Bila mahasiswa tidak lulus tepat waktu, maka mereka mau tidak mau harus mengalami semester 9. Jika kamu adalah mahasiswa yang rajin kuliah kaya gue, saat memasuki semester 9 kalian akan shock menjumpai mata kuliah yang sudah abis semua, SKS sudah memenuhi standar minimal dan tak ada nilai jelek yang minta diulang.
Hal ini membuat kehidupan sebagai mahasiswa menjadi berubah. Dari awalnya yang sibuk masuk kelas, ngerjain tugas, atau rapat-rapatan abis jam kuliah, berubah menjadi kebebasan untuk melakukan apapun di waktu kapanpun. Yups, mahasiswa semester 9 dapat dikategorikan mahasiswa (semi) pengangguran. Kenapa semi? Karena masih ada one last job yang harus diselesaikan; SKRIPSI. Malesin anjay.
Semi Pengangguran |
Walau gak kuliah lagi di kelas seperti semester-semester sebelumnya, tetapi status mahasiswa membuat gue harus melakukan kewajiban dalam administrasi; SPP.
Sialnya angkatan gue adalah angkatan pertama yang SPP nya lebih dari satu juta, naik drastis dari angkatan-angkatan sebelumnya. Biaya SPP per semester kita (angkatan 2011) di kampus UPI sekitar 1,7 juta - 2 juta an. Berasa sayang aja uang segitu dibayarkan kekampus, padahal mahasiswa semester 9 mah udah gak lagi menimba ilmu di kelas. Bisa dibilang mahasiswa semester sembilan adalah mahasiswa sekaligus merangkap Donatur kampus. "Gpp lah ya sesekali jadi donatur, itung-itung amal." Kali aja ini akan jadi salah satu pertimbangan Tuhan untuk memasukan gue ke surga. Amiiin
Bulan ini, Januari 2016. Semester 9 akhirnya menemui ajalnya. Sekarang adalah masa transisi pergantian semester ke semester 10 a.k.a semester dua digit. Semester yang kata gue adalah semester paling horror, dikarenakan angka semester ini lebih gendut daripada semester-semester sebelumnya. Jumlah angka semester sekarang adalaaaah.............. "DUA DIGIT". *Aaaak Tidaaak
Memasuki awal semester dua digit status mahasiswa di diri gue masih belum kunjung bisa terlepas juga, dan terpaksa gue harus menjadi donatur kampus untuk kedua kalinya. Pada semester sembilan dan sepuluh ini gue telah dua kali menghabiskan uang orang tua demi SPP aja, berarti sekitar empat juta rupiah uang mereka telah tersia-siakan. "Maafkan sahaya, Mah, Pah."
Namun seperti ungkapan "badai pasti berlalu", "dunia pasti berputar", dan "akan datang pelita dalam kegelapan". Pada akhirnya semua masalah pasti akan teratasi, semua kecemasan akan menemukan solusi, dan pada akhirnya dunia juga semesta akan baik-baik saja.
Jadi gini yah good people, akhir Desember 2015 kemarin ada berita burung yang mengatakan “akan ada sidang pada bulan Januari 2016.” Gue seneng? Nggak. Cuma perasaan "biasa aja". Gue juga hanya respon kabar itu dengan jawab "ooh" aja *ekspresi datar -_-
Kabar burungnya kemudian nambahin, kalau "mahasiswa yang sidang bulan januari, SPP nya akan dikembalikan". Gue sontak seketika terkejut, mata melotot dan perasaan berbunga-bunga seperti ada kupu-kupu beterbangan dalam perut. Lalu gue respon kabar baik itu dengan "ASLINA LUR? *ekspres mupeng.
ASLINAA LUR? |
.
Saking excited nya gue isi bulan Januari ini dengan rajin ke kampus walau tanpa ada janji bimbingan. Setiap hari (kecuali sabtu dan minggu) gue isi dengan nyelanang-nyelenong ke sekitaran ruangan dosen supaya mereka tau kalau gue adalah mahasiswa mendadak rajin dan haus akan bimbingan. Kalau beruntung gue akan ditanya "Kamu gimana skripsi?" atau "Sidang jurusan kamu kapan?" sama dosen pembimbing. Diakhiri dengan ngobrol-ngobrol sejenak diruangannya. Biasanya paling lama cuma 10 menit, abis itu ada dosen lain, staff TU, atau mahasiswa lain yang minta bertemu. Kalau lagi sial ,palingan cuma disenyumin aja. Lalu... Udah
Tidak papa jika gak bimbingan. Toh pergi ke kampus dan sesekali bertemu teman seangkatan yang belum lulus, terasa menyenangkan juga. Sumpah! Mungkin benar kata orang-orang, kalau "Bahagia itu sebenarnya sederhana"
Berhubung jeda waktu saat gue dapet kabar burung dan waktu sidang yang akan diselelenggarakan begitu mepet, sementara gue saat itu masih stuck di pengembangan instrumen (BAB III). Saat itu terasa seolah THE TIME IS RUNNING OUT. Karenanya, saat itu kebiasaaan hidup menjadi berubah. Indera-indera gue mulai dipaksakan untuk digunakan secara maksimal. Mata gue menjadi lebih kuat mandang laptop dari biasanya, kuping gue menjadi lebih peka mencerna omongan dosen lebih dari biasanya, kaki juga lebih sering melangkah ke kampus dari biasanya, jemari menjadi lebih sering mengetik daripada biasanya, leher menjadi lebih sering nunduk mencari referensi dari biasanya dan lapisan tekad yang lebih tebal. Semuanya dilakukan DEMI WISUDA.
Setiap perjuangan pastilah akhirnya akan membuahkan hasil, dalam kasus gue miracle happen terjadi satu hari sebelum deadline ngumpulin draft 3 rangkap untuk calon penguji (22 Januari 2016). Pada minggu terakhir daftar sidang, gue akhirnya dapet juga tuh tanda tangan di lembar pengesahan. Bunda pembimbing I hari selasa, bunda pembimbing II hari kamisnya, dan jumat harus udah dikumpulin draftnya. Mepet abis.
Karena keajaiban ini, sekarang akhirnya gue bisa percaya apa yang orang-orang bilang di PM, tweet, status atau caption mereka. Bahwa:
Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Dulu gue sempet gak percaya sih sama quotes beginian, soalnya banyak temen-temen yang gue pikir sama-sama males, sama-sama bego dan sama-sama berprinsip "enjoykeun aja" bisa lulus duluan. Ajaib, entah mereka beli skripsi dari mana. Iya, mereka meninggalkan gue cuma demi lulus, sungguh tega dan kejamnya meraka. "Gak adil banget sih semesta, seharusnya kita tuh telat lulus sama-sama" pikir gue kala itu.
Namun setealah dapat acc kedua bunda penguji, sekarang gue fikir bahwa:
Mungkin sebenarnya semesta telah berlaku adil, mungkin gue aja yang saat itu belum bisa open minded. Mungkin mereka (orang-orang bego) bisa lulus duluan dengan perjuangan yang berdarah-darah. Bisa jadi tanpa sepengetahuan gue, mereka ke perpustakaan saat gue lagi tidur-tiduran, bisa jadi mereka lagi ngerjain revisian saat gue lagi kongkow-kongkow sama teman, bisa jadi mereka bimbingan skripsi saat gue cuman bimbingan magang (PPL). Intinya gue yakin, mereka pastilah berjuang lebih keras untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dulu mungkin gue gak tau aja, atau mungkin hanya "pura-pura" gak tau. Pura-pura seolah dunia akan baik-baik saja walau kehidupan dijalani dengan malas-malasan. Tsaah
Hasil pemikitan open minded gue menyimpulkan bahwa ,pastilah:
Orang bego yang berhasil, pasti punya effort lebih untuk dapat menyamai pencapaian orang ber IQ rata-rata. Pasti!
Jahat juga yak.
Anyway, akhirnya waktu sidangpun datang juga. Jadi ceritanya hari selasa 26 Januari 2016 kemaren gue sidang skripsi. Dan hasilnya….............................. lulus! Horeeee!!
Sebetulnya, sebelum sidang gue sempet grogi gara-gara ada satu dosen penguji yang termasuk kategori pernah menangguhkan kelulusan sidang mahasiswanya. Temen juga banyak yang bilang, "Awas, fal. penguji kamu suka ngerjain loh! Si ibu Er orangnya spesifik banget, kamu belajar perbedaan model/strategi/pendekatan/metode dulu gih mendingan." Karena kehorroran yang ditebar oleh perilaku dosen ini yang spesifik, gue menyimpannya sebagai penguji terakhir. Gue mendahulukan diuji sama 2 orang dosen penguji lain yang menurut cerita senior dan teman yang lulus duluan adalah dosen yang baik-baik.
Ternyata eh ternyata, keadaan justru sebaliknya, Bu Er yang ditakuti justru lancar-lancar aja. Sedangkan dosen penguji 2 yaitu Pak Ed yang awalnya gue kira dosien penguji yang baik dan gak ribet ternyata adalah dosen yang paling teliti dan membuat gue harus mendengarkan ceroscosan nya selama hampir 2 jam. Dia bertanya soal keterhubungan variabel, keterhubungan sama kurikulum, dan pemilihan subjek penelitian. Walau gue jawab dengan percaya diri dan mengatasnamakan pemikiran beberapa ahli, dia tetep aja gak ngerti-ngerti. Bego!
Dia juga nyalahin kalau skripsi gue tuh pemilihan instrumennnya kurang tepat, skala interval tidak cocok dengan subjek penelitian, uji asumsi klasik yang kurang, analisis data yang salah dsb. Pokoknya semua yang ada dalam skripsi gue, terlihat salah di mata dia, bahkan penulisan lembar ucapan terimakasih pun bisa salah. *Iya pak da aku mah cowok, COWOK MEMANG SELALU SALAH.
Nyebelinnya lagi, dia mengakhiri ujian sidang dengan muka kecewa sambil ngomong "Oke sepertinya sudah terlalu lama, kamu harus terima dengan lapang dada apapun hasil keputusan bapak." Bayangkan sodara-sodara, setelah berjam-jam disalah-salahin semua part di skripsi, lalu diakhiri kalimat kaya gitu. Ini membuat gue sempat berpikir gue akan mengalami penangguhan kelulusan, atau harus melakukan penelitian ulang. Asli, saat itu suasana hati jadi tak enak, mood disaster banget pokoknya. Hari itu makan pun jadi tak enak, rokok tak enak, ngobrol jadi gak asik, pikiran udah membayang-bayang kemungkinan terburuk. Gagal Sarjana.
Akhirnya tiba juga waktu pengumuman hasil sidang (yudisium). Dan hasilnya, gue dinyatakan lulus dengan IPK 3,31 dengan predikat sangat memuaskan. Dan yang paling penting dari itu semua, ketiga penguji sidang tidak membuat catatan. Which mean, gue gak perlu ngerevisi lagi skripsi yang disidangkan, apalagi penelitian ulang dan apalagi penangguhan kelulusan.
Sepertinya dosen penguji lagi pengen ngerjain aja. Walau ini bukan bulan April, tapi jail mereka udah pada level jail parah. Parah-parah-parah. Gimana kalo April Mop
Dan berhubung gue udah lulus sidang, sekarang gue udah punya hak untuk menambahkan beberapa huruf dibelakang nama, Hell yeah Im Done
----------------------------------
Oh iya, topik utama postingan ini kan tentang cashback yak, malah ngelantur kemana-mana.
Tadi saat gue nunggu giliran di sidang, gue nanya ke temen-temen yang bareng sidang dan yang nonton sidang soal kapan cashback SPP akan masuk rekening. Ternyata untuk memprosesnya membutuhkan waktu sekitar dua bulanan sebelum ditransfer ke rekening mahasiswa. Berarti rekenig gue akan nambah dua juta nya sekitar bulan maret 2016. Yaaah lama
Jiah payah nih, mimpi hura-hura menghabiskan waktu pasca sidang terpaksa harus ditunda. Mimpi melakukan kegiatan no 4 pada hal-hal yang harus dilakukan pas muda aja, kayaknya gak pernah bisa dilakukan.
.Sepertinya pada saat nanti cashbacknya udah mengisi rekening, gue kayaknya udah gak lagi pengen hura-hura deh. Toh masa euforia jadi sarjana juga udah abis. Gak pas aja gitu, hura-hura tanpa ada sesuatu yang dirayakan. Sesuatu sejenis sebuah pencapaian. Karena gak jadi dipake hura-hura, jadinya gue harus membuat plan B untuk alokasi dana SPP ini
Gue pikir akan lebih baik bila cashback dua juta tsb dipakai buat investasi. Bukan, bukan poin 3 di hal-hal yang harus dilakukan cowok pas muda. Ada pasal IT di KUHP loh, sieun ih. Jadi. rencananya gue akan mengalokasikan nya dengan menjadi trader forex, Soalnya gue rada sirik juga sih ngeliat beberapa orang temen-temen gue yang dalem satu malem bisa menggandakan uangnya jadi dua kali lipat.
Jadi kalau dihitung-hitung. Dalam sehari duit cashback SPP 2 juta nya berubah jadi 4 juta, dalam seminggu 2 juta nya jadi 14 jt, dalam sebulan 2 juta nya jadi 60 juta. Gokil, sepertinya gue akan jadi wisudawan kaya raya. Sejenis sarjana mabrur nan sahih. Hahaaa
Mungkin ini yang disebut OLX "UPGRADE KEHIDUPAN" |
Ini mah imajinasi dulu aja, pada kenyataannya gue yakin pasti tak akan semulus paha member JKT 48. Nanti uang nya bakal turun naik turun naik secara fluktuatif. Bahkan bisa aja dua jutanya abis jadi beberapa ratus ribu. Agak beresiko juga sih. Tapi gpp, soalnya gue yakin bahwa
Setiap orang hebat, pasti pernah melakukan keputusan sulit beresiko tinggi dalam hidupnya. They just not afraid to failure.
Bukankah Mark Zuckenberg mengambil resiko tidak melanjutkan kuliah, bukankah Bob Sadino menghabiskan uang warisan untuk jalan-jalan keliling dunia, bukankah Steve Jobs memilih mengembangkan perusahaan barunya daripada belajar, dan bukankah Nicki Lauda juga rela dibenci keluarga demi mengejar passion nya. Mereka semua hebat, dan mereka juga punya satu kesamaan, memilih sebuah keputusan sulit dalam kehidupan. Mereka mengorbankan apa yang mereka miliki demi apa yang mereka yakini. Dan gue ingin seperti mereka, menjadi orang yang yakin akan keputusan hidupnya.
Kita berimajinasi lagi ya. Bayangkan kalau kegiatan forex ini berhasil, dan gue dapet uang puluhan juta dari nuker-nuker mata uang yang bahkan bentuk fisiknya gue gak tau kayak apa. Apakah warna-warni kah, atau ijo aja. Entahlah. Tapi coba pikir lagi, adakah hidup yang lebih nikmat daripada bekerja tanpa jam kerja? Adakah pekerjaan yang lebih enak daripada kerja yang bisa dilakukan dimana saja? Dan adakah pekerjaaan yang lebih asik daripada pekerjaan yang kita gak akan tahu pendapatan maksimal kita seberapa? Bisa sejuta, bisa puluhan juta, bisa ratusan juta. Sepertinya akan lebih asyik aja gitu saat hidup dalam sebuah ketidak pastian, semuanya akan dilakukan spontan. Oh I cant wait.
Bila berhasil, gue bisa dibilang adalah seorang COWOK U MILD sejati, walau sebenernya gue lebih suka class mild buat dikonsumsi. COWOK U MILD adalah deskripsi cowok yang paling keren daripada cowok lainnya di semesta raya. Apa? Gak tau cowok U Mild kaya apa. Nih yah aku kasih tau, cowok U Mild tuh adalah cowok yang:
Senang itu pas lagi ngantor
Karena ngantor ngga harus di depan monitor
Ngantor asikan cuma berkolor
Lebih spesial lagi kalau pake telor
Ngantor ngga harus indoor
Ini baru ngantor
Ini baru cowok U Mild
Gara-gara iklan U Mild ini, paradigma gue terhadap para pekerja menjadi berubah, Cowok yang keren bukanlah mereka yang ngantor pake setelan formal, pake jas dan pake dasi. Cowok yang keren adalah mereka yang ngantor......... PAKE KOLOR. Goookkkiiill.
No comments:
Post a Comment