1.1
Latar
Belakang
Indonesia,
sebuah negara kepulauan yang memiliki sejarah cukup panjang sebelum menjadi
bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun masih jauh lebih muda jika di bandingkan
dengan negara kekaisaran seperti China atau Jepang dan kerajaan Inggris yang
telah mencapai peradaban sekitar 500 bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, suku bangsa,
etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang
pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Perkembangan Masyarakat Indonesia yang akan membahas mengenai sosok-sosok di
balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin yang pernah atau
sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia serta membahas mengenai
karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Presiden pertama
sekaligus Bapak proklamator Indonesia adalah Ir. Soekarno atau lebih di kenal
sebagai “Bung Karno” yang memimpin Indonesia sejak 1945-1966 yang kemudian di
gantikan oleh Soeharto yang berkasa di Indonesia selama kurang lebih 32 tahun
(1966-1998). Setelah berakhirnya rezim Soeharto, Indonesia di pimpin oleh B.J.
Habibie yang memerintah kurang dari 1 tahun dan di gantikan kepemimpinannya
oleh presiden Abdurrahman Wahid yang kemudian juga di gantikan oleh Megawati
Soekarnoputri yang merupakan presiden wanita pertama di Indonesia hingga kini
kepemimpinan di pegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang menjalani masa
kepemimpinan periode kedua.
Dalam makalah
ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukn hanya sisi politik seorang
presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di
pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh
terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Selain itu, kami juga
mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia yang tidak akan lepas
dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penulisan di atas, penulis mengambil rumusan masalah yang akan
di bahas berupa:
·
Siapa sajakah presiden
yang pernah memimpin Indonesia?
·
Bagaimana sifat dan
karakteristik para presiden di Indonesia?
·
Bagaimana metode
memimpin presiden di Indonesia?
·
Adakah sisi-sisi
manusiawi atau humanisasi yang dimiliki oleh para presiden?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan kami membuat
makalah ini adalah untuk:
·
Untuk mengetahui siapa saja presiden yang pernah memipin
Indonesia
·
Untuk mengetahui sifat
dan karakteristik presiden di Indonesia
·
Untuk mengetahui
metode-metode memimpin presiden di Indonesia
·
Untuk mengetahui ada
atau tidaknya sisi manusiawi dari seorang presiden
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini kami buat dengan terdiri dari tiga bab. Bab pertama
membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. Bab kedua berupa pembahasan
yang mencakup siapa saja presiden yang pernah memimpin Indonesia mulai dari
Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan
Susilo Bambang Yudhoyono dengan sisi manusiawi dari masing-masing presiden.sedangkan
Bab tiga berisi kesimpulan, kritik dan saran
BAB II PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara kesatuan
yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa dan getnis di dalamnya. Untuk
menyatukan keberagaman tersebut, indonesia membutuhkan sosok seorang pemimpin
yang mapu mengorganisasikan negara dan menyejahterakan rakyat. Dalam
perkembangannya, indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini
mengalami banyak restrukturisasi, terutama dalam bidang politik. Selama 66
tahun berdirinya, indonesia mengalami 6 kali pergantian pemimpin.
Presiden yang pernah menjabat di
indonesia adalah sebagai berikut:
1. Soekarno
2. Soeharto
3. BJ
Habibie
4. Megawati
Soekarno Putri
5. Abdurrahman
Wahid
6. Susilo
Bambang Yudhoyono
Tak dapat di pungkiri, setiap
pergantian presiden menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berbeda pula. Hal ini
memang cukup wajar, karena setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda dalam
mencapai kesejahteraan (dalam hal ini kesejahteraan rakyat). Pelaksanaan
kebijakan ini pun tak pernah lepas dari adanya kontroversi, pro dan kontra yang
selalu membumbui, bukan hanya dalam pelaksanaannya tapi juga dalam
pembuatannya.
2.1 Ir. Soekarno
Presiden pertama
Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.
Semasa hidupnya,
beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati
mempunyai anak Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu,
sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto
mempunyai anak Kartika, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI
(Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke
penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru
disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda. Pembelaannya
itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende,
Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Dalam sidang
PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik
Indonesia yang pertama. Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila
yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika
di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Pemberontakan
G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas
pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia
meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan
di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Bung karno
sebagai pemimpin dari sebuah negara yang baru berdiri tidak pernah lepas dari
sorotan publik. Kehidupan politik, asmara dan keluarganya senantiasa menjadi
perhatian. Layaknya manusia biasa bung karno memiliki sifat humanisasi. Berikut
di antaranya:
·
Beliau adalah sosok
yang mudah tertarik dan menarik perhatian wanita, seperti kehidupan asmaranya
dengan beberapa wanita seperti pernikahannya dengan Fatmawati, Hartini dan
Ratna Sari Dewi, siti Oetari, Inggit Garnasih, Yurike Sanger, Kartini Manoppo,
Haryati dan Heldy Djafar.
“aku menyukai
gadis-gadis yang menarik di sekelililngku, karena gadis-gadis ini bagiku tidak
ubahnya seperti kembang yangg sedang mekar dan aku senang memandangi kembang.”
Yang di tulis dalam buku biografi Soekarno karya Cindy Adams yang berjudul
Soekarno Penjambung Lidah Rakyat Indonesia (1966) (Susilo, 2008:188).
·
Dalam kepemimpinannya
presiden Indonesia yang pertama ini di sebut sebagai orator ulung yang mampu
menggetarkan semangat siapapun yang mendengarnya. (Susilo, 2008:180).
·
Soekarno di kenal
sebagai orang yang sangat tegas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Terlihat
dalam keberaniannya pada aksi “Ganyang Malaysia” yang saat itu di anggap
melecehkan Indonesia.
·
Soekarno merupakan
sosok yang di kenal Bijaksana dan berkepala dingin. Julius Pour (1995:144)
menceritakan pengalaman Mangil Maartowirdjojo sebagai penjaga pribadi presiden bagaimana Soekarno berhasil
memadamkan situasi genting yang terjadi saat rakyat Indonesia menginginkan perlawanan
terhadap Jepang sebulan dua hari setelah proklamasi kemerdekaan.
·
Soekarno merupakan
orang yang sangat percaya diri dan tidak mau kalah dari orang lain. Jules
Archales (2004:220) memperkirakan alasan utama sifat Soekarno ini adalah karena
harapan besar dari sang ibu yang meyakini bahwa putranya telah memberikan tanda
nasibnya sendiri sebagai manusia yang mulia dan pemimpin besar dari rakyatnya.
Selain itu, Soekarno pun merasa dilecehkan oleh anak-anak Belanda yang
melecehkan kulit gelap pribuminya. Sehingga dia berkembang menjadi sosok yang
superior dan ambisius (Julius Archales:2004).
2.2
Soeharto
Jend.
Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, lahir di Dusun
Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu,
Bantul,
Yogyakarta,
8 Juni 1921 – meninggal
di Jakarta, 27 Januari
2008 pada umur 86
tahun adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di
dunia internasional, terutama di Dunia Barat,
Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" (bahasa
Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya
yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah
pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat
terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan
bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab
dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari
500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari
Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998,
masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun
tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan
mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai
presiden. Soeharto digantikan oleh B.J.
Habibie.
Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai
saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru,
Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan
infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan
Tionghoa,
menduduki Timor
Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan
jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar. Usaha untuk mengadili Soeharto gagal
karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia
meninggal karena kegagalan organ
multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari
2008.
Dari uraian di
atas mengenai kehidupan serta biografi presiden Soeharto, berikut ini
kesimpulan sisi humanis yang di miliki oleh beliau:
·
Soeharto di kenal
sebagai “the Smiling General” atau jendral yang tersenyum karena raut wajahnya
yang memang tampak senantiasa tersenyum di mata kawan maupun lawan politiknya
dan di dalam ataupun di luar negeri.
·
Senyumnya yang terkesan
berwibawa membuat dirinya disegani dan di kenal sebagai sosok yang ramah dan
berwibawa.
·
Pak harto sebenarnya
merupakan sosok yang tegas namun tetap halus. Beliaulah yang telah membangun
negara Indonesia dan sempat menjadikan Indonesia sebagai negara yang cukup di
segani di mata dunia.
·
Pak Harto merupakan
pribadi yang sederhana, makanan favorit beliau adalah tempe, tahu, krupuk dan
makanan lain yang “merakyat” (Sulastomo, 2001:26)
·
Sebelum tanggal 21 Mei
1998, sebenarnya pak Harto sudah memutuskan untuk mundur dari kursi presiden,
hanya saja para menteri dan kader-kadernya masih tidak ingin mengundurkan diri
dari kursi yang telah mereka duduki sejak lama.
Sulastomo dalam buku
Lengser Keprabon menulis:
“Mendengar cerita seperti itu, saya
mengatakan, sayang pak Habibie bukan “orang jawa”. Jawaban seperti itu, saya
pastikan tidak di harapkan oleh Pak Harto. Mestinya, jawaban pak Habibie adalah
kalau Bapak berhenti, saya pun harus berhenti. Itulah norma kesatriaan, yang
begitu kental di ajarkan oleh dalam falsafah Jawa. Begitu dugaan saya sebagai
“orang jawa”. Dan itulah sebenarnya norma yang wajar, dimana saja, bahwa kalau
seorang Kepala Negara berhenti, maka seluruh menteri/pembantu Kepala Negara itu
juga harus berhenti. Sehingga nilai seperti itu adalah sebuah nilai yang
universal” (Sulastomo, 2001:11)
2.3
BJ
Habibie
Presiden ketiga Republik
Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada
25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan
Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang
putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Setelah tamat SMA di bandung tahun
1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang
kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie
menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Habibie mewarisi
kondisi kacau balau pasca orde baru setelah memperoleh kekuasaan, Presiden
Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pada era
pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat,
perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar
masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya,
terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket
naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi
di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan
independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Salah satu
kesalahan terbesar adalah B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum
provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup
menggemparkan publik saat itu, yaitu
mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau
masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor
Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah
yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi
memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain
membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM
di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang
tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie.
Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan
tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh
MPR.
Sisi humanis yang di miliki oleh B.J. Habibie,
di antaranya adalah:
·
Beliau merupakan seorang ilmuwan
yang sangat jenius, sehingga jika ada penulis yang menulis mengenai dirinya
dalam sebuah buku berjudul “kecil tapi otak semua” memang merupakan refleksi
dari diri presiden yang satu ini.
·
Habibi di kenal sebagai sosok yang
sabar, setia dan sangat menyayangi keluarga. Dalam salah satu bukunya, Habibie
menjelaskan bagaimana beliau dengan sabar dan setia menjaga dan merawat sang
istri tercinta yang sedang sakit (Habibie:2010)
·
Beliau adalah sosok pemimpin yang
sangat akrab dengan wartawan (Malaka, 2011:33)
·
Dari tindakannya yang dengan
sangat berani mengadakan referendum demi rakyat Timor-timur, tersirat bahwa
beliau adalah orang yang peka dan mengambil keputusan menggunakan nurani.
2.4
Abdurrahman Wahid
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September
1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun)
, ia lahir dengan nama Abdurrahman
Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata
"Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid",
dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas
pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau
"mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam
bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas
Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri,
adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah
Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi
Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok
Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid.
Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny,
Anita, dan Inayah.
Reformasi Wahid membuatnya sangat populer di
kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai
menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU.
Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada
Musyawarah Nasional tersebut. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan
citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun
1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.
Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua
Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, mulai menarik
simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990 di bentuklah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie . Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI
dengan membentuk Forum Demokrasi, Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah
dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat
menjelang pemilihan umum legislatif 1992.
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur
menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Namun, Soeharto ingin agar
Wahid tidak terpilih. Pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko
berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Namun, Gus Dur tetap terpilih
sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai
aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Juli 1997 merupakan awal dari Krisis Finansial Asia. Soeharto mulai
kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan
reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkena stroke pada Januari 1998.
Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali
Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya
kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti.
Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari
komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep
Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk
bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih
moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah
Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai Amien, yang
merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah
pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga
partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai
politik mulai terbentuk, Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua
Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Pada November
1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan
Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi.
Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat
pemilihan presiden.
Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam
arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33%
suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan
pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas
penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk
Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Tidak senang karena calon mereka gagal
memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati
harus terpilih sebagai wakil presiden. Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet
Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai
partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh
referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan
seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang
lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri
Serambi Mekkah tersebut.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa
Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti
dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada pertemuan dengan
rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan
Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal
tersebut terjadi. Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1
Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut
berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat
dilakukan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret yang berisi (1)
pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan
mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar
sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut
tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus
Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Dari uraian di atas,
dapat terlihat bahwa Gusdur adalah sosok
yang humanis, ceplas-ceplos, sederhana dan apa adanya. Di samping itu, beliau
yang merupakan salah satu tokoh agama di Indonesia, juga di kenal sebagai salah
satu presiden yang kontroversial dan memiliki pemikiran yang cenderung
“berbeda” di bandingkan pemikiran rasional presiden-presiden sebelum ataupun
setelahnya.
2.5. Megawati Soekarnoputri
Megawati
Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947;
umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23
Juli 2001-20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan
anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden.
Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap
kedua pemilu presiden 2004.
Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno
yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya
Fatmawati kelahiran Bengkulu di mana Sukarno dahulu diasingkan pada masa
penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana
Merdeka.
Karier politik Mega yang penuh liku seakan
sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan.
Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut
sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua
anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria
asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan
kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh.
Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah
seorang penggerak PDIP.
Tahun 1986 ia
mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat.
Karier politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi
anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya
1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Namun,
pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun
didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi
sebagai Ketua Umum PDI. Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak
mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor
dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut
satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun,
Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa
kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro. Ancaman Soerjadi kemudian
menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut
kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan
pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang
dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa
aktivis mendekam di penjara. Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak
menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia
memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak
berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI
pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah.
Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega. Keberpihakan massa PDI kepada Mega
makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot
tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang
kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang". Mega sendiri memilih
golput saat itu. Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan
berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil
meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya
Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan
terjadi revolusi. Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan
lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam
voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara. Namun, waktu juga yang
berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk
menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999
menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah
menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid
dicabut mandatnya oleh MPR RI. Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan
semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa
pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan
secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di
Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% - 60%) dalam pemilihan umum presiden
2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang
Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya.
2.6 Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah
presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden
pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden
putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa
SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama
Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R.
Soekotjo dan Sitti Habibah. Beliau
dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan
menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih
penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik
SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa
depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima,
beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN),
Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri.
Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan
cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968.
Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY
pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih
masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur.
Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian
penerimaan akhir di Bandung. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan
Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik
Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.
Sedangkan langkah karir politiknya dimulai tanggal 27
Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika
dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan
Presiden KH Abdurrahman Wahid dan kemudian Gus Dur memintanya menjabat
Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan
melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret
2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah
pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan
mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada
pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan
dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan
perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau
dilantik menjadi Presiden RI ke-6.
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.
Pada tanggal 20 Oktober 2009, Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono kembali di lantik sebagai Presiden RI untuk periode
2009-2014, setelah bersama pasangannya Prof. Dr. Boediono memenangkan Pemilihan
Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu putaran langsung dengan memperoleh
60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan
Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam
berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman
of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu
upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk
meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan
Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik
kebijakan pembangunan nasional.
Pada beberapa tahun terakhir,
Presiden Yudhoyono juga berperan aktif dalam berbagai forum internasional,
termasuk dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Sejak pelaksanaan
Konferensi Bali mengenai Perubahan Iklim di tahun 2007, yang menghasilkan Bali
Road Map, hingga pertemuan sejenis di Kopenhagen yang menghasilkan Copenhagen
Accord,Presiden Yudhoyono selalu memberikan kontribusi nyata. Presiden
Yudhoyono juga memprakarsai terbentuknya Coral Triangle Initiative,yang
merupakan upaya kerjasama antara Indonesia, Malaysia, Philipina, Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Brunei Darussalam, dalam melindungi
keanekaragaman sumber daya hayati lautan di wilayah ini, serta terbentuknya
Forest - 11 (F-11), kelompok negara-negara pemilik hutan tropis di dunia. Atas
berbagai upaya tersebut, pada pembukaan The 11th Special Session of The
Governing Council/Global Ministerial Enviromental Forum pada bulan Februari
2010 lalu di Bali, Presiden Yudhoyono mendapatkan penghargaan UNEP Award Leadership
in Marine and Ocean Management.
Berikut
ini kami paparkan beberapa sisi humanis seorang SBY:
·
Presiden Yudhoyono adalah seorang
penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah
buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International
Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The
Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy:
Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the
Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah
antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih
bahasa Inggris.
·
Presiden Yudhoyono adalah seorang
Muslim yang taat.
·
Presiden SBY merupakan sosok yang
tegas karena darah militer yang mengalir dalam tubuhnya, selain tegas beliaupun
memiliki karakter lembut dan penuh pemikiran.
·
Di mata para sahabat dan rekan
bawahannya, SBY di kenal sebagai orang yang penyayang dan tidak segan untuk
membela anak buahnya. (Djalal, 2008:226-227)
·
Beliau juga di kenal sebagai sosok
yang mampu mengubah krisis menjadi peluang (Djalal, 2008:63), peka terhadap
situasi dan pribadi yang tepat waktu (Djalal, 2008:390)
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia
merupakan negara kesatuan yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa dan getnis
di dalamnya. Untuk menyatukan keberagaman tersebut, indonesia membutuhkan sosok
seorang pemimpin yang mapu mengorganisasikan negara dan menyejahterakan rakyat.
Dalam perkembangannya, indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini
mengalami banyak restrukturisasi, terutama dalam bidang politik. Selama 66
tahun berdirinya, indonesia mengalami 6 kali pergantian pemimpin.
Presiden pertama
Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Bung karno sebagai
pemimpin dari sebuah negara yang baru berdiri tidak pernah lepas dari sorotan
publik. Kehidupan politik, asmara dan keluarganya senantiasa menjadi perhatian.
Layaknya manusia biasa bung karno memiliki sifat humanisasi. Seperti Beliau
adalah sosok yang mudah tertarik dan menarik perhatian wanita, Dalam kepemimpinannya presiden Indonesia yang
pertama ini di sebut sebagai orator ulung yang mampu menggetarkan semangat
siapapun yang mendengarnya. Soekarno di kenal sebagai orang yang sangat tegas
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Terlihat dalam keberaniannya pada
aksi “Ganyang Malaysia” yang saat itu di anggap melecehkan Indonesia. Soekarno
merupakan sosok yang di kenal Bijaksana dan berkepala dingin. Soekarno
merupakan orang yang sangat percaya diri dan tidak mau kalah dari orang lain.
Jend.
Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, lahir di Dusun
Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu,
Bantul,
Yogyakarta,
8 Juni 1921 – meninggal
di Jakarta, 27 Januari
2008 pada umur 86
tahun adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di
dunia internasional, terutama di Dunia Barat,
Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" (bahasa
Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya
yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin
Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, Beliau
merupakan seorang ilmuwan yang sangat jenius, sehingga jika ada penulis yang
menulis mengenai dirinya dalam sebuah buku berjudul “kecil tapi otak semua”
memang merupakan refleksi dari diri presiden yang satu ini. Habibi di kenal
sebagai sosok yang sabar, setia dan sangat menyayangi keluarga. Beliau adalah
sosok pemimpin yang sangat akrab dengan wartawan, Dari tindakannya yang dengan sangat berani
mengadakan referendum demi rakyat Timor-timur, tersirat bahwa beliau adalah
orang yang peka dan mengambil keputusan menggunakan nurani.
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September
1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun)
, ia lahir dengan nama Abdurrahman
Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata
"Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid",
dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas
pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau
"mas".
Megawati
Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari
1947; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak
23 Juli 2001-20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama
dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi
presiden. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.
Karier politik Mega yang penuh liku seakan
sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan.
Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut
sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua
anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria
asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan
kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh.
Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah
seorang penggerak PDIP.
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI
ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama
yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran
II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini
lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Presiden Yudhoyono adalah
seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis
sejumlah buku dan artikel , Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat,
Presiden SBY merupakan sosok yang tegas karena darah militer yang mengalir
dalam tubuhnya, selain tegas beliaupun memiliki karakter lembut dan penuh
pemikiran, Di mata para sahabat dan rekan bawahannya, SBY di kenal sebagai
orang yang penyayang dan tidak segan untuk membela anak buahnya. Beliau juga di
kenal sebagai sosok yang mampu mengubah krisis menjadi peluang peka terhadap
situasi dan pribadi yang tepat waktu.
Daftar Pustaka
·
Archales, Jules.(2004).
Kisah para diktator:Biografi politik para
penguasa fasis, komunis, Despotis dan Tiran di terjemahkan oleh Dimyati AS.
Narasi:Yogyakarta
·
Djalal, Dino Patti. (2008).
Harus Bisa:seni memimpin a la SBY Catatan
Harian Dr. Dino Pati Djalal. Jakarta:Red&white publishing
·
Garda Maeswara, (2009),
Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono. Narasi:jakarta
·
Gautama, Sidarta. (2000).
Megawati Soekarnoputri:Harapan dan
Tantangan di kursi Wapres R.I. Jakarta:Rineka Cipta
·
Indrayana, Deni.( 2011). Indonesia Optimis. Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer
·
Pour, Julius.(1995). Pengalaman dan kesaksian sejak proklamasi
sampai orde baru. PT Grasindo:Jakarta
·
Sulastomo, (2008).
Lengser Keprabon:perjalanan
terakhir Jend. Besar (purn). H.M. Soeharto. Jakarta:Rajawali pers
·
Susilo, Taufik Adi. (2008).
Soekarno:Biografi Singkat 1901-1970. Jogjakarta:Garasi
·
Wahid, Abdurrahman. (1999).
Gus dur:menjawab perubahan zaman.
Jakarta:Kompas
·
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/06/biografi-presiden-susilo-bambang_10.html
di akses tanggal 5 November 2011
·
http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=sby
di akses tanggal 7 November 2011
·
http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/Susilo_Bambang_Yudhoyono
di akses tanggal 8 November 2011
No comments:
Post a Comment