Buku ini terbit pada tahun 1999, buku ini berisi teoritisasi yang menggemparkan dunia intelektual maupun politisasi yang ditulis oleh Anthony Giddens, seorang tokoh ke-12 paling berpengaruh dalam tahun 1999 dalam dunia pendidikan, di bawah PM Tony Blair dan menteri Pendidikan dan Pekerjaan David Blunkett. Giddens dituduh pengikut golongan “kanan” dengan ungkapan dia bahwa sosialisme sudah mati, namun dia juga mengungkapkan bahwa neoliberal atau New Right tak mungkin melanjutkan programnya. Secara gamblang Ia mengkritik program ekonomi Partai Konservatif yang bernaung di bawah “Thatcherisme”.
Sejumlah orang buku ini dianggap sebagai jalan keluar dari konflik antara sosialisme dan kapitalisme, yaitu paham yang menonjolkan negara dan paham yang mengagungkan pasar. Buku ini memang berusaha untuk keluar dari konflik tersebut diatas, tetapi berakar dalam visinya utopian realism seperti diuraikan di atas.
Memang patut bagi kaum sosialis selalu mengharap untuk dihapusnya pemilikan hak-hak pribadi, menghilangkan pertentangan kelas dan peningkatan jaminan sosial karena mereka selalu diharapkan dengan tindakan-tindakan refresif kaum kapitalis (kanan). namun tak dapat dipungkiri bahwa sebagian apa yang pernah dilakukan oleh akum kapitalis telah menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dunia. Hanya karena rasa kesewenangan yang membuat kaum sosialis terus menghujat kaum kapitalis. Konflik panas ini kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang berusaha memberikan kontribusi terbaik bagi dunia. Anthony Giddens adalah sang pencetus “jalan ketiga” ditengah maraknya perdebatan antara dua golongan tersebut diatas.
Terdapat beberapa hal yang membedakan “jalan ketiga” dari alur politik lainnya adalah jala ketiga mencoba mencari sebuah hubungan yang baru antara individu dengan masyarakat. Ini merupaka definisi ulang dari hak dan kewajiban. Perhatian utama “jalan ketiga” adalah keadilan sosial, mendorong ketertiban sosial yang inklusif dan membangun sebuah masyarakat madani yang aktif dimana kelompok-kelompok masyarakat dan negara saling kerjasama sebagai mitra. Buku ini berupaya menghidupkan kembali budaya madani, mengusahakan sinergi antara sektor publik dengan sektor swasta, memanfaatkan dinamika pasar sambil tetap selalu memikirkan kepentingan umum. Dengan kata lain politik “jalan ketiga” adalah representasi dari pembaharuan demokrasi sosial dengan tujuan membantu masyarakat berunding dengan revolusi-revolusi zaman globalisasi, perubahan mendasar dalam kehidupan pribadi dan lembaga, serta dalam hubungan manusia dengan alam. Ciri dasar dari kontrak sosial baru yang dipelopori oleh "jalan ketiga" adalah "tak ada hak tanpa tanggung jawab".
Terdapat beberapa hal yang membedakan “jalan ketiga” dari alur politik lainnya adalah jala ketiga mencoba mencari sebuah hubungan yang baru antara individu dengan masyarakat. Ini merupaka definisi ulang dari hak dan kewajiban. Perhatian utama “jalan ketiga” adalah keadilan sosial, mendorong ketertiban sosial yang inklusif dan membangun sebuah masyarakat madani yang aktif dimana kelompok-kelompok masyarakat dan negara saling kerjasama sebagai mitra. Buku ini berupaya menghidupkan kembali budaya madani, mengusahakan sinergi antara sektor publik dengan sektor swasta, memanfaatkan dinamika pasar sambil tetap selalu memikirkan kepentingan umum. Dengan kata lain politik “jalan ketiga” adalah representasi dari pembaharuan demokrasi sosial dengan tujuan membantu masyarakat berunding dengan revolusi-revolusi zaman globalisasi, perubahan mendasar dalam kehidupan pribadi dan lembaga, serta dalam hubungan manusia dengan alam. Ciri dasar dari kontrak sosial baru yang dipelopori oleh "jalan ketiga" adalah "tak ada hak tanpa tanggung jawab".
Giddens masih percaya bahwa negara atas dasar demokrasi merupakan pilihan terbaik yang ada sekarang, juga percaya bahwa negara harus memainkan peranan dalam masyarakat. Ia menempatkan negara sebagai partner masyarakat. Negara dan masyarakat tidak beroposisi, masing-masing memainkan perannya yang saling menunjang dan saling mengisi. Dalam bentuk program, Giddens merinci sebagai berikut: the radical centre, the new democratic state, active civil society, the democratic family, the new mixed economy, equality as inclusion, positive welfare state, the social investment state, the cosmopolitan nation, cosmopolitan democraticy.
Buku ini tidak sejalan dengan teori Marxisme yang mempunyai ciri-ciri khiliastik dan mesianik. Menurut Giddens, teori Marxisme sudah tidak dapat dipakai pada zaman sekarang ini. Teori Marxisme hanya berhasil pada zaman yang stabil, belum ada globalisasi dan detradisionalisasi. Kalau seratus tahun yang lalu Marx, Lenin dan Mao, masih mengangan-angankan mampu mengontrol sejarah masa depan. Begitu pula halnya dengan gerakan radikal oleh kaum fundamentalis (agama, etnis, gender, nasionalis) yang ingin melindungi tradisi dengan cara-cara tradisional. Menurut Giddens, fundamentalisme tidak mempunyai masa depan karena mereka menoleh ke masa lalu sedangkan zaman sekarang segalanya melesat dengan cepat tak terkendali melindas tradisi. Suatu saat nanti, Fundamentalisme melahirkan pertentangan dan kekerasan atau dapat dikenal dengan istilah “vicious circle of animosity and venom”.
Jalan ketiga bukanlah sebuah istilah baru yang diciptakan oleh Giddens. Yang baru pada Giddens adalah bahwa ia menempatkannya dalam sebuah konteks pengamatan yang sama sekali baru. Misalnya, orang cenderung untuk memikirkan “jalan ketiga” ini sebagai pilihan ketiga antara sosialisme dan kapitalisme, atau antara intervensi negara dan pasar bebas. Perdebatan yang sudah berumur seratus tahun ini tidak lagi mungkin dipahami pada masa sekarang karena eksperimen sosialisme yang pernah ada dalam sejarah manusia, komunisme, mengalami kegagalan total bersamaan dengan bubarnya Uni Soviet pada 1991. Maka, perdebatan “kanan” dan “kiri” cenderung menjadi artifisial.
Giddens menolak tafsiran yang dikemukakan oleh pemikir-pemikir yang masih dikuasai oleh proyek “Enlightenment”. Ia mengkritik materialisme historis yang dikembangkan oleh Karl Marx sebagai tidak realistis. Marx terlalu optimis dalam melihat sejarah sekalipun Marx telah dengan hati-hati menambahkan unsur perjuangan didalamnya. Tetapi Giddens juga mengkritik Saint-Simon karena alasan yang hampir sama.
Para penganut teori “industrial society” yang diawali oleh tokoh ini juga dinilai terlalu optimis mengaharapkan kedatangannya masyarakat industri bagaikan gelombang pasang yang melenyapkan “masyarakat tradisional”. Bersamaan dengan ini semua, Giddens menolak sosiologi marxis maupun sosiologis Parsonian, yang dilelompokkan dalam structural-functionalism.
Asal-usul sosialisme berkaitan erat dengan perkembangan awal masyarakat industrial, pada suatu suatu masa antara pertengahan dan akhir abad kedelapan belas. Demikian pula halnya dengan lawan utamanya, konservatisme, yang dibentuk sebagai reaksi atas revolusi Perancis. Sosialisme bermula sebagai kumpulan pemikiran yang menentang individualisme. Perhatiannya pada upaya pengembangan kritik terhadap kalpitalisme. Perhatiannya pada upaya pengembangan kritik terhadap kepitalisme baru muncul sesudahnya. Sebelum memiliki arti yanga maat spesifik dengan bangkitnya Uni soviet, komunisme bertumpang tindih denagn sosialisme dan masing-masing berupaya mempertahankan keyakinan mereka bahwa yang penting dan mestinya didahulukan adalah perkara-perkara sosial atau komunal, dan bukan perkara-perkara individual.
Demokrasi sosial adalah istilah yang bahkan lebih luas dan lebih ambigu. Maksudnya adalah partai-partai dan kelompok-kelompok kiri reformis lainnya, termasuk Partai Buruh Inggris. Pada awal periode pascaperang, kaum Demokrat Sosial dari banyak negara berbagi perspektif yang serupa. Inilah yang Giddens rujuk sebagai demokrasi gaya laam atau demokrasi sosial klasik. Sejak tahun 1980-an, sebagai respons atas munculnya neoliberalisme dan masalah-masalah sosialisme, kaum demokrat sosial di berbagai tempat mulai memisahkan diri dari sudut pandang demokrasi sosial klasik ini.
Neoliberalisme tampaknya telah mencpai keberhasilan di seluruh penjara dunia. sementara itu, demokrasi sosial berada dalam gejolak ideologis. Dan apabila lima puluh tahun yang lampau setiap orang adalah perencana. Ini merupakan kebalikan yang penting, sebab selama setidaknya satu abad kaum sosialis menganggap diri mereka penentu arah sejarah.
Partai-partai demokrasi sosial di Eropa dan ditempat lainnya sangat menyadari tentang isu-isu ini, dan setidaknya sejak awal tahun 1980-an telah secara aktif menanggapinya . desakan intuk melepaskan diri dari masa lalu semakin kuat denagnruntuhnya komunisme Eropa Timur pada tahun 1989. Sebagian besar partai Komunis Barat mengubah nama mereka dan bergerak lebih dekat ke Demokrasi Sosial, sementara dalam negara-negara Eropa Timur partai-partai demokrasi sosial baru, mulai dibentuk.
Perlunya pergeseran-pergeseran kebijakan struktur dukungan politik ini ditandai oleh perubahan-perubahan dalam pola-pola dukungan politik, yang harus ditanggapi oleh partai-partai demokrasi sosial. Hubungan-hubungan kelas yang biasanya mendasari pemungutan suara dan afiliasi politis telah bergeser secara dramatis, berkat penurunan tajam kelas pekerja kasar. Masuknya wanita kedalam angkatan kerja dalam skala besar telah lebih jauh menggoyahkan pola-pola dukungan berdasarkan kelas. Sejumlah besar minoritas tidak lagi memberikan suara, dan pada dasarnya berada diluar proses politik. Partai yang tumbuh paling besar selama beberapa tahun adalah partai yang sama sekali bukan bagian dari polotik: “non-party of non voters.” Akhirnya, ada bukti substansial bahwa perubahan-peribahan nilai telah terjadi sebagian karena perubahan generasional, dan sebagian karena respons terhadap pengaruh-pengaruh lain.
Perdebatan tentang masa depan demokrasi sosial selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan kesulitan dengan kesulita kita tahu betama problematisnya dasar-dasar kebijakannya. Tak ada agenda kebijakan demokrasi sosial yang terintegrasi yang bisa dikembangkan jika jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, sekurang-kurangnya jawaban sementara, tidak diberikan. Disini Giddens akan berfokus pada lima dilema mendasar yang seringkali muncul dan penting dalam banyak perdebatan. Giddens akan mengemukakan pandangan mengenai masing-masing dilema. Semuanya merupakan pertanyaan yang amat penting. Ruang yang ada disini hanya untuk jawaban rangkuman, dan Giddens tidak memiliki dukungan yang memadai untuk meyakinkan orang yang skeptis dalam perkara apapun.
Lima dilema tersebut adalah:
· globalisasi
· individualisme
· kanan dan kiri
· subjek pelaku politik
· masalah-masalah politik
· globalisasi
· individualisme
· kanan dan kiri
· subjek pelaku politik
· masalah-masalah politik
Untuk lebih jelasnya, silahkan download The third way versi bahasa indonesia via tusfiles di
Izin download and share 🙏
ReplyDelete