10/23/2018

3 Girls I've Amazed Before


Sebagaimana normalnya sebuah kehidupan, kita para insan yang menjalaninya pasti telah dipertemukan dengan para insan lainnya. Ada pertemuan yang memberikan kesan, ada juga yang tidak. 

Pertemuan yang memberikan kesan pun bisa berupa kesan baik, bisa juga kesan buruk. Aku bukan tipikal orang yang senang cerita kesan yang buruk, jadi aku perkecil pembahasan artikel ini menjadi hanya kesan yang baik saja. ehe *pencitraan

Orang-orang yang memberikan kesan baik bagiku bisa macam-macam. Ada yang berwujud orang tua penyayang, guru yang bodor, dosen yang pinter, temen yang gokil, temennya temen yang kalau denger dari ceritanya temen kayaknya keren (ini gak aci), ada juga yang berwujud perempuan-perempuan yang membuatku kagum. *sengaja dibold.

To all the girls I've amazed before.

Itu judul yang pertama kali terpikir ketika menulis paragraf sebelum ini. Terinspirasi dari sebuah film original Netflix yang mengisahkan Lara Jean beserta para pria yang pernah ia sukai. Filmnya sweet af btw.


Netflix and Chill


Tapi aku kemudian berubah pikiran, aku malah ingin ganti judul artikel ini. Kenapa? Karena dalam hidupku, aku hanya pernah kagum sama tiga wanita aja alias segini mah keitung dikit banget anjir. Satu, udah jadi mantan. Dua, baru ketemu beberapa kali doang. Walau begitu, kesan yang ditinggalkan mereka masih segar di ingatanku kok. ehe

Tiga wanita yang akan aku tulis di sini seumur dan aku kenal di real life. Berarti Crystal Widjaja (Big Data Gojek), Laksita Paramita (founder Voira Socks), dan Putri Tanjung (founder EO El Paradiso) gak akan aku masukan karena walau mereka pada awesome, aku gak mengenalnya in real life. Aku kenal mereka lewat TV dan social media, mereka gak kenal aku sama sekali. *Iya lah, siapa juga gue.

Hal ini juga berarti ibuku, para uwa dan bibi, para guru, dan para dosen perempuan yang pada awesome gak akan aku masukin, alasannya karena mereka gak seumur. 


Sampai sini ngerti yah?


NGERTIII.




_____________

Tanpa basa-basi lagi. Ini dia tiga perempuan yang (pernah) membuatku kagum: 


1. NIA

Saat masih menjadi seorang mahasiswa baru tepatnya di hari terakhir Masa Orientasi Kampus (MOKA-KU) aku sedang duduk bersama ribuan mahasiswa baru lainnya  di Gymnasium UPI, terkagum-kagum oleh para senior yang sedang demo mempromosikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mereka ikuti.
Moka-ku alias ospek

There are two kind of people. Satu, jenis orang yang lebih suka olah-raga. Dua, jenis orang yang lebih suka seni. Aku adalah tipikal yang kedua. Makanya di hari itu, aku lebih terpesona oleh para senior yang mempertontonkan UKM seni ketimbang UKM olah-raga.

Menjelang sore ada penampilan angklung dan tari saman, saat menontonnya dari kejauhan, aku merasa mereka keren banget. Para senior dengan keceriannya bermain angklung, lalu penuh energi saat nari saman. Menonton mereka membuatku membulatkan tekad, aku juga ingin dikelilingi oleh orang-orang ceria dan penuh energi kayak mereka. Aku juga ingin menjadi bagian dari sebuah UKM.

UKM seni itu bernama KABUMI.


Mungkin kalau si Jason Ranti kuliah di kampusku, dia bakal bikin lagu judulnya Stephanie Anak Kabumi.

UKM Kabumi concern ke seni tradisional, khusunya angklung, gamelan dan tari. Setiap anggota kabumi diharuskan mengikuti 2 kagiatan. Pertama, semua anggota wajib belajar angklung. Kedua, boleh milih salah satu antara belajar gamelan atau belajar nari. Nantinya aku akan pilih belajar tari saman.
_____________

Kembali ke sehabis MOKA-KU.

Minggu pertama kuliah aku ngajak setiap kenalanku di kampus buat ikut Kabumi. Singkat cerita, aku berhasil ngajak dua orang. Dua-duanya berasal dari SMA yang sama denganku. Orang pertama Gilang Eka dari prodi Sejarah, orang kedua bernama Naddy dari prodi Teknik Sipil. Walau mereka awalnya gak mau, tapi dengan skill diplomasi yang aku miliki, mereka akhirnya bisa luluh juga. xixi *harusnya dulu ngambil jurusan HI nih aeng

Kemudian kita bertiga melawan dunia. *lebay

Maksudnya kita bertiga mendaftar KABUMI. 

Itu adalah pertama dan terakhir kalinya mereka ikut, minggu berikutnya sampai seterusnya, Gilang dan Naddy gak mau diajak lagi. Langkah mereka terhenti setelah pendaftaran dan wawancara perkenalan. Bagaimanapun aku membujuk, mereka tetep gak mau ikut lagi. huhu *skill diplomasiku masih cupu. :(
__________

Jiwa seni dalam diriku tak lantas padam. Walau tanpa Gilang dan Naddy, aku memilih tetap meneruskan mengikuti UKM. Sendirian. 

Minggu pertama latihan, para anggota baru dibarisin kayak anak pramuka. Kemudian para senior di depan nyontohin gerakan dasar tari.  Kebanyakan gerakannya mengharuskan kelenturan pergelangan tangan dan jari-jemari. 


Pergelangan tangan dan jari aku kaku banget anjir. Minder. huhu

Di tengah suasana mati gaya karena persendian yang kaku, juga karena belum mengenal siapa-siapa, tiba-tiba dari samping kanan ada suara perempuan, "Hey bukan gitu caranya tapi gini!"

Aku menoleh, tenyata suara tersebut berasal dari teteh-teteh mbem hitam manis. Teteh itu kemudian mencontohkan gerakan tangan dengan kelenturan bagai penari merak. Anggun.

"Wih, baru latihan pertama kok udah jago sih?" tanyaku.

Teteh mbem menjawab,"iya lah, orang aku jurusan seni tari.

Skip
______

Selanjutnya aku sama teteh mbem itu makin akrab. Dia kakak tingkat beda satu tahun, jurusannya seni tari. Fakultas kita juga tetanggaan, karenanya kita jadi sering saling tunggu sehabis kelas agar bisa pergi UKM barengan.

Di suatu senja sehabis latihan Kabumi, dia mengajak aku makan bareng karena dia sedang ingin makan di sekitaran Gegerkalong (deket kostanku), alasannya karena katanya dia lagi bosen sama makanan yang ada di sekitar Cilimus (deket kostan dia).

Long story short, kita telah duduk berhadapan di sebuah meja. Dia mengangkat tangan, pelayan menghampiri, lalu dia pesan makanan dengan cara paling sopan yang pernah aku lihat.

I think I love the way she treat a waiter.

Susah sih menggambarkannya, kamu harus ketemu dia dulu untuk menyaksikan betapa sopannya dia memperlakukan pelayan saat itu. Intonasinya, ekspresinya, pemilihan katanya, pas banget. Setelah memesan, tak lupa dia mengakhirinya dengan ucapan 'makasih ya, mas' dengan senyuman tipis. Manis.

Aku di meja seberang seketika amaze dan berkata dalam hati, "Sopan banget eh si teteh mbem ini."

______

Mestakung, semesta mendukung.

Bukan hanya aku aja yang kagum sama dia, tapi ternyata berlaku juga sebaliknya. Dia juga mengagumiku. ehe

Malah aku merasa kalau dulu tuh dia yang suka duluan. Soalnya dulu dia yang suka chat duluan buat saling tunggu belakang fakultas, dia juga yang suka inisitif ngajak makan bareng, dia juga yang suka minta anter kalau pulang latihan kemaleman, dia juga yang pertama ngajakin ngedate. 

Pokoknya, dia yang sering ngajak, aku yang sering diajak. ehe

The perks of ngegebet senior. 

Senior yang akan lebih inisiatif, soalnya senior udah kuliah sebelum kita. Jadi pastinya mereka bakal lebih tau soal belantika pergaulan cool kids di sekitaran kampus. hahaa
______


Aku percaya bahwa setiap orang yang kita temui pasti akan meninggalkan bekas. Entah sementara, entah lebih lama.

Dalam kasus Nia. Bekas itu bertahan lebih lama daripada hubungan kita.

Met Nia was my turning point.

Sebelum ketemu Nia, aku adalah tipikal orang yang masa bodo dengan pendapat orang lain terhadapku. Apalagi sama orang asing, aku pasti  bakal masa bodo to the max.
_____

Beberapa bulan lalu sekitar Mei 2018 aku naik bus Damri. Di seberang bangku tempat aku duduk ada bapak-bapak nanya ke mas-mas,  "Upami ti Ledeng ka Leuwi Panjang mayarna sabaraha yah, A?"

Mas-masnya jawab, "Jauh dekat 5 ribu, pak."

"Oh, nuhun, A" kata si bapak.

Lalu mas-masnya buka smartphone, eh gawai. Seolah ngasih isyarat pada si bapak supaya jangan ngajak ngobrol dia lagi

Sungguh sebuah perilaku tidak someah. Seperlunya, sekenanya. Tanpa basa-basi, tanpa senyum ramah, tanpa 'sami-sami' atau 'sawangsulna' keluar dari mulut si mas-nya.

Menyaksikan kejadian ini dari bangku seberang, aku merasa kalau ini lagi flashback. Beberapa tahun yang lalu aku pernah loh seperti mas-mas nyebelin itu. Ketus sama orang asing. :(

But Nia changed me.

Ada beberapa orang yang kita temui dalam hidup ini di mata kita begitu keren banget, saking kerennya bahkan membuat kita berkata dalam hati, "Aku pengen deh sekeren dia."

Di hidupku, salah satu orang keren itu adalah Nia. Semakin sering melihat keramah-tamahannya kepada orang asing, semakin ingin juga aku menjadi pribadi yang lebih friendly kaya dia, lebih ramah kaya dia, lebih murah senyum kaya dia, lebih supel kaya dia.
________

Awal-awal pacaran sama dia, mungkin tanpa sadar aku berubah. Makin lama pacaran sama dia, aku yakin aku telah jauh berubah.

Orang-orang yang kenal denganku setelah aku kenal dengan Nia, kebanyakan beranggapan kalau aku adalah orang yang asyik dan seru. Padahal sebelumnya, kata sifat itu sama sekali gak identik dengan kepribadianku. Kecuali sama temen yang udah kenal lama.

Lucu juga.

Ternyata hanya dengan perubahan kecil saja, rasanya seperti aku telah melakukan perubahan yang besar.

Setelah aku ketemu dia aku merasa menjadi pribadi yang lebih........ friendly.

It's funny how day by day nothing changes. But when I look back, everything is different.
___________________ 


Pasar malam enthusiast

There always a, "kalau bukan karena dia, gue gak bakal kayak sekarang" person in our life. - @Monstreza


2. RISMA

Risma pernah aku ceritain di sini. *Btw yang ada underline bisa diklik. ehe


Bagian yang belum sempet aku ceritain adalah dua hal ini:


Dia tau apa yang dia gak suka.


Sore-sore di Pine Hill, Maribaya, kita berdua duduk di sebuah bangku untuk beristirahat sambil menunggu malam. Ngobrol ngalor ngidul ke sana ke mari, hingga suatu obrolan mengarah ke pertemanannya. Dia bilang, "Aku gak suka sama temen-temenku, mama aku juga gak suka. Menurut mama aku mereka itu ngasih pengaruh buruk. Aku jadi suka bohong, suka pulang malem."


"Lah, kalau kamu gak suka. Kenapa masih temenan?", tanyaku.


"Iya, karena aku gak punya circle lagi selain mereka.", jawabnya


Mendengar dia ngomong gitu dalam hati, "Anjir kok dia bisa accept sih. Maksudnya dulu aku juga pernah loh ngerasa gitu, merasa temen-temenku saat itu gak membawa aku berkembang. Tetapi bedanya aku selalu denial, juga gak akan bilang siapa-siapa." 


Saat ngobrol sama dia, aku merasa lagi ketemu diri aku sendiri tapi versi lebih tau apa yang dirasa, lebih berani untuk bilang. Kayak yang lagi berkaca terus bayangan di kaca lebih cakep dari kita. Itu yang aku rasakan.


Satu lagi, sebelum puasa 2018 kita ngetrip ke Istora, Jakarta Pusat. Dalam perjalan di bus jurusan Leuwi Panjang - Kalideres, kita ngobrol banyak hal sampai ke satu topik yang membuat dia pernah bilang, "Ibu aku tuh orangnya munafik. Ibu aku kalau di depan tetangga dia baik banget, tapi kalau udah pulang ke rumah terus berdua sama aku, dia ngomongin mereka."


Damn! Kok sejujur ini sih? Aku juga punya perasaan kaya gitu ke orang tua sendiri, tapi gak akan bilang siapa-siapa soal bagian mana dari mereka yang aku gak suka. Tapi cewek ini, dia beda. That's why aku selalu mesem-mesem kalau lagi dengerin cerita dia. Anaknya jujur banget.

______________

Alasan lain yang membuatku kagum adalah:


Dia suka challenge


Dia cerita kalau temen satu gengnya pernah iseng ngomongin soal mereka semua akan patungan buat beli perlengkapan alat make-up yang harganya sekitar sejutaan, hadiahnya nanti dikasih ke salah satu dari mereka yang berani buat ditindik.


"Terus siapa yang berani?" , tanyaku.


Sambil ngunyah permen karet yang aku kasih, Risma senyum lalu ngangkat rambut yang ngehalangin telinga kirinya sambil memperlihatkan ada tindikan di cuping atasnya.



Susah nyari gambar yang mirip. Pokoknya kaya anting gitu, lingkaran. ehe

"Jadi kamu?", mencoba memastikan.

Masih dengan senyum bangga sambil ngunyah permen karet, dia bilang, "Iya, aku."


Gilaa! Gokil nih cewek!


Merasa aneh karena wajahnya yang gak pake make-up, aku lantas bertanya, "Tapi kenapa hari ini kamu gak pake make-up apa-apa?"


"Aku gak suka pake make-up.", jawab Risma.


"Lah terus kenapa kamu bela-belaan mau ditindik?", aku penasaran.


Dia menjawab, "cuma pengen aja. Daripada gak ada yang berani yakan."


What the?  


Entah kenapa mendengarnya membuat aku merasa sedikit emosi. Dia itu tipikal orang yang akan membuat orang lain iri karena lebih berani untuk bertindak. Sedangkan aku tipikal yang seneng nunda-nunda nunggu orang lain duluan, kalau mereka gagal baru aku maju. Singkatnya, aku lebih pengecut.


Kepribadian kayak Risma gini ada juga di selebtweet yang aku follow.

Kunawhy mesti ada "THE PLACE I DON"T REALLY LIKE"

Fans MU pasti emosi jiwa tuh. Ada orang lain yang gak suka-suka amat, tapi bisa mendapatkan sesuatu yang kita suka banget. Sungguh membuat envy. 

_________

Maskulin - Feminim

Maskulin adalah sifat yang melekat pada lelaki. Feminim adalah sifat yang melekat pada perempuan.

Btw Risma belum bisa bawa kendaraan sendiri. Tapi tetap saja aku merasa dia lebih maskulin daripada aku. Lucu juga aku merasa kalah maskulin dengan cewek yang gak ada tomboy-tomboynya.

Setiap orang yang kita temui pasti akan meninggalkan bekas. Bekas yang ditingalkan Risma adalah:

  • Ingin lebih accept atas apa yang aku punya beserta kekurangannya, gak denial lagi seolah ini sudah yang terbaik.
  • Ingin lebih berani bertindak
  • Meski gak suka-suka amat, aku akan tetap akan ngejar sesuatu yang perpotensi membuat orang lain envy. hahaa


3. FANNY

Aku pertama kali berinteraksi dengan Fanny adalah ketika kita berdua saling reply di sebuah twit yang akhir September 2018  sedang viral. Twitnya yang ini:

Pura-pura polos demi pertemanan


Dari saling reply itu, aku merasa kalau dia adalah wanita yang bodor, receh dan dikit-dikit becanda plesetan. You know, di mataku dia tipikal karakter yang penuh warna. Mungkin sejenis manic pixie dream girl,

Manic Pixie Dream Girl.

Itu adalah istilah untuk karakter cewek di film yang memberikan warna ke kehidupan karakter cowok yang sebelum ketemu karakter cewek, hidupnya hitam putih. Sebenernya bisa juga sebaliknya, tapi aku gak tau istilahnya. Asa gak familiar aja kalau ada manic pixie dream boy. huhu

Ini tuh kaya formula mainstream di dunia film.  Aku kasih contoh aja ya, manic pixie dream girl itu seperti:
  1. Summer di (500) Days of Summer
  2. Margo di Papertowns
  3. Chihaya di Chihayafuru
  4. Sakura Yamauchi di film I Want To Eat Your Pancreas
  5. Kaori di film Your Lie in April
  6. Audrey Hepburn di banyak film jadul
Biasanya berwujud cewek cantik yang ceria datang ke kehidupan cowok cakep yang monoton.
_____________

Aku merasa hidupku sekarang kaya Tom di film (500) Days of Summer, gak semangat-semangat amat, berasa monokrom. Seperti halnya Tom, aku juga berharap ada sesuatu yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Ketemu Manic Pixie Dream Girl misal. ehe

I think syndrome kayak gini mirip kayak cewek kekoreaan. Kalau cewek kekoreaan berharap ketemu cowok romantis af kayak di drama-drama korea. Kalau aku berharap ketemu cewek yang ngasih positive vibes kaya manic pixie dream girl. 

Makanya aku suka enggas kalau ada cewek lucu maen twitter. Berharap dia satu referensi, ceria, dan ngasih positive vibes. Dengan kata lain, mewarnai hidupku.

Before you came into my life
Everything was black and white
Now all I see is colour
Like a rainbow in the sky

(Colour - MNEK feat Heilee Steinfield)

_________

Kembali ke twitter.

Setelah saling reply, aku follow dia, dia follback. Aku menyapa via DM, dibales. Straight to the point, aku langsung ajak dia buat ngedate tanggal 20 Oktober 2018. Dia minta ijin ke mamanya, diijin. Aku minta  no WA dia, dikasih. Kita kemudian saling berbalas chat.

"Beli tiket presale-1 aja dulu dua biji. Nanti ngedatenya sama siapa, urusan belakangan."- Rifal

Di WA kita ngobrolin hal-hal remeh, yang kalau bukan sama dia mungkin aku gak akan ngobrolin topik-topik ini:
1. Ngobrolin soal Namaste
2. Kalimat majemuk bertingkat
3. Keributan twitter (Bibit unggul dan hutang 500rb)

Dia tuh kaya bisa diajak ngebahas segala hal.

Istilahnya apa ya? Oh ini, SATU FREKUENSI.

Bukan hanya itu, ada satu hal dari Fanny yang berbeda dari perempaun lainnya. Dia itu fear of missing out (FOMO). Suatu perasaan tidak tenang ketika melewatkan sesuatu yang lagi trend. Suatu perasaan yang ingin tau lebih dulu. Suatu perasaan yang akan merasa menyesal bila terlambat tau daripada yang lain.


Dia bagai gelas yang baru penuh setengah. Di satu sisi dia telah banyak tau berbagai hal, walau begitu di sisi lain dia masih menyisakan ruang kosong untuk rasa penasaran.

I love the way she corious about something.

Seperti aku, dia penasaran dalam banyak hal. Contohnya dia mencari tau kalau ada referensi pop culture yang aku sisipkan dalam chat (Kinnikuman), dia juga mau membeli buku yang aku suka (Bumi Manusia), dia juga penasaran dengan series yang aku tonton (Cosmos), dia juga baca webtoon yang aku suka (Terlalu Tampan).

Setelah ketemu tanggal 20 Oktober 2018, banyak hal lain yang membuat aku merasa gak salah karena telah ngajak cewek ini. Aku merasa punya semacam kemampuan untuk menganalisa kepribadian seseorang dari twitnya doang. Sesuai yang aku harapkan, dia yang asli ternyata sama serunya kayak dia pas maen twitter. Gokil gak tuh. *Harusnya dulu ngambil psikologi sih aing.

Fanny anaknya ceria banget, malah bisa dibilang receh karena gampang banget ketawa. Ngelihat Rasmus nge-MC aja, dia ngakak sendirian. Aku ngakak sendirian kayak gitu, paling kalau lagi nonton anime Gintama doang. Btw Rasmus emang lucu sih, tapi ya paling buat orang-orang biasa mesem-mesem aja, gak sampe ketawa ngakak guling-guling. Tapi kalau Fanny, dengan kerecehannya (in a good way), kayaknya gampang banget gitu buat dia untuk ngerasa bahagia. Sungguh sebuah kepribadian yang ngasih positive vibes. ehe

NAIF raja pensi buat band. Rasmus raja pensi buat MC.


Hal yang aku baru tau lainnya, dia ternyata adalah mantan teteh-teteh bercadar yang baru aja membuka cadarnya, dia punya tipikal cowok idaman anak seni yang gondrong kek Adhitia Sofyan, dia juga mantan selebgram yang lagi vakum kayak Awkarin kemarin. Tapi bedanya Awkarin ngejual account IG-nya ke dirinya sendiri, Fanny enggak.

Awkarin = Anak Danus.

Singkat kata, 2 hal yang paling membuatku kagum sama dia adalah karena kita sama-sama satu frekuensi dan  FOMO.

Mungkin akhirnya tidak seperti Manic Pixie Dream Girl yang aku bayangkan, tidak membuat berdebar-debar di dada seperti perasaan saat Tom ketemu Summer. But somehow tetep aja dia telah membuatku kagum. Anak twitter never failed me. :)
Pergi ngedate ke gig, tak pernah mengecewakanku
Setiap orang yang kita temui pasti akan meninggalkan bekas. Bekas yang ditingalkan Fanny adalah:

  • Aku ingin terus memiliki sifat FOMO. Setelah kenal dia aku tau kalau saat seorang FOMO ketemu orang FOMO lainnya, rasanya seru.
  • Jika dengan kerecehan dan keceriaan dia bisa membuat suasana hatiku ikut bahagia. Berarti aku juga bisa dong menjadi pribadi yang lebih ceria dan membuat orang lain di sekitarku bahagia juga. ehe



KESIMPULAN

Aku selalu percaya bahwa macam-macam kepribadian manusia itu mirip kaya macam-macam rasa Indomie.

Indomie goreng original setara sama orang yang punya manner bagus dan inntelegence tinggi, hampir semua orang bakal suka,

Indomie empal gentong, sambel matah, salted egg dan berbagai rasa unik lainnya seperti kepribadian kebanyakan dari kita, para manusia biasa. Gak disukai semua orang, tapi masing-masing rasa selalu ada penikmatnya.

Dengan kata lain, aku baru menemukan 3 rasa yang aku suka:
1. Nia, karena ramah dan supel.
2. Risma, karena jujur, suka tantangan, dan senang membuat orang lain envy.
3. Fanny, karena satu frekuensi dan FOMO

Di mataku, mereka bertiga itu kaya unique snowflakes. Gak ada yang persis sama, tapi semuanya tetap terlihat indah.


Unique Snowflakes, walau berbeda tapi semuanya indah.

__________

Mungkin maen kamu kurang jauh pulang kamu kurang malem, Fal? Makanya belum ketemu banyak cewe keren.

Mungkin iya.

Tapi aku pernah loh ketemu cewek independen, pernah juga ketemu cewek polos-polos menggemaskan, pernah juga ketemu cewek yang otak bisnisnya jalan terus, pernah juga ketemu cewek hits yang gaul af. Itu semua adalah kepribadian yang positif loh, tapi....

Tapi ya gitu....

Mereka bagai rasa indomie yang aku gak suka. 

Walau demikian, aku yakin ada banyak orang lain di luar sana yang menyukai rasa-rasa yang aku gak suka. Alias setiap kepribadian punya pasarnya masing-masing.
_________


Kesan yang telah diberikan Nia, Risma dan Fanny sepertinya akan bertahan lama di ingatanku. Mungkin tanpa aku sadari, mereka abadi. Bertransformasi menjadi kepribadianku yang setelah bertemu mereka menjadi berubah karena rasa kagumku.

Mereka sengaja aku tuliskan di sini agar saat nanti aku semakin tua dan semakin lemah mengingat, aku bisa membaca ini untuk membawaku kembali. Kembali ke masa di mana ada wanita yang pernah aku kagumi.

Before I too old to remember every good things in life. I write it.

________

Dengan berakhirnya tulisan ini, sudah resmi pula mereka telah aku abadikan. Mereka selamanya akan tetap menjadi............

3 girls I've amazed before. 

And still.

I think. 


______
_______
_______
_______
_______





Some throwbacks will not hurt anybody, right?


Tapi tetep aja aku ngerasanya gak enak.

Nulis ini, aku merasa telah jahat ke para mantan dan semua yang pergi tanpa sempat aku miliki. I think, aku juga pernah amaze deh ke selain mereka bertiga. Bagaimanapun para wanita-wanita terdahulu pernah membuatku merasa jadi seseorang yang beruntung telah hidup di bumi. Tapi mungkin mereka gak sempat aku tulisin aja.

Lagipula ini kan judulnya girls I've amazed before, bukan girls I've loved before. Jadi bukan berarti karena para mantan kekasih dan mantan gebetan gak ditulisin kayak gini, mereka belum pernah menempati posisi spesial di hatiMereka pernah kok, once.

Gitu. ehe

___________
___________
___________
___________












9/30/2018

Tak Selamanya Datang Ke Gig Itu Indah

"Jreeeng!", suara gitar acoustic memecah kesunyian. 

Dibarengi dengan layar megatron di belakang panggung yang perlahan membelah menjadi dua. Satu layar ke kiri, satu layar ke kanan. Menyisakan ruang kosong di tengah-tengah.

Tampak berdiri sesosok manusia masih berupa siluet.

Beberapa saat kemudian sosok itu berjalan maju. Badannya tersorot lampu, tampak seorang pria mengenakan kemeja flannel hijau, topi fedora, dan gitar acoustik.

Bisa ku tebak. Gitar ini yang tadi berbunyi memecah kesunyian.

Saat ke tengah panggung, cahaya menerangi wajah pria itu. Dari arahku melihat, tampak dia memberikan senyuman dengan lesung pipit, dan tak lupa, tatapan kasih putihnya.

Sampai sini kamu sudah bisa menebak dong aku lagi nyeritain siapa? 

Iyap, betul. The one and only Glenn Fredly.

"Hello Banduung", sapa Glenn Fredly.

Para cewe-cewe teriak histeris tak percaya sosok idolanya  kini hanya berjarak beberapa meter saja. 

Intro lagu You Are My Everything pun mulai menggema, aku dan penonton lainnya siap-siap untuk bernyanyi.

Cruising when the sun goes down
Across the sea
Searching for, something inside of me

"Gilaa! Baru dateng aja udah epic gini", kataku ke temen sebelah di sela-sela sing along.

Tatapan kasih putih

Kita berdua di tengah ribuan remaja lainnya di lapangan Bali. Sama-sama menjadi sebuah saksi betapa epicnya sebuah penampilan dari musisi kenamaan yang pengalaman dia di dunia hiburan  mungkin lebih lama dari umurku sekarang.

25 Agustus 2018
Ini sungguh di luar dugaan, ternyata penampilan om Glenn Fredly di event bernama FIVELIVE CHRONOSPHERE yang awalnya aku pikir bakal banyak sedihnya, ternyata malah pecah banget. Lagu-lagu hits yang menemani masa kecilku pun di bawakan satu-satu. Januari, Terserah, Akhir Cerita Cinta, Sekali Ini Saja dan lagu-lagu hits lainnya.

Skip
__________

"Hah lelahnya,  gig barusan seru banget", pikirku sambil menghembuskan asap dari sebatang classmild.

Pulang dari sana aku sebats di balkon kostan sambil memikirkan, "untuk sebuah experience nonton konser sekeren itu, uang 45 ribu yang dulu aku keluarkan buat beli presale 1 terasa terbayar sudah. Ini sih lebih daripada disebut worth it, untung banyak ini mah aeng. Hahaa"

Saat itu Pukul 12 malam, rokok di tangan kanan smartphone di tangan kiri. Seperti biasanya, aku baru update IG Stories sepulang festival music. Aneh gak sih? Maksudnya kebanyakan orang kan bikin snapgram pas acaranya lagi maen, bahkan ada yang instagram live, sedangkan aku kebalikannya.

Ah never mind! Ngapain juga aku tau pendapat kamu. xixi 

Setelah posting snapgram, aku ngetik #FiveliveChronosphere di kolom pencarian. Melihat foto dan video kebahagian dari orang-orang yang aku gak kenal ternyata malah membuatku ikut senang. Aneh.

Sayangnya baru juga scroll bentar, udah mentok. Yhaa. Baru dikit yang upload ternyata. *Yaiyalah, Maliih! Acaranya juga baru kelar satu jam yang lalu.

Yaudah deh. Aku keluar dari tab pencarian terus pindah ke tab home buat scroll timeline IG. Saat ngescroll gini pasti suka ada saran akun-akun untuk diikuti, biasanya temennya temen yang gak akrab-akrab banget sehingga seringnya aku abaikan. Tapi malam itu beda, akun yang disarankan namanya Atma Asta. "Asing nih? Jahat banget orang tuanya ngasih nama ginian. Coba deh lihat dulu profilnya", pikirku.

Ternyata bukan nama orang sodara-sodara, Atma Asta adalah nama sebuah festival musik. 

Instagram ngepas banget sih kalau ngasih saran.

Untuk siapa pun yang ngembangin algoritma Instagram, aku ucapkan terima kasih banyak. Di mana pun kamu berada aku yakin kamu bekerja sungguh-sungguh di kantor, gak sering gabut terus maen Zuma.

Eh engga deng, itu stigma negatif buat pegawai zaman dulu. Pegawai zaman sekarang udah gak ada yang kaya gitu lagi, sekarang mereka maennya Ludo King. Haha *jahat ih aeng 

Wagila, artisnya banyak beud.

________

Ada Diskopantera, Reality Club, Barasuara, Marion Jola, Adhitia Sofyan, Fiersa Besari, Raisa dan Sheila on 7.


Gede nih pensi

Anjir ada Sheila on 7. The one and only Sheila on fucking 7. Wagila, acara ini harus banget aku datengin.
_______

"Tak semudah itu. hoho" mungkin begitu kata semesta.

Presale-3 mengajarkanku kalau tak selamanya apa yang aku mau selalu sejalan dengan apa yang temen-temenku mau. Karena harga ticketnya yang udah 100rb, temen-temenku yang biasanya hayu-hayu wae kalau diajak ngegig, sekarang pada gak mau.

"Aduh kemahalan kalau segitu mah, uangnya mau/abis dipake..........", template penolakan dari orang-orang yang aku ajak.
________

Yhaaa. Setelah ditolak berkali-kali, semangat nonton So7 pun perlahan fade away..

"Makanya, fal. Temenan tuh sama anak hits juga fancy!", setan dalam hati berbicara.

"Ah gpp, aku sayang kok sama temen-temenku sekarang. Walau gak fancy yang penting mereka gak fake", mencoba gak terprovokasi padahal mah terintimidasi. Sungguh sebuah denial. huhu

____________

Besoknya hari minggu, aku pergi nonton Senja Syahdu 2.
Acara 18+ tapi gak ada orang mabok yang rese. Idaman.



Terus kepikiran gini: Mungkin kalau kenalan sama orang-orang di sini, aku bakal dapet temen ke Atma Asta. *Jenius sekali aeng. hoho

_____

Tapi gak jadi, karena aku gak cukup punya nyali buat ngajak kenalan orang asing di real life. Beraninya di medsos doang. Cupu sekali aeng. Cih
_____

Seperti yang aku lakukan kemarin malem, bila sepulang dari sebuah festival aku maen IG untuk search hashtag dari acara yang berusan aku datangi. Kali ini aku ngetik #senjasyahdu2. Berbeda dengan acara kemarin, acara kali ini banyak banget yang posting pake hashtag itu.

Aku pilih akun-akun yang foto profilnya cantik buat aku follow, demi menambah jejaring pertemanan dalam belantika anak muda  Bandung yang mengikuti dunia perindiean.

Hoho pinter yah triknya?
____

Tapi gak ada yang follback dong.

Bgst!

Skip 
______

Besoknya hari senin, hari-hari weekdays berjalan seperti biasanya. Malesin.

Menjelang malam aku putus asa, tapi kepikiran, tapi gak ada lagi yang bisa diajak, tapi aku pengen nonton Sheila on 7, tapi temenku sobat miskin semua, tapi aku ingin datang gara-gara pernah baca twit orang yang bunyinya gini:

Best date ever adalah ketika malem mingguan nonton Sheila on 7 dan mereka membawakan lagu lamanya.

Hanya satu kalimat doang efeknya ke aku bisa gede banget. Aku yang biasanya adalah orang yang gak banyak maunya, kalau inget twit itu jadi bernafsu. Ingin menggapai indahnya duniawi.

Demi mewujudkan best date ever aku harus memenuhi semua indikatornya, yaitu:

  1. Ini harus berupa  date! 
  2. Which is harus berdua! 
  3. Berduanya kudu sama lawan jenis!

Gimana ya caranya?

Untungnya aku punya tinder.

Aku chat dong para match aku, tapi kayanya mereka semua udah pada uninstall tinder deh. Gak ada yang bales chat aku. Bgst!
_____


Putus asa.

Itu sih kata yang paling tepat dalam menggambarkan perasaanku waktu itu. Padahal udah berani melawan gengsi buat ngajak match tinder yang bahkan aku gak pernah temui sebelumnya, tapi tetep aja gini. Seolah mestatikung (semesta tidak mendukung).

Aku leyeh-leyeh nunggu ngantuk ngescroll IG stories orang, ada seorang teteh-teteh yang awalnya aku kenal dari twitter sedang membuat stories.  Aku tonton storiesnya.

Eh wait! Kalau gak salah inget teteh-teteh ini adalah typical orang yang sering nyanyi-nyanyi di snapgram.

Profilnya cocok. Anak yang suka nyanyi = anak seni = ngikuti musik indie = bisa diajak ngegig.

Shikat, Pak Ekoo!
_____


Bismillah

"Hey teteh nyeni. Maukah *insert link IG Atma Asta*", ketikan yang aku kirim lewat DM IG.

*deg deg deg

"Dia bakal bales apa ya kira-kira?", aku bertanya-tanya entah ke siapa. Ke diri sendiri sih keknya.

*tik tik tik waktu berdetik

SFX: Teng Tong (suara DM masuk)

"Apaan?" dia membalas

Yha sepertinya bakal jadi penolakan yang lain. haaah
___________

Aku tarik nafas dalam-dalam, terus aku ketik ini dengan pasrah:
AKU MAU *sengaja dicapslock



Wagila!!

Dia mau!!!.

Horeee!!!

Karena dia aku tersadar kalau terkadang malaikat itu tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan. Tapi malaikat juga bisa berupa teteh-teteh stranger yang nyamber tweet kita kemudian berlanjut saling follow di instagram. *Paansi

Hey teteh stranger! Kalau kamu baca ini, aku pengen kamu tahu kalau aku seneng banget loh hari itu. Hari Senin 27 Agustus 2018.

Balesan 'aku mau' dari kamu bermakna banyak buatku, karena telah melepaskanku dari keputus-asaan, juga telah mengajarkanku kalau di dunia ini 'anything is possible, I only have to try!'

WOW SUPER SEKALI AING!!!

Zahabat Zupeer!!!

SKIP

_____

One Month Later.
Sabtu, 29 September 2018.

Aku jemput dia. Kita ke Pussenif, nyampe sana jam 3.

Idealnya jam segitu kebagian Reality Club sih. Tapi ternyata.... antrinya sejam setengah anju. TAI!!!

Dengan kata lain, aku melewatkan Reality Club, Fiersa Besari & Adhitia Sofyan di antrian, ajaba teteh yang aku ajak lagi rese karena laper, ajaba akunya lelah berdiri, ajaba panitianya jutek.

Hal yang paling nyebelin adalah selama sebulan ini dari bulan Agustus sampai September 2018, lagu-lagu Reality Club sering banget aku puter. Apalagi yang Is It The Answer?

Dengan kata lain selain So7, Reality Club adalah artis yang penampilannya paling aku antisipasi di pensi ini.
____

Tapi apa yang terjadi?

Saat mereka tampil, aku lagi ngantreee. NGANTREEE!!! *sengaja dicapslock

TAI!

Kebayang gak sih gimana keselnya udah sebulan dengerin lagu-lagunya (saat di kendaraan, saat bangun tidur juga saat sebelemu tidur). Tapi pas hari H dateng, pas musisi-musisi yang udah sebulan ini aku dengerin di mp3 tampil di sebuah panggung, aku yang udah berniat nonton dari sebulan kemarin ujungnya malah menua di antrean?

Bisa dibilang antrian Atma Asta telah merenggut masa mudaku. *Ok ini lebay. Emang perepatan  Samsat?
______

Pokoknya Atma Asta adalah pengalaman antri paling buruk yang pernah terjadi dalam hidupku.

Ingin rasanya aku menuliskan betapa kesalnya aku hari itu dengan segala macam sumpah serapah, tapi gak jadi demi pencitraan dan jejak digital. Di era big data zaman sekarang, persona yang aku bangun di internet adalah apa yang orang lain akan pikirkankan tentangku. Aku ingin tetap mempertahankan citraku sebagai mas-mas yang baik hati, suka menolong  dan rajin menabung. hoho

Untungnya ada netizen yang ketikan jempolnya telah mewakili isi hatiku. Aku tinggal SC-in aja! xixi

Apakah dirimu adalah aku?

_____

Meskipun biasanya aku seneng banget dateng ke sebuah gig, tapi Atma Asta menyadarkanku bahwa tak selamanya ekspektasi sejalan dengan realiti.

TAK SELAMANYA DATANG KE GIG ITU INDAH


_____

Apa tadi di awal? Best date ever? 

Best date ever apaan, anjir.

Masukin  ke best date of the month aja aku gak ridho.

Daripada ngedate ke acara gituan, mending aku ngedate makan surabi sambil small talk, terus kadang  debat-debat kecil kemudian diakhiri ketawa-ketawa lucu. Murah tapi membekas.
____

Btw aku tau kalau ini bukan salah Sheila on 7 atau line-up lainnya, aku tau kalau ini bukan salah teteh yang aku ajak, aku juga tau kalau ini bukan salahku.

Ini salah siapaa?

Ini salah yang bikin acara.

F*ck!
_____