9/10/2015

The six sin's

Author  : -Alienor





Aku tinggal di sebuah kota tua di suatu negara bagian. Kotaku seperti kota hantu dengan rumah-rumah yang tak terurus, sunyi, dan tidak berpenghuni. Sebenarnya masih ada beberapa penduduk yang tinggal, para tetua yang menghabiskan sisa waktu di masa tuanya dengan ketenangan.
Sebelumnya kotaku ini adalah sebuah kota yang ramai. Dengan banyak wisatawan karena kotaku terkenal dengan pantai yang sangat indah dan penduduknya yang ramah.
Suatu hari ada sebuah berita tentang wisatawan yang menghilang tanpa jejak di kamar hotelnya. Tidak ada tanda-tanda barang hilang, semua barang miliknya berada di kamar hotelnya. Polisi berusaha mencarinya ke semua penjuru kota tapi tidak menemukannya. Sebulan kemudian seorang wisatawan kembali menghilang. Kali ini wisatawan yang menghilang saat pergi menuju mini market saat malam hari. Wisatawan tersebut tidak kembali ke kamar hotelnya dan polisipun tidak dapat menemukannya.
Kejadian inipun terus berlanjut hingga 36 kasus orang hilang. Polisi semakin kebingungan dengan kejadian ini. Polisi memberi peringatan kepada penduduk kota dan wisatawan agar selalu berhati-hati saat berpergian. 
Sebuah kejadian aneh terjadi. Di sebuah motel dekat pinggir pantai ditemukan potongan-potongan tubuh yang ditata rapih membentuk lingkaran. Tidak ada tanda-tanda perampokan atau pembunuhan di tempat kejadian tersebut.
Ada 13 potong tubuh, yaitu bagian mata, panggul, lengan, kaki, telinga, jari kaki, rahang, tulang rusuk, bibir, gusi, usus, bokong, dan lemak tubuh. Polisi membawa potongan-potongan tubuh tersebut lalu membawanya ke forensik.
Setelah di identifikasi, potongan-potongan tubuh tersebut dimiliki oleh orang-orang yang berbeda.
Sampai suatu sore dimana orang-orang sedang asik melihat matahari terbenam sesuatu terjadi. Tiba-tiba sekumpulan orang muncul dari dari semak-semak dengan muka yang aneh. Mata dan mulut mereka dijahit, mereka berlarian mengejar para pengunjung pantai. Mereka seperti dikendalikan sesuatu dari kejauhan. Mereka menangkap dan merobek leher para pengunjung lalu menyeretnya kedalam semak-semak lalu menghilang. Dari beberapa saksi mata mengatakan bahwa segerombolan orang yang menyerang itu adalah orang-orang hilang yang tidak ditemukan.
Dengan semua keributan yang terjadi, penduduk semakin khawatir dengan keselamatan mereka. Mereka kehilangan rasa aman.

Suatu hari, saat matahari mulai terbenam. Enam sosok pria tiba-tiba muncul. Mereka berjalan di sebuah jalan yang besar dan ramai. Mereka terlihat seperti wisatawan yang sedang berlibur. Tiba-tiba seorang wanita mendekati mereka untuk menawarkan penginapan.
Wanita itu berkata “Tuan-tuan silahkan mengunjungi penginapan kami. Kami mempunyai fasilitas yang ... “ belum selesai wanita itu berbicara, salah satu dari pria tersebut mencengkram wajah wanita itu. Semua orang-orang melihat dengan kaget. Tiba-tiba dari tubuh wanita itu keluar aura berwana hitam, seperti asap. Aura tersebut masuk kedalam mulut pria yang mencengkramnya. Setelah auranya habis, pria itu menghancurkan kepala wanita itu.

Orang-orang yang melihat kejadian itupun menjerit histeris. Mereka berlarian menjauhi 6 pria aneh itu. Lalu salah satu dari pria itu menepuk tangannya dan keluarlah segerombolan manusia dengan dengan mata dan mulut yang dijahit, seperti yang terjadi di pantai tempo hari tetapi kali ini lebih banyak. Kali ini mereka menculik 72 orang dan mereka menghilang dalam kegelapan.

Seminggu kemudian, 72 orang yang diculik itupun kembali. Entah dari mana mereka datang. Tetapi mereka muncul dengan keadaan yang mengerikan. Muka mereka pucat, ada yang mengeluarkan mimik muka ketakutan, adapun yang tidak berekspresi sama sekali. Sebagian dari mereka menjadi gila, mencongkel matanya dan memakannya, menghantamkan kepala mereka ke tembok, dan bunuh diri. Mereka berteriak meminta pertolongan dan seringkali mereka mengatakan tentang “The Six Sin’s” mereka mengatakan bahwa iblis itu akan kembali. 

The Six Sin’s? Apa itu The Six Sin’s? Siapa mereka dan mau apa mereka?

Orang-orang kebingungan, lalu mereka teringat kejadian seminggu yang lalu saat ada 6 orang pria yang aneh datang. Apakah mereka The Six Sin’s?

Salah satu dari orang-orang yang diculik akhirnya menceritakan apa yang terjadi saat mereka dicuik.

Dia mengatakan mereka di bawa ke sebuah rumah tua yang besar di dalam hutan. Disana kami melihat pemandangan yang mengerikan. Barang-barang yang berantakan, darah dimana-mana, mayat berserakan, suara minta tolong yang mengilukan. Lalu kami semua di bawa ke suatu ruangan besar yang megah dengan 6 tahta. Disanalah The Six Sin’s bertahta.

Mereka orang-orang sinting yang menjual jiwanya kepada iblis. Mereka menamai diri mereka dengan The Six Sin’s karena mereka mewakili 6 dosa besar. Entah kenapa mereka hanya 6 orang yang seharusnya ada 7, tapi aku tidak berpikir sampai situ. Mereka duduk berjejer menghadap kami. Mereka tak segan memperkenalkan diri.

Yang pertama adalah Ira, dia mewakili dosa Wrath atau kemurkaan dan dia menjual jiwanya pada Aamon.
Yang kedua adalah Superbia, dia mewakili dosa Pride atau kesombongan dan dia menjual jiwanya pada Lucifer.
Kemudian yang keliga adalah Luxuria, dia mewakili dosa Lust atau nafsu yang menjual jiwanya pada Asmodeus.
Yang keempat adalah Avartia, mewakili dosa Greed atau keserakahan yang menjual jiwanya pada Mammon.
Kelima adalah Gula, mewakili dosa Gluttony atau kerakusan dan menjual jiwanya pada Beelzebub.
Terakhir yaitu keenam adalah Invidia, dia mewakili dosa Envy atau iri dan menjual jiwanya pada Leviathan.

Mereka mengatakan bahwa mereka membutuhkan 6 orang setiap bulan untuk dijadikan santapan untuk mereka. Semua orang terdiam mendengar hal itu. Mulut pun sudak tidak bisa mengucapkan kata-kata. Badan gemetar tak karuan. Akupun merasa jijik karena lantai yang ku injak ternyata adalah darah yang bercampur dengan daging yang tercabik-cabik. Di sebuah sudut ruangan aku melihat mahluk yang menculik kami sedang memotong-motong tubuh manusia. Entah siapa yang mereka potong, lalu menggilingnya dan membentuknya menjadi bulat. Setelah itu mereka menyajikannya kepada “Raja-raja” mereka.

Keesokan harinya setelah berita tentang The Six Sin’s tersebar. Orang-orang di kota itu mulai mengemasi barang-barang mereka dan ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. Hal itu sudah diketahui The Six Sin’s dan mereka mengutus Ira untuk mengancam para penduduk dan wisatawan yang akan kabur. Ira datang dengan membawa kemarahan yang sangat besar. Ia datang dengan awan gelap bersama petir yang menyertainya yang membuat penduduk sangat ketakutan. Ira berteriak dengan kerasnya lalu mulai berbicara dengan suara beratnya. “Akulah Ira sang kemurkaan”. “Siapapun yang pergi dari kota ini akan mati”. Ira menarik seorang wanita di depannya yang sedang ketakutan lalu mencekiknya dan membakarnya lalu berkata “Beginilah kalian jika kalian berani kabur dari tempat ini”. Ira tertawa dengan keras lalu memeluk dan membelai wanita yang terbakar itu lalu pergi. 
Semua orang putus asa. Lalu semua orang berkumpul di sebuah Dome pinggir kota untuk mengungsi. Mereka membicarakan siapa yang akan dikorbankan untuk menjadi santapan The Six Sin’s. Semua terdiam karena sudah pasti tidak ada yang mau untuk dikorbankan. Tiba-tiba seorang pemuda berdiri dan berteriak “mengapa tidak kita korbankan saja orang yang sedang sakit parah atau sekarat dan orang yang sudah tua saja?”
Kejam memang, tapi apalagi yang harus diperbuat. Semua orang setuju kecuali walikota Jorgen, karena anak perempuan satu-satunya Alice yang sangat dicintainya sedang terbaring lemah di rumah sakit, berjuang melawan penyakit yang sangat parah. Memang sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh, tetapi jika harus mengorbankannya?

Penduduk yang sudah mulai gila berteriak kalo walikota Jogen tidak adil dan tidak becus mengamankan kota sehingga bisa terjadi seperti ini. Walikota Jorgen pun bingung dan merasa tertekan, akhirnya diapun menyerah lalu bergegas ke rumah sakit tempat putrinya berada. Setelah sampai ia bertemu dengan putrinya, dia bercerita tentang orang-orang yang ingin mengorbankannya untuk The Six Sin’s.

Alice meneteskan air mata lalu tersenyum kepada ayahnya. Alice mengiyakan mengingat memang umurnya sudah tak lama lagi dan ingin menyelamatkan semua orang. Walikota Jorgen tidak bisa menahan lagi air matanya lalu memeluk erat anaknya. Alice berkata “Maafkan aku ayah, aku tidak bisa menjaga ayah di usia ayah yang senja ini. Maaf aku tidak berguna untukmu. Tapi di kehidupan selanjutnya jika aku bertemu dengan ayah, aku akan menjagamu. Aku janji.”

Tiba-tiba para penduduk datang dan mencoba untuk memisahkan mereka dan membawa Alice ke tempat The Six Sin’s dan meninggalkannya tepat di depan rumah tempat The Six Sin’s berada.
Alice kedinginan sekaligus ketakutan. Saat itu gelap, hanya ada suara binatang malam. Alice mulai menggigil dan mulai kebingungan, tiba-tiba pintu mulai terbuka. Terlihat seorang pria muda seperti butler tersenyum hangat pada Alice dan mempersilahkan Alice untuk masuk. Alice berjalan dengan tertatih mendekati pria itu lalu terjatuh. Pria itu menangkapnya lalu menggendongnya lalu membawanya ke ruang tamu. Pria itu bertanya pada Alice mengapa ia ada di luar sendirian? Alice menjawab “A-aku dibawa ke sini untuk dikorbankan pada The Six Sin’s”
Pria itu bertanya kembali “Apa kau dipaksa dibawa kesini?”
“Tidak, aku dengan sukarela menjadi persembahan, untuk melindungi para penduduk kotaku”.
Pria itu membelai Alice dengan lembut lalu memeluknya “Sungguh malang” ucapnya.
Lalu pria itu bertanya “Siapa namamu gadis cantik?”
“A-alice” ucap elis terbata, “dan kau?”.
“Perkenalkan, aku Luxuria salah satu The Six Sin’s”.
Alice terkejut mendengarnya, ia ingin melepaskan pelukannya tapi apadaya, dengan badannya yang lemah ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Luxuria mengecup kening Alice dan berkata “Tenanglah, aku tidak akan memakan gadis secantik kamu”.

Pelukan Luxuria sangatlah hangat dan membuat Alice sangat nyaman. Kehangatan Luxuria tak lama, tiba-tiba Alice merasakan tubuh Luxuria dingin seperti es. Luxuria melepaskan pelukannya lalu berteriak “Superbia, keluar kau!!”
Tak lama terdengar suara langkah kaki yang berat berasal dari sebuah lorong. Terlihat seorang pria paruhbaya dengan perawakan tinggi tegap, wajah yang tegas dan mata yang tajam.
Superbia berkata “Ada apa kau memanggilku, dan siapa dia? Apa dia makanan kita?”
Luxuria menjawab “Dia Alice, orang yang yang dengan sukarela menjadi santapan kita.”
“Menarik” kata Superbia, lalu Superbia mendekati Alice tapi Luxuria menghalangi jalan Superbia. Luxuria berkata “Jangan, kali ini dia tidak akan menjadi makan malam kita. Aku ingin meminta pertolongan padamu, mengingat kau yang terkuat diantara yang lain”.
Superbia tersenyum sinis lalu berkata “Lalu apa yang kau mau?”
“Apa kau bisa merubah Alice seperti kita? Tolonglah aku sangat menyukainya dan ingin memilikinya.” “Kau mempunyai separuh kekuatan Lucifer, pasti kau mampu merubahnya kan? Aku yakin Alice akan sangat berguna untuk kita, aku bisa menjaminnya” kata Luxuria.
Superbia berkata “Aku bisa saja merubah dia menjadi seperti kita, tapi dengan persetujuan Lucifer tentunya”.
Luxuria mulai putus asa dan mulai memohon lebih keras pada Superbia, karena ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan mungkin Lucifer tidak akan menyetujuinya.
Akhirnya Superbia menyanggupi, tetapi denga beberapa syarat .

Persyaratannya adalah kau harus menyiapkan semua yang aku butuhkan. Aku membutuhkan bahan-bahan seperti moonlight dew, magic flames, fairy abrasive, soul ring dan jangan lupakan yang paling penting Bloodstone. Lux terkejut saat Superbia meminta Bloodstone sebagai bahan untuk merubah Alice. Benda yang sangat langka yang hanya dimiliki oleh salah satu dari The Four Horsemen.
Superbia memberi peringatan pada Lux hati-hati saat berbicara pada The Four Horsemen, mereka adalah prajurit kesayangan Lucifer. Jika mereka tau aku akan mengubah Alice menjadi seperti kita mereka pasti akan melaporkan pada Lucifer dan habislah kita.
Lux terduduk lemas dan Superbia pun pergi. Lux kebingungan dan ketakutan, entah apa yang harus ia katakan saat bertemu dengan salah satu The Four Horsemen. Alice mendekati Lux dan bertanya mengapa Lux ingin mengubahnya menjadi seperti dia. Lux berbicara sambil menangis “Karena kau mengingatkanku dengan seseorang, entah siapa tapi aku tau dan aku seperti mengenalmu dan aku ingin kau bersamaku”. Alice menjawab “Aku bisa berada selalu disampingmu tanpa kau mengubahku, aku ingin tetapi menjadi diriku.”
“Tapi Alice, kau sedang sakit parah dan tidak bisa di sembuhkan. Jika kau berubah seperti aku, penyakitmu akan hilang dan kau akan hidup abadi.”
Alice terkejut mendenga Lux mengetahui jika Alice sedang sakit parah. Alice menanyakan pada Lux bagaimana ia tau kalo dirinya sedang sakit.
Lux menjawab dengan lembut lalu memegang tangan Alice “Hanya dengan memegang tanganmu aku tau seluruh penyakitmu, ingatanmu, bahkan apa yang sudah kau makan.”
Alice terdiam, ketakutannya pada Lux pun mulai hilang. Ia berfikir jika ia berubah ia akan sembuh dan bisa kembali ke kota dan bertemu dengan ayahnya. Tak sempat Alice merasa bahagia saat membayangkan setelah perubahannya nanti ia dikejutkan oleh Lux yang menarik rambutnya, mencium rambutnya lalu berbisik “Apakah aku lupa mengatakan kalau aku bisa membaca pikiranmu?”
“Kau tidak akan pernah bertemu dengan ayahmu lagi setelah aku merubahmu. Setelah kau berubah, ingatanmu akan hilang dan kau tidak akan pernah mengenal ayahmu lagi dan yang ada dipikiranmu hanya AKU!!!”
Lux menggendong Alice lalu pergi.

Lux membawa Alice ke sebuah ruangan besar kosong hanya dengan satu tempat tidur tua. Lux meminta Alice untuk tidur dan jangan pernah keluar ruangan itu sebelum ia kembali. Lux memegang tangan Alice dan berkata ia akan pergi ke tempat The Four Horsemen berada dan ia akan mendapatkan bloodstone secepatnya.
Setelah Lux pergi Alice turun dari tempat tidurnya dan pergi keluar kamar. Ia tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Lux. Alice membuka pintu dengan perlahan, melihat sekeliling lalu keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju suatu lorong yang cukup panjang. Di ujung lorong terlihat sebuah cahaya redup berwarna merah dengan sebuah bayangan manusia yang sedang mondar mandir. Alice mulai mendekati ruangan merah tersebut, tetapi saat ia berjalan perlahan lantai yang diinjaknya berdecit dan membuat bayangan itu berhenti bergerak. Bayangan itu seperti menoleh ke arah pintu lalu terdengar suara langkah besar mendekat. Alice panik, ia tidak tau harus pergi kemana. Lalu ia bergegas mundur dan menemukan sebuah pintu yang tidak dikunci. Alice bergegas masuk dan segera menutup pintu. Jantungnya berdegup kencang, tangannya pun gemetar. Suara langkah kaki itu pun semakin mendekat lalu berhenti tepat di depan pintu tempat Alice bersembunyi. Alice terkejut dan berusaha menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Badan Alice mulai bergetar saat melihat knop pintu bergerak. Tiba-tiba terdengar seperti suara tembakan yang membuat bayangan tersebut pergi. Alice melepaskan tangannya dari mulutnya lalu menghela nafas dengan panjang tapi kemudian ia terkejut saat mendengar suara seorang pria dengan suara lembut mengatakan “Apa kau Alice?”. Alice berbalik dan melihat seorang laki-laki tua memakai baju putih dan masker seperti dokter dengan membawa selang pendek berwarna merah. Alice mengangguk menandakan iya lalu berkata “M-maaf telah masuk ke ruangan anda tanpa permisi bukan maksudku tidak sopan, t-tapi . . . “ tiba-tiba pria itu menyela “Tidak apa, silahkan duduk di kursi itu duduklah dengan nyaman”. Alice duduk di salah satu kursi di sudut ruangan, melihat pria itu berjalan menuju lemari kaca dan menaruh selang itu. Dalam lemari itupun ia melihat berbagai macam selang, ada yang bercabang, ada yang berdiameter besar dan kecil, sepertinya pria tua itu sangat menyukai selang. Pria itu melepaskan sarung tangan karetnya lalu membuka maskernya. Pria itu duduk tepat di depan Alice. Pria itu memandang Alice dengan mata tajam, terlihat mengamati Alice dan berkata "Beratmu 45 kilo, tinggimu 158, t-tidak maksudku 159, mengidap angina pektoris cukup lama, obat terakhir yang kau minum beta bloker padahal kau juga mengidap asma broncia."
Alice hanya terdiam dan tercengang melihat pria itu mengetahui semua tentang tubuhnya. Alice hanya mengangguk dan tertunduk. Lalu pria itu mulai berbicara lagi "Oh, maafkan aku belum memperkenalkan diri, aku Invidia salah satu teman kekasihmu, Lux"

“Lalu apa yang membuatmu berada di sini Alice?” Alice menjawab “A-aku keluar dari kamarku karena merasa bosan, lalu aku menyusuri lorong dan melihat ruangan berwarna merah dengan bayangan.” “Aku mencoba mendekatinya lalu kakiku mengijak lantai yang berdecit yang membuat bayangan itu terkejut lalu bayangan itu pergi mengejarku dan akhirnya disinilah aku”. Mendengar itu Invidia tertawa mendengarnya.
“KAU TAHU SIAPA DIA? HAHAHAHAHA...”
Alice hanya menggelengkan kepalanya
“Dia Ira, beruntung kau tidak bertemu dengannya. Jika kau bertemu dengannya mungkin kamu sudah mati dihabisinya.”
Alice hanya terdiam dan merasa bersyukur. Lalu Alice memberanikan diri untuk berbicara pada Invidia. Mereka berbincang semalaman, lalu Alice mulai menanyakan sesuatu. “Tuan Invidia, mengapa anda mengkoleksi selang?”
“Apa maksudmu?” Invidia bertanya-tanya. “Selang yang kau tata rapi di lemarimu” 
“Apa kau bercanda? Kau mengira benda itu sebagai selang?” Tanya Invidia terheran.
“Jika bukan selang lalu apa?” tanya Alice
“Itu adalah bagian tubuh manusia favoritku”
Sementara itu di desa, tiba-tiba ada seorang pria muda datang ke tempat itu dengan santai berjalan. Pria itu menuju suatu hotel lalu memesan sebuah kamar. Tetapi ada yang berbeda dengan hotel itu. Hotel itu sudah seperti tempat pengungsian, banyak sekali orang di sana. Pria itu menanyakan pada wanita di front office apa yang terjadi disini. Setelah mengetahui apa yang telah terjadi pria itu tertawa terbahak-bahak lalu berkata “Menarik, lalu dimana The Six Sin’s itu berada?”. Wanita itu terkejut dan berusaha meyakinkan Pria itu kalau The Six Sin’s benar-benar berbahaya. Pria itu hanya menjawab “Kau salah, akulah yang berbahaya disini. Sepertinya liburanku berlangsung sangat cepat, sekarang waktunya aku bekerja dan sepertinya aku membutuhkan teman-temanku” Pria itu pergi dari hotel itu lalu wanita itu melihat gelang naga di tangannya dengan batu ruby di bagian mata naganya. Wanita itu terkejut dan menyadari bahwa laki-laki tadi adalah salah satu dari Red Syndicate.
Red Syndicate adalah kelompok psycopath yang disewa negara untuk membunuh para buronan kelas kakap.

No comments:

Post a Comment