9/10/2015

Makalah pengantar ilmu geografi


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Ilmu geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan kehidupannya.  Ilmu geografi terbagi menjadi 2, yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik memusatkan geografi sebagai ilmu bumi dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakkan bumi serta hubungannya dengan tata surya yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan geografi ? apa saja ruang lingkupnya ?
2. Pendekatan, metode, dan teknik apa saja yang dilakukan untuk penelitian geografi?
3. Apa saja manfaat ilmu geografi ?
4. Konsep-konsep apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
5. Generalisasi apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
6. Teori-teori apa saja yang di kembangkan di ilmu geografi ?

C. Tujuan penulisan makalah
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu sosial yang diberikan oleh Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.pd. serta Mahasiswa dapat memahami secara terperinci ilmu geografi ilmu geografi dalam pengantar ilmu sosial.
D.Penulisan Makalah





BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian dan Ruang lingkup Geografi

Geografi berasal dari bahasa yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan. Menurut pengertian yang dikemukaan Eratoshenes berarti tulisan tentang bumi ( Sumaatmaja, 1988;31) oleh Supardan dalm bukunya Ilmu Pengantar Sosial (2008;227). Secara harfiah bisa diartikan juga sebagai ilmu bumi. Adapun menurut para ahli dalam sebuah web site, adalah sebagai berikut :
a.    Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
b.    Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
c.    Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
d.    Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
e.    Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
f.   John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
g.    Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
h.    Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
i.   Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
j.   Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
k.    Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
l.   Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
m.  UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
n.    Menurut richoffen dalam (Suparman 2008; 227, Hartshorne, 19960;173) bahwa Geography is the study of the earth surface according to its difference, or thr study of different areas of the earth surface…, in term of total characteristic. Menurut Richoffen bidang kajian geografi bukan hanya mengumpulkan bahan-bahan yang kemudian disusun secara sistematis, tetapi perlu dilakukannya hubungan antara bahan-bahan tersebut untuk dikaji sebab akibat dari fenomena-fenomena di permukaan bumi yang memberikan sifat individualias suatu wilayah.
Kemudian menurut Ritter(Supardan, 2008;227) menyatakan bahwa geography to study the earth as the dwelling-place of  man. Pengertian the dwelling-place of man tersebut bahwa tidak ahnya terbatas pada bagian permukaan bumi yang dihuni manusia saja, melainkan juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni manusia, sejauh wilayah iru penting arinya bagi kehidupan manusia. Study geografi mengkaji sumua fenomena yang terdapat dipermukaaan bumi, baik itu alam yang bersifat organic maupun alam yang bersifat anorganik dalam interalisasi dan interaksinya dalam ruangan yang mengkaji semua kejadian tersebut. Maka dari itu menurut Richard Hartshorne dalam ilmu pengantar social (Supardan, 2008;228), geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of earth as the world of man. Karena ilmu geografi sangat luas maka dapr dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai disiplin ilmu, yaitu iilmu murni, terapan, eksak, noneksak, alam dan social maka geografi sering disebut sebagai ‘ibu’ atau ‘induk’ ilmu pengetahuan. Seperti dikemukakan oleh Preston E. James (1959;47) dalam Supardan (2008;228), geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that stared with observations of the actual face earth turned to the study of specific processes wherever they might be located.
            Peryataan itu menurut Supardan (2008;228) didasarkan atas alasan yang kuat, bikan didasarkan pada alasan yang dibuat-buat. Sebab bidang geografi yang luas  tersebut mencangkup mencangkup beberapa aspek-aspek ilmiah yang sifatnya eksak, kemudian bidang-bidang social yang nomeksak. Selain itu alasan James memberikan sebutan sebagai ‘induk ilmu pengetahuan’ kepada geografi, bukan hanya didasarkan pada realita bahwa observasi dan pengkajian ilmu pengetahuan lain diambil dari bagian-bagian di permukaan bumi, melainkan didasarkan pada perkembangan geografi ini telah begitu tua, sejalan dengan pemikiran filosofis tentang terjadinya alam semesta dengan kehidupannya, mulai dari jaman Herodotus pada tahun 480 – 430 sebelum masehi.
            Interelasi dan integrasi keruangan pada gejala di permukaan bumi dari suatu wilayah ke wilayah lain selalu menunjukan perbedaan. Hal itu dapat dikaji sendiri bahwa suatu wilayah dapat membedakan diri dari wilayah lainnya. Cirri umum yang merupakan hasil interelasi, interaksi, dan integrasi unsure-unsur wilayah yang bersangkutan merupakan objek study geografi yang komprehesif (Sumaatmaja, 1988; 33, Supardan, 2008; 229). Sedangkan ruang lingkup geografi sangat luas seperti menurut Murphey (1966;33) dalm Supardan (2008; 229). Mencangkup aspek alamiah dan aspek insaniyah, kemudian aspek-aspek tersebut dituangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran dan kronologinya. Selanjutnya prinsip realisasi ini diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan alam lingkungannya yang dapat mengungkapkan perbedaan areal serta perbedaan dalam ruang. Akhirnya prinsip relasi, penyebaran, dan kronologi pada kajian geografi ini dapat menungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya. Denngan demikian terungkaplah adanya region-region yang berbeda antara region satu dengan lainnya (Supardan, 2008; 229)
Ruang lingkup geografi sangat luas, yaitu menyangkut segala fenomena atau gejala pada geosfer. Geosfer merupakan lingkup kajian geografi yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu atmosfer,litosfer, biosfer, dan hidrosfer.Tiap komponen tersebut mempunyai batasan kajian, meskipun begitu semuanya tercakup dalam kajian geosfer. Seperti litosfer, mempunyai tiga aspek kajian, yaitu batuan (litologi), bentuk lahan, dan tanah. Dalam geografi, analisis fenomena atau gejala yang terjadi di geosfer dilakukan dengan melihat persebaran, interaksi, dan interelasi unsur-unsur di dalamnya. Ilmu geografi dapat diterapkan dalam kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan manusia. Ilmu geografi banyak membantu manusia dalam pemanfaatan sumber daya yang tersedia di Bumi. Dalam buku ”The Scope of Geography”, Rhoads Murphy (Anjayani, Harianto, 2009;27)menulis tentang ruang lingkup kajian geografi. Ruang lingkup kajian geografi terdiri atas tiga hal, yaitu:
a.  Persebaran dan keterkaitan (relasi) manusia di Bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi tempat hidup manusia.
b.  Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik alam yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
c.   Kerangka regional dan analisis wilayah yang berciri khusus.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka ruang lingkup geografi berkaitan dengan aspek lingkungan fisik alam dan aspek lingkungan manusia.
Sedangkan secara sederhana, dapat dikemukakan bahwa cangkupan da peranan geoarafi itu setidaknya memiliki empat hal, seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian UNESCO (1965; 12-35) maupun Lounsbury (1975; 1-6) dalam Supardan (2008; 229), sebagai berikut:
1.    Geografi sebagai suatu sintesis
Artinya pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab suntansi pertanyaan-pertanyaan tentang what, where, when, why, dan how. Pada hakikatnnya  proses stadi semacam itu adalah suatu sintesis karena menjadi pokok penelaahan mencangkup apa yang akan ditelaah, dimana adanya, mengapa demikian, kapan terjadinya, serta bagaimana melakukannya?
2.    Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan reaksi kerungan
Dalam hal ini geografi berperan sebagai ‘pisau’ analisis terhadap fenomena-fenomena, baik alamiah maupun insaniah. Selain itu geografipun masih berperan sebagai suatu kajian yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interdepedensi satu aspek tertentusengan lainnya.
3.    Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan
Di sini titik beratnya pada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruangan geografi yang harus semakin di tingkatkan. Sebab pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dewasa ini, menuntut peningkatan sarana yang menunjang, baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut, seperti tempat pemukuman, jalan raya, bangunan punlik, tempat rekreasi, dann sebagianya, semuanya membutuhkan perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4.    Geografi sebagai bidang ilmu penelitian
Hal ini dimksudkan agar dua hal dapat terperinci, yaitu sebagai berikut:
a.    Meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin geografi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembanganilmu yang makin pesat. Oleh karena itu dalam tataran itu perlu dikembangkan lebih jauh tentang struktur ilmu yang menyangkut fakta, konsep, generalisasi, dan teori dari ilmu  yang bersangkutan.
b.    Meningkatkan penelitian praktis untuk kepentingan kehudupan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia (Sumaatmaja, 1988;41. Supardan, 2008;230)
Dari tinjauan ilmuan geografi kontemporer bahwa secara sederhana geografi merupakan disiplin akademik yang terutama berkaitan dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan bumi. Fokusnya adalah sifat saling keterkaitan antara tiga konsep, yaitu lingkungan, tataruang dan tempat (Johnston,2000;403, Supardan, 2008; 230). Dalam perkembangannya muncul beberapa subbidang yang beragam, seperti geografi fisik, geografi manusia (sosial), dan geografi regional. Geografi fisik dan social memiliki cabang-cabang yang sistematis, bergerak sari sifat derkriptif menuju alalisis dangan pendekatan positivism yang menekankan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang semakin menonjol. (Supardan, 2008;230)
            Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa geografi terdiri dari tiga kajisn yang saling berkitan yang mencangkup lingkungan, tat ruang, dan tempat.
1.      Lingkungan
Lingkunagan alamiah pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri , hidrologi permukaan air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukaan itu, dan atmosfer yang terdapat diatasnya. Semua unsur ini terjalin dalam suatu system lingkungan yang kompleks, misalnua flora suatu wilayah memengaruhi iklim disekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah dibawahnya (Johnson,1991. Supardan, 2008:231). Walaupun demikian, kebanyakan ahli geografi fisik memfokuskan pada salah satu aspek saja dari lingkungan yang kompleks tersrbut. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman mereka terkadap asal usul dan kesinambungan perubahannya dapat dilakukan secara detail (Gregory;1995. Supardan, 2008;231).
            Pemfokusan ini tercermin dari berbagai subdisplin ilmu pada geografi fisik.  Sebagian para ahli geografi lebih suka menempatkan dirinya pada suatu subdisiplin dari pada geografi fisik secara umum. Dalam hal ini hampir semua dubdivisi berkaitan dengan  ilmu-ilmu lian, sementara ahli ilmu geografi fisik mengklaim bahwa lebih memiliki keterkaitan dengan disiplin luar dari pada didiplin mereka sendiri (Johnston,1991. Supardan, 2008;232).
            Beberapa subdisiplin itu yang terbesar adalah geomorfologi, yakni studi tentang bentuk permukaan tanah dalam berbagai skala ruang dan proses pembentukannya. Tidak sedikit para ahli geomorfologi menaruh perhatian khusus pada fungsi air sebagai salah satu pembentuk permukaan tanah sehingga terjalin hubungan era dengan hidrologi.  Sementara itu para ahli yang lain berminat pada pertanahan yang yang berhubungan erat dengan pedologi. Disamping itu, pengelompokan yang lebih kecil lagi adalah klimatologi yang berhubungan dengan meteorology. Dan biogeografi yang lebih memfokuskan pada tumbuhan-tumbuhan dari pada binatang, dengan demikian lebih banyak kerja sama dengan para ahli ekologi dan botani daripada ahki zoology (Johnston, 2004;404. Supardan, 2008;232).
            Kini, umumnya hampir semua ahli aeografi bekerja dalam salah satu subdisiplin geografi, namun semakin diakui pula bahwa sangat perlu untuk mempelajari saling keterkaitan antara berbagai sumber kompleksitas lingkungan tersebut. Paling tidak mereka beranggapan bahwa unsure-unsur lingkungan tersebut saling berpengaruh satu sama lain, seperti yang kita pahami sekarang ini tentang cepatnya perubahan-perubahan lingkungan yang sedemikian rupa. Bagaimana tidak, kehadiran manusia selalu mempengaruhi keadaan bumi, tanah, bahkan atmosfir, apalagi ketika manusia melakukan proses geomorfologi, hidrologi, biologi, maupun atmosfer maka dampak-dampak terhadap kemampuan lingkunganjangka pendek dan jangka panjang sangat dirasakan, dan hal ini membutuhkan suatu riset yang multidisipliner serta terkoordinasi (Turner, 1990. Supardan, 2008,232).
            Walaupun kajian mengenai lingkungan fisik hampir seluruhnya didominasi oleh lahan bagi ahli geografi fisik, namun belakangan ini ahli geografi manusia pun mulai menunjukan perhatian pada lansekap fisik, terutama yang berminat menganalisis fungsi lansekap atau tata ruang sebagai bagian dari kehidupan manusia. Bagi sebagian para ahli geografi manusia, penafsiran terhadap kedudukan lansekap fisik adalah pusat dari tuntutan kehidupan manusia dan konsepsi-konsepsi popular mengenai bagaimana bumi bekerja, misalnya siklus hidrologis merupakan sember penting bagi pemahaman geografis. Begitu pun bagi ahli lainnya, konsep alam itu pun merupakan konstuksi social. Oleh karna itu, interpretasi-interpretasi terhadap dunia fisik merupakan bagian dari superstruktur ideologis manusia yang terintegrasi (Supardan,2008,232).

2.      Tata Ruang
Sejak tahun 1950-an, studi geografi sebagai pengaruh gerakan di skandinavia yang dilakukan oleh ahli ekonomi dan sosiologi, telah mendorong lahirnya perspektif lain dalam geografi manusia yang berfokus pada cara pengorganisasian ruang dalam aktifitas manusia dipermukaan bumi ini. Tujuannya untuk meneta ulang sisi ilmiah pada disiplin ini sehingga dapat mempelajari hokum-hukum yang mengatur perilaku keruangan secara individual maupun pola-pola keruangan dalam penyebaran artefak-artefaknya (Jhonston,2000: 405, Supardan ,2008:233). Pada mulanya seperti yang kita ketahui, jarak adalah sebuah rintangan bagi manusia karna perlu pengorbanan uang, waktu, dan energy, khususnya untuk memindahkan barang-barang ke tempat lain. Guna evisiensi tersebut, manusia berupaya meminimalkan jarak, mengorganisasikan pemakaian ruang, dan sebagainya. Dengan demikian geografi manusia tampil sebagai ilmu mengenai jarak, dimana jarak adalah konsep kunci yang membedakannya dengan ilmu-ilmu social lain. Konsep-konsep ruang ditampilkan sebagai landasan teoritis dari disiplin ilmu (Jhonston,1991. Supardan,2008:233).
Menurut Supardan dalam pengantar ilmu social pembahasan tentang berbagai upaya yang dilakukan untuk menyusun pendekatan ini kedalam geografi manusia sejak tahun 1960-an dan 1970-an sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan. Tercatat sebagai upaya yang paling sukses dan banyak dikutip tersebut yakni karya Haggett, baik menurut tulisanya dalam Locational Analysis in Human Geography (1965) maupun dalam judul yang sama, namun telah direvisi dan menjadi karya bersama dengan geografi lain Frey dalam Locational Analysis in Human Geography (1978), yang membagi pokok-pokok bahasan disiplin geografi manusia menjadi lima, yaitu:
a.    Pola-pola titik, seperti bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian.
b.    Pola-pola garis, kususnya jaringan trasportasi.
c.    Pola-pola pergerakan, seperti aliran di antara berbagai jariangan, orang, barang, dan infiomasi.
d.    Variasi bentuk permukaan dalam suatu phenomena yang berkesinambungan, misalnya peta kepadatan penduduk dan peta harga tanah disuatu daerah perkotaan.
e.    Penyebarab dalm tata ruang, seperti penyebaran penyakit dalam suatu jaringan dan pelintasan permukaan wilayah.
Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1960-an, geografi manusia memiliki beberapa subbidang penting, seperti geografi sejarah. Namun, sampai titik tertentu pembagiannya dilakukan berdasarkan wilayah bukan pokok bahasan. Artinya, ilmu itu dibagi berdasarkan minat praktisi dan belahan dunia tertentu. Hal itu berubah cepat, dan pembagian sektoral menjadi praktik yang lazim dalam disiplin ini. Sub-sub disiplin menjadi saling bersinggungan dan berpotongan (Supardan, 2008:234).  Menurut Jhonston (2000:406) dalam Supardan (2008:234), terdapat empat subdisiplin yang saling bersinggungan dan berpotongan yang mencerminkan hubungannya dengan ilmu social lain, yakni:
a.    Geografi ekonomi yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu ekonomi.
b.    Geografi social yang bersinggungan dan berpotongan dengan sosiologi.
c.    Geografi polotik yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu polotik.
d.    Geografi cultural yang bersinggungan dan berpotongan dengan antropologi budaya.

3.      Tempat
Keinginan para ahli untuk membuat kerangka intelektual yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan pengetahuan disamping menyusun informasi. Pada tahun 1960-an, determinisme lingkungan diganti oleh geofrafi regional dimana landasanya adalah sifat-sifat khusus masing-masing regional atau kawasan yang dibatasi oleh criteria-kriteria tertentu, biasanya dalam slakala benua atau subbenua yang memiliki persamaan-persamaan khusus (Jhonston, 2000:407. Supardan, 2008:235).
Ternyata geografi regional lemah secara metedologisnya. Pendekatan geografi regional dituduh sebagai sekedar metode pengumpul dan penyusun fakta dengan framework-nya yang kurang jelas, tidak ilmiah, serta kurang memenuhi criteria sebagai sebuah disiplin ilmu. Akibatnya, pendekatan tersebut menjadi goyah dan banyak ahli geografi pindah ke ppendekatan lain dengan meninggalkan geografi regional (Jhonston,2000:407. Supardan,2008:236).
Dampak yang paling dirasakan terhadap studi tempat atau lokasi telah banyak berkurang dari geografi, waloupun pda tahun 1970 telah bangkit kembali, kendati dalam bentu lain. Terutama ahli geografi sejarah dan cultural yang mencoba mempelajari hukun-hukum Pola perilaku manusia. Menurut mereka hokum-hukum tersebut mengatasi kehendak individu. Dengan demikian, dapat mengalahkan individualitas, kebudayaan, dan pengembalian keputusan (Gregory, 1978: Ley dan Samuel, 1978. Supardan,2008:236). Beberapa kecaman serupa dialamatkan terhadap beberapa karya geographer Marxis tentang pembangunan yang tidak seimbang, mengisyaratkan bahwa proses kapitalisme merupakan determinan stuktural yang membatasi kebebasan individu untuk beraktivitas. Tidak ada pendekatan regional, baik itu ilmu keruangan maupun struktularisme Marxis yang berkaitan dengan persepsi ahli geografi tentang dunia empiris yang mengandung banyak sekali variasi budaya, soaial, dan politik. Sudah barang tentu tidak dapat dipulik rata begitu saja menjadi diterminasi ekonomi (Jhonston, 2000:408. Supardan,2008:236).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa geografi secara makro dapat dikelompokan dalam dua subdisiplin, yakni geografi fisik dan geografi manusia yang disebut oleh sebagian para ahli sebagai geografi social. Dalam kajian tulisan ini lebih memfokuskan kepada kajian geografi manusia atau soaial (Supardan, 2008: 237).
Geografi social adalah sebuah subdisiplin geografi yang subjeknya mengaitkan ilmu-ilmu social dan alamiah, secara meliputi topic-topik mulai dari tektonik sampai psikoanalisis (Smith, 2000:981. Supardan, 2008:237). Menurut Supardan(2008:237) Ahli gegrafi lain mendefinisikan bidang ini secara lebih sempit mengikuti pandangan Fitzgerald (1946) bahwa sebuah kepentingan social pada hakikatnya dapat dikejar dengan pengertiannya sendiri sebagai sebuah wilayah yang berdeda dari kajian-kajian aspek kehidupan politik dan ekonomi. Namun, kebanyakan para analis geografi melihat bahwa wilayah geografi social berada diantara dua buku yang ekstrem itu (Smith, 2000:981. Supardan, 2008:237).
Terdapat dua pendekatan dalam kajian geografi manusia/social. Pertama, pendekatan yang menekankan struktur dari hubungan social sehingga bidang ini layak sebagai ilmu social. Kedua, dari rekonstuksi ini tertuju pada pencarian relevansi di akhir periode progresrvisme. Andapun cabang-cabang dari geografi manusia (human geography):
1.    Geografi Ekonomi
Menguraikan tentang produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi atas berbagai barang dan jasa yang dilakukan pada tempat-tempat  yang saling berjauhan. Geografi ekonomi mulai diakui sebagai bidang studi tersendiri pada akhir abad ke-19 dan kebangkitannya bertolak dari kolonoalisme Eropa (Barnes, 2000: 267. Supardan,2008:238). Para perintisnnya memulai dengan menyusun daftar kekayaan sumber daya global yang dapat diperdagangkan dari kondisi-kondisi produksinya (Chisholm, 1889. Supardan, 2008:238). Selanjutnya, mereka mencari jastifikasi-jastifikasi  intelektual atas ketimpangan ekonomi antara penjajah dan yang dijajah. Dengan demikian, mereka mendasarkan diri pula pada environmental determinism (Huntington, 1915. Supardan,2008: 238). Kemudian pada tahun 1950-an, geografi ekonomi mulai menerapkan metode kuantitatif dan berbagai pendekatan revolusioner lainnya, termasul aneka perangkat statistika sehingga mentraspormasikan bidang ini menjadi sebuah ilmu  spasial. Selanjutnya bidang ini banyak mengadopsi berbagai teori dan model, terutama dari empat sumber utama(Barnes, 1962. Suprdan, 2008:139).
a.    Sumber utama ekonomi adalah neoklasik yang menyumbangkan model-model umum kompetisi dan perilaku rasional.
b.    Fisika yang memasok dasar-dasar analisis gravitasi dan model entropi yang mengilhami analisis tentang pola interaksi spasial.
c.    Model-model lokasional Jerman yang sebenarnya hampir terabaikan oleh teori lokasi pertanian von thunen, teori industry weber, serta teori tempat sentral loesch dan christaller.
d.    Geometri yang menyajikan berbagai aksiom, hitungan baku, dan teorema yang melandasi hokum-hukum morfologi spasial (Bunge, 1962. Supardan, 2008: 239).
Namun kajian ini bukan berarti tanpa kelemahan. Pada tahun 1970-an geografi ekonomi mulai dihujani banyak kritik karna memiliki kelemahan pada asumsi bahwa unsur spasail terpisah dari unsur social. Menurut Harvey yang menulis buku Limits to Capital (1982).(Supardan, 2008:239). Walaupun pemikiran Harvey telah mengubah paradigma geografi ekonomi secara dominan, namun tetap saja geografi ekonomi yang baru pun mendapat kritik yang meliputi:
a.    Kritik terhadap perlunya unsur spasial yang harus disosialisasikan dan dikritik oleh Doreen dalam Spatial Divisions of Labour: Social Stuctures and the Geography of Production (1984).
b.    Adanya gugatan hasil perumusan Harvey serta perlunya memahami kemunculan industry berteknologi tinggi, hal ini dikritik oleh Michel Stoper dan Allen dalam bukunya Pathway to Industrialization and Regional Development (1992).
c.    Kritik pun dari kelompok feminis dimana Harvey mengabaikan unsur feminis maupun etnik, dikemikakan oleh MacDowell dalam tulisannya Life without father Ford: The New Gender Order of Post-Fordism (1991). 

2.    Geografi Polotik
Menekankan bahwa territorial ditafsirkan sebagai hubungan mendasar antara kedaulatan Negara dengan tanah air nasional yang terletak dijantung legetimasi dan praktik Negara modern. Di mana hasilnya adalah analisis-analisis atas wilayah dan kekuasaan dengan ruang yang terfokus dan berpusat pada Negara (Tylor, 2000:783. Supardan,2008:240).
Dalam sejarahnya, sejak awal terjadinya geografi polotik sebagai suatu bangunan pengetahuan yang koheren pada akhir abad ke-19, subdisiplin ini telah mengalami empat fase perkembangan utama, yakni lingkungan, fungsional, analisis wilayah, dan pluralistic (Tylor,2000:784. Supardan,2008:240).
a.    Geografi polotik lingkungan
Menurut Supardan (2008:240) geografi politik lingkungan diawali dengan karya Friederich Ratzel dalam bukunya Pitsche Geogrphie (1897), gagasan tentang diterminisme lingkungan diterapkan terhadap kajian Negara. Kemudian pada tahun 1904 Halford Mackinder menyuguhkan teori daerah  poros (pivot erea), yang belakangan ini dinamakan kembeli teori heartland. Titik kulminasi dari geografi lingkungan ini muncul dalam kajian politik dan landasan serta pijak Derwent Whittlesey dalam The Earth and the State, titik nadirnya adalah geopolotik Jerman terhadap perluasan wilayah Third Reich.(Supardan, 2008:240).bentuk geografi polotik ini mundur ketika para ahli geografi pada umumnya mencoba menggabungkan kajian-kajiannya dengan perkembangan dalam ilmu social. Ternyata kekurangan geografi politik lingkungan ada pada terorinya yang kurang memadai, ide-idenya hanya bertahan diluar geografi ketika para ahli ilmu politik mengacu kepada pengaruh-pengaruh geografi lingkungan sebagai factor geografis atau ketika gagasan-gagasan geografi simplistic digunakan untuk menjastifikasi kebijakan-kebijakan yang meyokong perang dingin yang agresif (Konx,2000:783. Supardan, 2008:240).  
b.    Geografi polotik fungsional
Ini terjadi pada pasca perang dunia II. Dalam masa itu, Richard Harstone (1950) menempatkan Negara dalam posisi keseimbangan antara sentrifugal dan sentripetal (Supardan, 2008:240).
c.    Analisis ruang dalam geografi politik
Dalam fase ini dimulai dengan adanya kajian-kajian kuantitatif, naming dalam geografi memiliki pengaruh sedikit, khususnya dalam geografi politik. Justru pengaruh kuantifikasi ini terletak pada kajian-kajian politik pinggiran karna geografi sebagian besar tidak cocok  untuk dianalisis secara kuantitatif. Pengruh sekundernya adalah untuk mengorientasikan ulang geografi pilitik menuju wilayah-eilayah dimana banyak sekali data-data untuk dianalisis.
d.    Geografi politik pluralistic
Pada masa ini geografi politik dituntut untuk dapat juga digunakan dalam melakukan kajian-kajian tentang kekuasaan yang sering diabaikan masa sebelumnya. Perbaikan dalam penyimpangan ini telah membawa hasil yang yang banyak. Di antaranya tentang keragaman kontenporer geografi politik, contohnya sumbangan Marxis yang telah menafsirkan politik Negara dalam aliansi-aliansi kelas berbasis pada ruang. Dari perspektif kulural bangsa-bangsa dan nasionalisme, telah dikaji dalam hal keterkaitan khusus kepada tempat (Tylor, 2000:784. Supardan,2008:241).   

3.    Geografi Urban
Berkaitan dengan sifat-sifat tata ruang kota kecil dan besar, dan berbagai cara yang memengaruhi atau dipengaruhi proses fisik, demografi, ekonomi, social, budaya, dan politik (Knox,2000:1112-1114. Supardan,2008:241). Sebagaimana aspek-aspek lain dalam geografi manusia, geografi perkotaan berkaitan dengan variabilitas local dalam suatu konteks umum (Johnston,1986. Supardan,2008: 241). Artinya, geografi jenis ini terkait dengan pemahaman terhadap berbagai keistimewaan kota dan segala keteraturan yang ada dalam kota dan antarkota dalam kerangka hubungan spasial antar penghuni dan lingkungan mereka (supardan, 2008:241). Menurut Paul L Knox (2000:1113) dalam Supardan (2008:242) bahwa pendekatan yang digunakan dalm geografi urban iniadalah sebagai berikut :  
a.    Pendekatan deskriptip langsung
Dalam hal ini para pakar ahli geografi memerhatikan deferefsiasi wilayah dan keistimewaan tempat secara seksama. Dengan begitu, kota-kota besar dan kecil itu dianggap sebagai mozaik lingkungan yang istimewa dan satuan-satuan morfologik, atau sebagai bagian dari system kota-kota besar, yang diklasifikasikan dan regionalisasi bardasarkan fungsi-fungsi ekonomi atau kualitas kehidupan yang terkait dengan kota-kota lainya. (Supardan, 2008:242)
b.    Pendekatan analisis kuantitatif
Ahli geografi perkotaan mengarahkan dalam penetapan model pemetaan ruang masyarakat.
c.    Pendekatan behavioral
Pendekatan ini mengkaji tentang kegiatan masyarakat dan proses pengambilan keputusan.
d.    Pendekatan structural
Pendekatan ini menekankan kajian tentang berbagai kendala yang dipaksakan oleh periaku individu, baik oleh organisasi masyarakat secara keseluruhan maupun oleh aktivitas sejumlah kelompok dan lenbaga-lembaga kuat yang ada didalamnya.
e.    Pendekatan post-srukturalis
Pendekatan ini berusaha memadukan interaksi berbagai merastruktur (ekonomi,polotik dan budaya) denga agen kemanusiaan dan untuk menjelaskan system local dari makna bersama berdasarkan kerangka social budaya yang lebih luas (Supardan, 2008:242).

4.    Geografi Sejarah
Sebagai landasan sejarah pemikiran geografi, perkembanga sejarah berlangsung sejak lama. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, istilah ini biasa dipakai berkenaan dengan sejarah eksplorasi dan penemuan, pembuatab peta dunia, dan perubahan batas-batas politik dan administrasi. Namun kelahiran serta perkembangan geografi sejarah modern sebagai studi mengenai keadaan  geografi dimasa lalu dapat dicetak dari tahun 1920-an dan 1930-an, kemudian pada tahun 1960-an geografi telah cukup matang untuk berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu, tidak hanya berurusan dengan rekonstruksi keadaan geografis masa lalu, melainkan juga mempelajari perubahab-perubahan geografi (Barker,2000:437. Supardan, 2010:243). Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Darby dalam bukunya Historical geography (1962) dalam Supardan (2008:243) yang berusaha menggabungkan pendapat lama dan baru, ia menegaskan ada empat pendekatan dalam geografi sejarah:
a.    Mengenai keadaan geografi masa lalu
b.    Perubahan lansekap
c.    Masa lalu yang dijelaskan dari keadaangeografinya dimasa sekarang.
d.    Sejarah yang bersifat geografis   

5.    Geografi Populasi
Bagian geografi dapat dibedakan tentang karya para ahli geografi yang terfokus pada penyebaran populasi, dengan karya yang berusaha memahami faktor-faktor yang memengaruhi pariasi dalam penyrbaran tersebut. Dalam pendekatan ini cendrung terfokus pada variasi dalam hal fertilitas dan mortalitas sehingga istilah demografi ruang pun tercipta, bersabdar pada korelasi ekologis, dan diasosiasikan dengan usaha-usaha untuk meniru atau memperkirakan perubahan-perubahan dalam distribusi ruang populasi dengan menggunakan ketiga konponennya, yakni migrasi, mortalitas, fertilitas (Supardan,2008:244).
Menurut Supardan (2008:244) berdasarkan data riset yang dilaksanakan tahun 1990-an, masalah ridet pokok yang dihadapi para ahli goegrafi populasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.    Pemetaan kecenderungan kontemporer dalam distribusi populasi serta ciri-cirinya, seperti usia, pola hidup, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
b.    Populasi, pembangunan, dan sumber daya yang meliputi saling mempengaruhi antara pertumbuhan populasi, prospek pertumbuhan ekonomi dan penggunaan, akses dan konsumsi atas sumber daya keruangan, dan sebagainya.
c.    Pembentukan dan akibat dari perubahan populasi jangka panjang.
d.    Geografi sosial dari populasi yang tersingkir atau terpinggirkan, seperti kepedulian terhadap para pengungsi, tuna wisma, dan lain-lain (Woods,2000:803 – 804. Supardan, 2008:244).

6.    Geografi Sosial
Geografi sosial untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Elise Reclus pada tahun 1884,dimana memiliki hubungan yang rumit antara manusia dengan alam (Dunbar, 1977. Supardan, 2008:244). Pada mulanya geografi sosial lebih sering diasosiasikan dengan geografi Eropa dan Inggris, dari pada dengan dunia akademis Amerika Utara. Di Amerika Serikat sendiri, geografi sosial baru berkembang setelaj David Ley menulis A Social Geography of the City (1983) (Supardan, 2008:245).

7.    System Informasi Geografi
Sistem informasi geografi adalah sistem komputer yang terintegrasi, digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menambah, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi mengenai masalah geografis (Unwin, 2000:402. Supardan, 2008:245).
    

B.Pendekatan, Metode, Teknik Penelitian Geografi

1.Pendekatan Geografi

Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara (analisis) untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri bagi kajian geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu-ilmu yang lain. Perkembangan terakhir dalam ilmu geografi sejak geografi fisik dan geografi manusia bergerak dari sifatnya yang deskritif menuju analitis pada tahun 1950-an dan 1960-an, berkembanglah paham positivisme yang menekankan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang menonjol. Pendekatan ini berkaitan erat dengan kuantifikasi dan keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya hubungan sebab akibat empiris, seperti yang diisyaratkan oleh teorinya. Walaupun pendekatan positivistik pun banyak memiliki kelemahan karena tidak mampu mengakomodasi kekhususan-kekhususan yang bersifat kontestual (Harvey,1989,di dalam Supardan, 2008: ).
Namun, pada umumnya banyak  para ahli geografi terus mengembangkan pola pendekatan tersebut. Pendekatan yang didasarkan pada pengukuran dalam disiplin ini membutuhkan banyak eksperimen dan inovasi lingkungan fisik maupun mengenai cara-cara individu membentuk tingkah laku ruang mereka. Hal ini di bantu oleh penemuan teknologi informasi data sangat membantu bagi ahli geografi yang banyak memainkan peran sebagai pelopornya.
Kemajuan yang pertama adalah dalam bidang remote sensing (pengindraan jarak jauh) yang sering di asosiasikan dengan kegiatan menceritakan bumi dari angkasa kuantitas data yang berkembang cepat diperoleh dari satelit dan alat pengindaraan jarak jauh lainnya, memungkinkan para ahli geografi berada pada lini depan dalam pengembaraan cara-cara penafsiran data yang tersedia. Terutama dengan menggunakan komputer “bermemori raksasa” untuk menggambarkan variasi rinci dari permukaan bumi dari waktu ke waktu. Pengindraan jarak jauh begitu penting, bukan hanya menyediakan materi baru untuk menganalisis bumi, melainkan juga meninggalkan banyak teka-teki mencapai tujuan riset. Pada dasarnya, hampir semua data geografis mengacu kepada dua konteks dimensional. Secra tradisional, hal ini telah ditampilkan dalam bentuk peta namun perkembangan sejak tahun 1970-an dalam sistem-sistem informasi geografis (Geographical Information System atau GIS) telah meningkatkan kemampuan melapis kumpulan-kumpuln data  satu sama lain sebagai contoh hasil pengamatan hujan digabungkan dengan peta-peta tofografi secara substansial telah memperkokoh kemampuan untuk menyusun hipotesis yang dapat diuji secara empiris serta kemampuan menjalankan uji coba itu sendiri (Maguire,1991 didalam ).
Disamping pendekatan-pendekatan yang telah dijelaskan diatas, dalam kajian geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan R.Bintaro dan Surastopo Hadisumarno dalam Metode Analisis Geografi mengemukakan tiga pendekatan (approach), yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis).
a.Pendekatan Keruangan
            Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian dan perbedaan fenomena geosfer dalm ruan. Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adlah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan tersebut pun dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data dan data bidang.
            Adapun yang termasuk dalam data titik adalah data ketinggian tempat, data sampel batuan, data sampel tanah, kemiringan lereng, jenis tanah, keadaan air tanah, hal itu karena keadaan fisiklokasi tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi manusia yang akan menempatinya.
 Sedangkan yang termasuk dalam data bidang adalah data luas hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang alang-alang dan sebagainya. Kemudian data dari beberapa sampel tanah dapat dipetakan dan ditentukan bats-batasnya hingga diperoleh data bidang, yaitu data tentang penyebaran jenis tanah tertentu (Bintaro dan Hadisumaro,1979)..
b. Pendekatan Ekologi
            Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungan, termasuk dengan organisme hidup yang lain seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan, seperti : litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah ekologi manusia (human ecology) yang mempelajari interaksi antar manusia serta antara manusia dan lingkungan. Kemampuan manusia dalam memanfaatkan lingkungannya untuk berbagi aktivitas kehidupan merupakan contoh pendekatan ekologi. Misalnya, manusia yang tinggal di daerah pegunungan.
            Dalam hal ini, dikaji tentang masyarakat kelompok organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu kesatuan ekosistem. Studi ini menitik beratkan kepada kehidupan dan nonkehidupan (nonliving area), yaitu tempat berlangsungnya kehidupan atau bagian biotik dan abiotik. Bagian abiotik ini dapat digolongkan menjadi tiga bagia, yakni litosfer yang terdiri dari bagian padat dari bumi ; hidrosfer merupakan bagian cair dari bumi ; atmosfer merupakan bagian udara dari bumi. Sedangkan dalam bagian biotik merupakan organisme hidup. Semua komponen tersebut (air, litosfer, atmosfer, dan organisme hidup) berinteraksi, dimana organisme hidup akan ada proses penyesuaian mekanisme fisikal dan biokimia terhadap lingkungannya dalam rangka memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
            Pendekatan kompleks wilayah adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan menggnakan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Di dalam analisis ini yang menjadi perhatian adalah tentang persebaran fenomena tertentu melalui pendekatan keruangan dan interaksi manusia dengan lingkungannya melalui pendekatan ekologi.
Dalam kajian pedekatan wilayah ini terdapat dua aktivitas yang perlu dilakukan, yakni analisis kompleks wilayah, perwilayahan (regonalization), dan klasifikasi (classification). Pada analisis kompleks wilayah, wilayah-wilayah tertentu dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang, mengingat suatu wilayah pada hakikatnya akan berbeda dengan wilayah lain, dimana terdapat penawaran dan permintaan antarwilayah tersebut. Pada analisis yang demikian, harus diperhatikan tentang penyabaran fenomena tertentu (analisia keruangan) dan interaksi antarvariabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dianalisis kaitannya (analisis ekologi).
2. Metode Penelitian Geografi
a. Metode Deskriptif
            metode ini banyak digunakan sejak ilmu geografi lahir sebagai disiplin ilmu yang bersifat akademis. Sebagai karakteristik metode ini adalah memberi penjelasan, baik yang bersifat alamiah maupun insaniah dengan mengungkap karakteristik, eksploratif, hubungan fungsional, dan dampak dari suatu fenomena ataupun peristiwa. Tujun metode ini adalah untuk medeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.
            Dalam metode ini terbagi-bagi lagi menjadi studi kasu, survei, dan studi pengembangan. Salah satu hal penting tentang metode deskriptif ini bahwa pada masa berkembangnya metode deskriptif kartografi sangat dominan.
1). Metode studi kasus
            Merupakan metode penelitian yangg digunakan untuk karakteristik tertentu, idividu maupun kelompok dengan mengungkap kasus-kasus spesifik yang mencakup pengkajian relasi dan interelasi terhadap individu lain secara mendalam, biasanya dilakukan secara longitudinal.
2). Metode survei  
            Merupakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data, seperti wawancara maupun kuesioner (angket) dengan jumlah sampel besar dan merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan terkini untuk memahami opini, pendapat, maupun tanggapan publik pada umumnya.
3). Metode studi pengembangan
            Merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu penelitian secara mendalam untuk memperoleh model, baik dalam tataran teoritis yang sebelumnya sudah ada maupun belum ada (baru). Penelitian studi pengembangan ini lazimnya banyak dikembangkan dalam dunia akademis pada jenjang pascasarjana untuk memperoleh gelar doktor.
b. Metode eksperimen dan korelasi

C.Sejarah Geografi

D.Manfaat Terapan Geografi 

Beberapa manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang litosfer
a. Pemanfaatan tata guna lahan untuk kegiatan pertanian.
b. Pengidentifikasian atau pengenalan daerah-daerah pusat gempa sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
c. Pemanfaatan sumber daya tambang yang dihasilkan dari suatu daerah.
d. Pemanfaatan energi geotermal, yaitu panas bumi melalui peledakan rongga-rongga besar di dalam kerak bumi.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang atmosfer
a. Adanya prakiraan cuaca yang membantu dalam kegiatan perhubungan dan pertanian.
b. Pemanfaatan kilatan petir untuk menambah sumber daya energi listrik.
c. Pemanfaatan angin untuk membantu kegiatan pelayaran.
d. Pemanfaatan lapisan udara untuk frekuensi gelombang radio.
e. Penggunaan angin sebagai sumber energi melalui kincir angin ataupun alat aerodinamika.
f.
 Melalui pembelajaran konsep iklim, dapat diciptakan suatu iklim buatan dengan rumah  
    kaca untuk tanaman.

Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang hidrosfer
a. Pemanfaatan sungai, danau, dan laut untuk kegiatan transportasi dan sumber energi.
b. Pemanfaatan sungai untuk pembangkit tenaga listrik.
c. Pemanfaatan gelombang atau ombak ontuk olahraga selancar.
d. Pemanfaatan air tanah untuk industri air mineral.
e. Pemanfaatan tenaga pasang surut untuk sumber energi sehingga dapat menyalurkan air melalui turbin-turbin.
f. Pemanfaatan geiser yang terjadi secara alamiah sebagai sumber tenaga di beberapa negara.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang biosfer
a. Di daerah padang rumput dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan.
b. Pemanfaatan keindahan pantai untuk membuka daerah tujuan wisata.
c. Pemanfaatan pegunungan salju untuk kegiatan olahraga ski.

Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang antroposfer
a. Pemanfaatan data sensus penduduk untuk perencanaan pembangunan.
b. Pemanfaatan sungai, danau, dan rawa untuk sumber mata pencaharian.
c. Membantu manusia menentukan lokasi pendirian industri.
Ilmu geografi dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan hubungan antar gejala permukaan bumi, misalnya :
1. Bidang Pertanian
Pertanian merupakan sistem keruangan yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek fisik antara lain : lahan, iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara aspek fisik dengan manusia pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun sistem diversifikasi tanaman pada lahan pertanian, yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan agar produktivitas tetap tinggi
2. Bidang Industri
Merupakan tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia. Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar. Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri di daerah yang masih jarang penduduknya.

E.Konsep-Konsep Geografi
1.                  Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Kosep lokasi dibagi menjadi;
a.       Lokasi absolute: lokasi menurut letak lintang dan dan bauajura abersifat tetap.
b.      Lokasi relative; lokasi yang bergantung terhadap daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2.                  Jarak, yaitu panjang antara dua tempat, terdiri atas:
a.       Jarak mutlak, satuan yang diukur dengan kilometer
b.      Jarak relative, yaitu satuan yang di ukur dengan satuan waktu
3.                  Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4.                  Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan, dan lain-lain.
5.                  Morfologi, menunjukan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6.                  Aglomerasi, pengelompokan fenomena disuatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih member dampak positif.
7.                  Nilai kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah dimuka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8.                  Interaksi interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, maisalnya interaksi antara desa dan kota.
9.                  Deferensiasi area, daerah- daerah yang terdapat dimuka bumi berbeda satu dengan yang lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lain.
10.              Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dngan unsur yanag alaian pada suatu tempat.
Beberapa Tokoh-tokoh konsep geografi
1.            Berhard Varen ( 1622-1650)
Berhard Varen atau yang lebih dikenal sebagai varenius adalah geograf asal jeman. Anehnya dia lulusan ilmu kedokteran di Lieden, Belanda. Dalam bukunya yang berjudul “Geographia Generalis” ia membagi geografi menjadi dua, yaitu:
a.                  Geografi umum: membahas karakteristik bumi secara umum, tidak bergantung pada suatu keadaan daerah dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu;
1)                  Terrestrial yaitu pengetahuan bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukurannya.
2)                 Astronomis yaitu membicarakan hubungan bumi dengan bintang-bintang yang merupakan awal dari ilmu kosmografi.
3)                 Komparatif yaitu menyajikan desripsi lengkap mengenai bumi, letak dan tempat-tempat di permukaan bumi.
b.                  Geografi khusus: membahas entang wilayah tertentu mnyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Dibagi dalam tiga aspek, yaitu:
1)                  Atmosferis yang secara khusus membicarakan iklim
2)                 Litosferis yang secara khusus menelaah permukaan bumi, meliputi relief, vegetasi, dan fauna dari berbagai Negara.
3)                 Manusia yang secara khusus membicarakan kepadatan penduduk, perniagaan dan pemerintahan diberbagai Negara.
2.            Immanuel Kant ( 1724-1821)
Selain sebagai geograf, ia juga seorang filsufur. Menurutnya ia tertarik dengan geografi karena dekat dengan filsafat. Menurutnya geografi adalah ilmu yan mempelajari benda-benda hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar dalam wilayah di permukaan bumi.
3.            Alexander Van Humbolt ( 1769-1859)
Awalnya humbolt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik dengan geografi saat mempelajari batuan. Dia diakui sebagai peletak dasar geografi fisis modern. Ia menjelaskan kaitan bumi dengan matahari dan perilaku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca dan iklim dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya serta hal-hal yang berkaitan dengan hidosfer dan biosfer.

A.  Generalisasi-Generalisasi Geografi
1.. Tempat
Nilai penting karakteristik suatu tempat dalam masa lalu, sekarang, maupun masa depan terhadap suatu tempat-tempat yang strategis secara ekonomi, selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi pengembangan politik-ekonomi. Hal itu disebabkan makin meningkatnya mobilitas dua faktorbutama produksi, yaitu modal dan tenaga kerja. Suatu tempat harus memiliki daya tarik bagi investasi dan pekerja, mereka yang terlibat dalam manajemennya ketertarikan untunk menciptakan dan menjual tempat kepada berbagai kelompok bisnis. (Dadang .S, 2008:277)
2. Sensus Penduduk
Sensus penduduk memiliki dua makna multidimensi, karena dari hasil sensus tersebut dapat memberikan informasi tentang penduduk, angkatan kerja produktif, perumahan,sektor manufaktur, pertanian,perindustrian,pertambangan, dunia bisnis,dan lain-lain. Dalam praktiknya, sensus penduduk dapat dilakukan secara de facto maupun de jure (dimana ia dihitung walaupun tidak ada ketika sensus berlangsung)(Taeuber,2000:100 dalam Dadang.S, 2008:277).
3. Iklim
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembangunan pertanian didaerah tropis dari segi iklim adalah tanah didaerah tropis beriklim lembab. Sepanjang tahun mungkin dapat digunakan untuk pertanian, tetapi sebagian tanah itu tidak cocok untuk didayagunakan menurut opla pertanian modern yang mengandalkan penggunaan teknologi mutakhir karena tidak dapat dipupuk secara efektif dengan pupuk mineral(Weischet, 1986:1dalam Dadang.S, 2008:277)
4. Laut
Sebagi negara bahari, bangsa indonesia belum optiamla dalam melakukan pemberdayaan kelautan atau apa yang dinamakan revolusi biru masih jalan di tempat. Padahal luas perairan laut kita seluas . sampai sekarang ini, belumada prestasi kelautan kiat yang dapat dibanggakan.(Dadang.S, 2008:277)
5. Lingkungan
Dalam setiap proyek pembangunan, sebelumnya perlu dilakukan analisis menyeluruh tentang dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Hal itu bukan hanya kepada perusahaan-perusahaan pemerintah, tetapi juga perusahaan-perusahaan swasta, terutama sangat berperan dalam memperoleh izin resmi usaha tersebut, khususnya bagi kegiatan-kegiatan yang dianggap peka lingkungan(O’Riodan, 2000:299 dalam Dadang.S, 2008:277)
6. Benua
Benua adalah bagian dari permukaan bumi yang berupa daratan yang luas. Menurut Dadang. S (2008:278) Sebagai penduduk dari benua yang paling banyak dan padat penduduknya, bangsa asia jauh lebih kompleks menghadapi tantangan kehidupan mendatang dibanding dengan bansa australia yang lebih sedikit dan rendah tingkat kepadatan penduduknya.
7. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan salah satu peroses perubahan sosial yang tercept, khususnya di negara-negara berkembang bahkan dunia. Transformasi-transformasi sosial dan demografis yang tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya penduduk kota di negara-negara berkembeng tersebut, telah menunjukkan pelipatgandaan pertumbuhan demografis nyang memprihatinkan (Evers, 1995:49 dalam Dadang.S, 2008:278).
8. Peta
Peta memberikan banyak informasi tentang berbagai kenampakan atau bentuk muka bumi. Fenomena di muka bumi yang digambarkan pada peta dapat dibedakan menjadi bentang alam dengan bentang budaya. Pola dan objek di permukaaan bumi terbentuk oleh tenaga endogen dan eksogen. Menurut Monmonier.(2000:96) dalam buku pengatar ilmu sosial “Para birokrat pemerintah, kaum profesional, maupun intelektual, pada hakikatnya memerlukan peta.dari keperluan untuk pembangunan ekonomi,pertahanan nesional, perlindungan lingkungan, ekonomi,bisnis,wisata,industri, maupun untuk memberikan eksplanasi visual dalam ranah-ranah abstrak yang perlu dipahami secara mendalam. Apalagi jika peta itu bentuk teknologi yang kain canggih dan menarik, jelas sangan diperluka.”
9. Kota
Banyak hal tanetang kontak-kontak sosial di perkotaan sebagi sesuatu yang bersifat impersonal, supervisial, sementara, dan segmental. Hal itu pula yang dikhawatirkan oleh beberapa sosiolog yang cenderung pesimis mengenai kemungkinan terciptanya kehidupan manusiawi di perkotaan yang dipenuhi industri (Hannerz.2000:111 dalam Dadang.S, 2008:278).
10. Mortalitas
Terjadinya transisi demografis (demographic transition) yang di kenal senagai lingkaran siklus demogarfis, menggambarkan proses perubahan tingkat mortalitas dan natalitas pada suatu masyarakat dari suatu situasi di mana keduanya menunjukkan angka yang tinggi (Caldwel,2000:218 dalam Dadang.S, 2008:278).
11. Khatulistiwa/Ekuator
Bagi negara-negara yang dilalui dengan garis khatulistiwa, tidak ada alasan untuk merasa takut kekurangan sinar matahari. Hal ini jelas berbeda dengan daerah-daerah subtropis yang jauh dari garis khatulistiwa, hanya pada bulan-bulan tertentu mereka dapat menikmati hangatnya sinar matahari. (Dadang.S, 2008:279)
12.Demografi
Ledakkan demografi dunia, khususnya di negara-negara berkembang, memperlihatkan kecenderungan yang mencemaskan, di tahun 1825, saat Malthus membuat perubahan akhir atas karya aslinya Essay on Population,kira-kira satu miliar umat manusia mendiami planet bumi. Akan tetapi, menjelang itu, industrialisasi dan kedokteran modern memungkinkan penduduk bertambah dengan laju kecepatan yang makin meningkat. Dalam seratus tahun berikutnya, penduduk dunia berlipat ganda menjadi dua miliar, setengah abad berikutnya (dari tahun 1925 ke tahun 1976) berlipat ganda lagi menjadi 4 miliar, dan menjelang tahun 1990 angka itu melaju sampai 5,3 miliar (Kennedy 1995:28-29 dalam Dadang.S, 2008:279).
13. Tanah
Banyak pekerjaan dilaksanakan di atas tanah yang diolah melalui sistem-sistem hidrologi. Sistem-sistem ini kerap kali menghubungkan tanah dengan perairan terbuka. Perairan terbuka seperti sungai,danau,laut, dan samudera memiliki ekosistem sendiri-sendiri yang juga dapat diteliti dan di petakan serta sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia di daratan (Vink, 1986:199 dalam Dadang.S, 2008:279).
14. Transmigrasi
            Bagi bangsa indonesia, program transmigrasi bukan sesuatu yang baru. Sejak pertengahan abad ke 19, Etische Politik telah memengaruhi parlemen belanda untuk mengetuk dan membuat penelitian tentang kemakmuran rakyat daerah-daerah pedesaan di jawa (demindere wel vaart onderzoek) yang akhirnya mencanangkan dan melaksanakan program transmigrasi (Purboadiwidjojo,1986:9), walaupun pelaksanaannya bukan semata-mata atas dasar kemanusiaan. Begitu pun ketika indonesia memasuki pascakemerdekaan, pemerintah segera mencanangkan program transmigrasi, terutama untuk mengatasi ketidakseimbangan demografis antara pulau jawa (termasukmedura dan bali) yang padat penduduknya dengan pulau-pulau luar jawa yang jarang penduduknya (swasono,1986:xi;Scholz, 1986:287 dalam Dadang.S, 2008:279).
15. WILAYAH

Kompleksitas persoalan-persoalan demografis wilayah asia jauh melebihi kompleksitas persoalan-persoalan demografis wilayah australia, baik mengenai natalitas, mortalitas, proyeksi kependudukan, serta kesejahteraannya.(Dadang.S, 2008:280).

No comments:

Post a Comment