyaksikan Calliope melompat keluar sebelum truk itu menuruni bukit dan bertambah kecepatan. aku berpaling dan berjalan kembali ke kamar nomor tiga, sudah cukup menyaksikan semua kegilaan ini. hal terakhir yang dapat kudengar adalah suara ceburan besar.

aku masih dapat mendengar suara Stacie di dalam kepalaku, aku harus melakukan sesuatu untuknya, walaupun terkesan bodoh, tapi aku yakin ini akan membuatku merasa lebih baik.

saat ini aku berdiri ditempat dimana makhluk itu membawa Stacie pergi, dengan Lucy ditanganku. Calliope telah kembali ke motel, mungkin sedang duduk di beranda, menunggu sesuatu yang tidak akan pernah terjadi.

aku menatap boneka kecil dari kain perca ditanganku, lalu meletakkannya dibawah.
"jangan khawatir Stacie, aku yakin tidak akan ada yang mengambil bonekamu"
aku berlari menyusuri jalan dan tak pernah menoleh kebelakang. 





terkadang setiap keputusan
dalam hidup tidaklah mudah untuk dibuat, emosi dan keterpaksaan belaka sering mengesampingkan alasan moral dan logika demi
bertahan hidup. dari waktu ke waktu, orang-orang diharuskan membuat keputusan seperti ini,
pun begitu denganku.
___________________________________________________________________________


-kevin