PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Ilmu geografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bumi dan kehidupannya. Ilmu geografi terbagi menjadi 2, yaitu
geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik memusatkan geografi sebagai
ilmu bumi dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakkan bumi serta
hubungannya dengan tata surya yang lain.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan geografi ? apa saja ruang lingkupnya ?
2. Pendekatan,
metode, dan teknik apa saja yang dilakukan untuk penelitian geografi?
3. Apa saja
manfaat ilmu geografi ?
4.
Konsep-konsep apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
5.
Generalisasi apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
6. Teori-teori
apa saja yang di kembangkan di ilmu geografi ?
C. Tujuan
penulisan makalah
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu sosial yang diberikan oleh
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.pd. serta Mahasiswa dapat memahami secara
terperinci ilmu geografi ilmu geografi dalam pengantar ilmu sosial.
D.Penulisan
Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian dan Ruang lingkup Geografi
Geografi
berasal dari bahasa yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang
berarti lukisan atau tulisan. Menurut pengertian yang dikemukaan Eratoshenes
berarti tulisan tentang bumi ( Sumaatmaja, 1988;31) oleh Supardan dalm bukunya
Ilmu Pengantar Sosial (2008;227). Secara harfiah bisa diartikan juga sebagai
ilmu bumi. Adapun menurut para ahli dalam sebuah web site, adalah sebagai
berikut :
a.
Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan
kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka
bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta
permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk
kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
b. Claudius
Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
c. Ellsworth
Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
d. Menurut
Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan
atau penggambaran mengenai bumi.
e. Menurut
Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian
dan seluruh permukaan bumi.
f. John Mackinder (1861-1947) seorang pakar
geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara
manusia dengan alam sekitarnya.
g. Ekblaw
dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan
yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat
rekreasi yang kita nikmati.
h. Preston
E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang
menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal
balik antara manusia dan habitatnya.
i. Menurut Ullman (1954), Geografi adalah
interaksi antar ruang.
j. Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
k. Paul
Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala
dari segi hubungan keruangan.
l. Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok
(seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
m. UNESCO
(1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian
perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
n. Menurut
richoffen dalam (Suparman 2008; 227, Hartshorne, 19960;173) bahwa Geography is
the study of the earth surface according to its difference, or thr study of
different areas of the earth surface…, in term of total characteristic. Menurut
Richoffen bidang kajian geografi bukan hanya mengumpulkan bahan-bahan yang
kemudian disusun secara sistematis, tetapi perlu dilakukannya hubungan antara
bahan-bahan tersebut untuk dikaji sebab akibat dari fenomena-fenomena di
permukaan bumi yang memberikan sifat individualias suatu wilayah.
Kemudian menurut
Ritter(Supardan, 2008;227) menyatakan bahwa geography to study the earth as the
dwelling-place of man. Pengertian the
dwelling-place of man tersebut bahwa tidak ahnya terbatas pada bagian permukaan
bumi yang dihuni manusia saja, melainkan juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni
manusia, sejauh wilayah iru penting arinya bagi kehidupan manusia. Study
geografi mengkaji sumua fenomena yang terdapat dipermukaaan bumi, baik itu alam
yang bersifat organic maupun alam yang bersifat anorganik dalam interalisasi
dan interaksinya dalam ruangan yang mengkaji semua kejadian tersebut. Maka dari
itu menurut Richard Hartshorne dalam ilmu pengantar social (Supardan,
2008;228), geography is that discipline that seeks to describe and interpret
the variable character from place to place of earth as the world of man. Karena
ilmu geografi sangat luas maka dapr dianalogikan sebagai perpaduan dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu iilmu murni, terapan, eksak, noneksak, alam dan
social maka geografi sering disebut sebagai ‘ibu’ atau ‘induk’ ilmu
pengetahuan. Seperti dikemukakan oleh Preston E. James (1959;47) dalam Supardan
(2008;228), geography has sometimes been called the mother of sciences, since
many fields of learning that stared with observations of the actual face earth
turned to the study of specific processes wherever they might be located.
Peryataan itu menurut Supardan (2008;228) didasarkan atas
alasan yang kuat, bikan didasarkan pada alasan yang dibuat-buat. Sebab bidang
geografi yang luas tersebut mencangkup
mencangkup beberapa aspek-aspek ilmiah yang sifatnya eksak, kemudian
bidang-bidang social yang nomeksak. Selain itu alasan James memberikan sebutan
sebagai ‘induk ilmu pengetahuan’ kepada geografi, bukan hanya didasarkan pada
realita bahwa observasi dan pengkajian ilmu pengetahuan lain diambil dari
bagian-bagian di permukaan bumi, melainkan didasarkan pada perkembangan
geografi ini telah begitu tua, sejalan dengan pemikiran filosofis tentang
terjadinya alam semesta dengan kehidupannya, mulai dari jaman Herodotus pada
tahun 480 – 430 sebelum masehi.
Interelasi dan integrasi keruangan pada gejala di
permukaan bumi dari suatu wilayah ke wilayah lain selalu menunjukan perbedaan.
Hal itu dapat dikaji sendiri bahwa suatu wilayah dapat membedakan diri dari
wilayah lainnya. Cirri umum yang merupakan hasil interelasi, interaksi, dan
integrasi unsure-unsur wilayah yang bersangkutan merupakan objek study geografi
yang komprehesif (Sumaatmaja, 1988; 33, Supardan, 2008; 229). Sedangkan ruang
lingkup geografi sangat luas seperti menurut Murphey (1966;33) dalm Supardan
(2008; 229). Mencangkup aspek alamiah dan aspek insaniyah, kemudian aspek-aspek
tersebut dituangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran
dan kronologinya. Selanjutnya prinsip realisasi ini diterapkan untuk
menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan alam lingkungannya yang
dapat mengungkapkan perbedaan areal serta perbedaan dalam ruang. Akhirnya
prinsip relasi, penyebaran, dan kronologi pada kajian geografi ini dapat
menungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Denngan demikian terungkaplah adanya region-region yang berbeda antara region
satu dengan lainnya (Supardan, 2008; 229)
Ruang lingkup geografi
sangat luas, yaitu menyangkut segala fenomena atau gejala pada geosfer. Geosfer
merupakan lingkup kajian geografi yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu
atmosfer,litosfer, biosfer, dan hidrosfer.Tiap komponen tersebut mempunyai
batasan kajian, meskipun begitu semuanya tercakup dalam kajian geosfer. Seperti
litosfer, mempunyai tiga aspek kajian, yaitu batuan (litologi), bentuk lahan,
dan tanah. Dalam geografi, analisis fenomena atau gejala yang terjadi di
geosfer dilakukan dengan melihat persebaran, interaksi, dan interelasi
unsur-unsur di dalamnya. Ilmu geografi dapat diterapkan dalam kehidupan guna
meningkatkan kesejahteraan manusia. Ilmu geografi banyak membantu manusia dalam
pemanfaatan sumber daya yang tersedia di Bumi. Dalam buku ”The Scope of
Geography”, Rhoads Murphy (Anjayani, Harianto, 2009;27)menulis tentang
ruang lingkup kajian geografi. Ruang lingkup kajian geografi terdiri atas tiga
hal, yaitu:
a. Persebaran
dan keterkaitan (relasi) manusia di Bumi serta aspek keruangan dan
pemanfaatannya bagi tempat hidup manusia.
b. Hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik alam yang merupakan bagian
dari kajian keanekaragaman wilayah.
c.
Kerangka regional dan analisis wilayah
yang berciri khusus.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
ruang lingkup geografi berkaitan dengan aspek lingkungan fisik alam dan aspek
lingkungan manusia.
Sedangkan secara sederhana, dapat
dikemukakan bahwa cangkupan da peranan geoarafi itu setidaknya memiliki empat
hal, seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian UNESCO (1965; 12-35) maupun
Lounsbury (1975; 1-6) dalam Supardan (2008; 229), sebagai berikut:
1.
Geografi sebagai suatu sintesis
Artinya
pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab suntansi
pertanyaan-pertanyaan tentang what, where, when, why, dan how. Pada
hakikatnnya proses stadi semacam itu
adalah suatu sintesis karena menjadi pokok penelaahan mencangkup apa yang akan
ditelaah, dimana adanya, mengapa demikian, kapan terjadinya, serta bagaimana
melakukannya?
2.
Geografi sebagai suatu penelaahan gejala
dan reaksi kerungan
Dalam
hal ini geografi berperan sebagai ‘pisau’ analisis terhadap fenomena-fenomena,
baik alamiah maupun insaniah. Selain itu geografipun masih berperan sebagai
suatu kajian yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interdepedensi
satu aspek tertentusengan lainnya.
3.
Geografi sebagai suatu penelaahan gejala
dan relasi keruangan
Di
sini titik beratnya pada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruangan geografi
yang harus semakin di tingkatkan. Sebab pertumbuhan penduduk yang begitu pesat
dewasa ini, menuntut peningkatan sarana yang menunjang, baik menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut, seperti tempat
pemukuman, jalan raya, bangunan punlik, tempat rekreasi, dann sebagianya,
semuanya membutuhkan perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4.
Geografi sebagai bidang ilmu penelitian
Hal ini dimksudkan agar dua hal dapat
terperinci, yaitu sebagai berikut:
a.
Meningkatkan pelaksanaan penelitian
ilmiah demi disiplin geografi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan
pengembanganilmu yang makin pesat. Oleh karena itu dalam tataran itu perlu
dikembangkan lebih jauh tentang struktur ilmu yang menyangkut fakta, konsep,
generalisasi, dan teori dari ilmu yang
bersangkutan.
b.
Meningkatkan penelitian praktis untuk
kepentingan kehudupan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia
(Sumaatmaja, 1988;41. Supardan, 2008;230)
Dari tinjauan ilmuan
geografi kontemporer bahwa secara sederhana geografi merupakan disiplin
akademik yang terutama berkaitan dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan
kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan bumi. Fokusnya adalah sifat
saling keterkaitan antara tiga konsep, yaitu lingkungan, tataruang dan tempat
(Johnston,2000;403, Supardan, 2008; 230). Dalam perkembangannya muncul beberapa
subbidang yang beragam, seperti geografi fisik, geografi manusia (sosial), dan
geografi regional. Geografi fisik dan social memiliki cabang-cabang yang
sistematis, bergerak sari sifat derkriptif menuju alalisis dangan pendekatan
positivism yang menekankan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan
derivasi teori yang semakin menonjol. (Supardan, 2008;230)
Seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa geografi terdiri dari tiga kajisn yang
saling berkitan yang mencangkup lingkungan, tat ruang, dan tempat.
1.
Lingkungan
Lingkunagan
alamiah pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri , hidrologi
permukaan air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan
tanah yang menutupi permukaan itu, dan atmosfer yang terdapat diatasnya. Semua
unsur ini terjalin dalam suatu system lingkungan yang kompleks, misalnua flora
suatu wilayah memengaruhi iklim disekitarnya dan pembentukan serta pengikisan
lapisan tanah dibawahnya (Johnson,1991. Supardan, 2008:231). Walaupun demikian,
kebanyakan ahli geografi fisik memfokuskan pada salah satu aspek saja dari
lingkungan yang kompleks tersrbut. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman mereka
terkadap asal usul dan kesinambungan perubahannya dapat dilakukan secara detail
(Gregory;1995. Supardan, 2008;231).
Pemfokusan ini tercermin dari
berbagai subdisplin ilmu pada geografi fisik.
Sebagian para ahli geografi lebih suka menempatkan dirinya pada suatu
subdisiplin dari pada geografi fisik secara umum. Dalam hal ini hampir semua
dubdivisi berkaitan dengan ilmu-ilmu
lian, sementara ahli ilmu geografi fisik mengklaim bahwa lebih memiliki
keterkaitan dengan disiplin luar dari pada didiplin mereka sendiri
(Johnston,1991. Supardan, 2008;232).
Beberapa subdisiplin itu yang
terbesar adalah geomorfologi, yakni studi tentang bentuk permukaan tanah dalam
berbagai skala ruang dan proses pembentukannya. Tidak sedikit para ahli
geomorfologi menaruh perhatian khusus pada fungsi air sebagai salah satu
pembentuk permukaan tanah sehingga terjalin hubungan era dengan hidrologi. Sementara itu para ahli yang lain berminat
pada pertanahan yang yang berhubungan erat dengan pedologi. Disamping itu,
pengelompokan yang lebih kecil lagi adalah klimatologi yang berhubungan dengan
meteorology. Dan biogeografi yang lebih memfokuskan pada tumbuhan-tumbuhan dari
pada binatang, dengan demikian lebih banyak kerja sama dengan para ahli ekologi
dan botani daripada ahki zoology (Johnston, 2004;404. Supardan, 2008;232).
Kini, umumnya hampir semua ahli
aeografi bekerja dalam salah satu subdisiplin geografi, namun semakin diakui
pula bahwa sangat perlu untuk mempelajari saling keterkaitan antara berbagai
sumber kompleksitas lingkungan tersebut. Paling tidak mereka beranggapan bahwa
unsure-unsur lingkungan tersebut saling berpengaruh satu sama lain, seperti yang
kita pahami sekarang ini tentang cepatnya perubahan-perubahan lingkungan yang
sedemikian rupa. Bagaimana tidak, kehadiran manusia selalu mempengaruhi keadaan
bumi, tanah, bahkan atmosfir, apalagi ketika manusia melakukan proses
geomorfologi, hidrologi, biologi, maupun atmosfer maka dampak-dampak terhadap
kemampuan lingkunganjangka pendek dan jangka panjang sangat dirasakan, dan hal
ini membutuhkan suatu riset yang multidisipliner serta terkoordinasi (Turner,
1990. Supardan, 2008,232).
Walaupun kajian mengenai lingkungan
fisik hampir seluruhnya didominasi oleh lahan bagi ahli geografi fisik, namun
belakangan ini ahli geografi manusia pun mulai menunjukan perhatian pada
lansekap fisik, terutama yang berminat menganalisis fungsi lansekap atau tata
ruang sebagai bagian dari kehidupan manusia. Bagi sebagian para ahli geografi
manusia, penafsiran terhadap kedudukan lansekap fisik adalah pusat dari
tuntutan kehidupan manusia dan konsepsi-konsepsi popular mengenai bagaimana
bumi bekerja, misalnya siklus hidrologis merupakan sember penting bagi
pemahaman geografis. Begitu pun bagi ahli lainnya, konsep alam itu pun
merupakan konstuksi social. Oleh karna itu, interpretasi-interpretasi terhadap
dunia fisik merupakan bagian dari superstruktur ideologis manusia yang terintegrasi
(Supardan,2008,232).
2.
Tata Ruang
Sejak
tahun 1950-an, studi geografi sebagai pengaruh gerakan di skandinavia yang
dilakukan oleh ahli ekonomi dan sosiologi, telah mendorong lahirnya perspektif
lain dalam geografi manusia yang berfokus pada cara pengorganisasian ruang
dalam aktifitas manusia dipermukaan bumi ini. Tujuannya untuk meneta ulang sisi
ilmiah pada disiplin ini sehingga dapat mempelajari hokum-hukum yang mengatur
perilaku keruangan secara individual maupun pola-pola keruangan dalam penyebaran
artefak-artefaknya (Jhonston,2000: 405, Supardan ,2008:233). Pada mulanya
seperti yang kita ketahui, jarak adalah sebuah rintangan bagi manusia karna
perlu pengorbanan uang, waktu, dan energy, khususnya untuk memindahkan
barang-barang ke tempat lain. Guna evisiensi tersebut, manusia berupaya
meminimalkan jarak, mengorganisasikan pemakaian ruang, dan sebagainya. Dengan
demikian geografi manusia tampil sebagai ilmu mengenai jarak, dimana jarak
adalah konsep kunci yang membedakannya dengan ilmu-ilmu social lain.
Konsep-konsep ruang ditampilkan sebagai landasan teoritis dari disiplin ilmu
(Jhonston,1991. Supardan,2008:233).
Menurut
Supardan dalam pengantar ilmu social pembahasan tentang berbagai upaya yang
dilakukan untuk menyusun pendekatan ini kedalam geografi manusia sejak tahun
1960-an dan 1970-an sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan. Tercatat
sebagai upaya yang paling sukses dan banyak dikutip tersebut yakni karya
Haggett, baik menurut tulisanya dalam Locational Analysis in Human Geography (1965)
maupun dalam judul yang sama, namun telah direvisi dan menjadi karya bersama
dengan geografi lain Frey dalam Locational Analysis in Human Geography (1978),
yang membagi pokok-pokok bahasan disiplin geografi manusia menjadi lima, yaitu:
a.
Pola-pola titik, seperti
bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian.
b.
Pola-pola garis, kususnya jaringan
trasportasi.
c.
Pola-pola pergerakan, seperti aliran di
antara berbagai jariangan, orang, barang, dan infiomasi.
d.
Variasi bentuk permukaan dalam suatu phenomena
yang berkesinambungan, misalnya peta kepadatan penduduk dan peta harga tanah
disuatu daerah perkotaan.
e.
Penyebarab dalm tata ruang, seperti
penyebaran penyakit dalam suatu jaringan dan pelintasan permukaan wilayah.
Perlu
diketahui bahwa sebelum tahun 1960-an, geografi manusia memiliki beberapa
subbidang penting, seperti geografi sejarah. Namun, sampai titik tertentu
pembagiannya dilakukan berdasarkan wilayah bukan pokok bahasan. Artinya, ilmu
itu dibagi berdasarkan minat praktisi dan belahan dunia tertentu. Hal itu
berubah cepat, dan pembagian sektoral menjadi praktik yang lazim dalam disiplin
ini. Sub-sub disiplin menjadi saling bersinggungan dan berpotongan (Supardan,
2008:234). Menurut Jhonston (2000:406)
dalam Supardan (2008:234), terdapat empat subdisiplin yang saling bersinggungan
dan berpotongan yang mencerminkan hubungannya dengan ilmu social lain, yakni:
a.
Geografi ekonomi yang bersinggungan dan
berpotongan dengan ilmu ekonomi.
b.
Geografi social yang bersinggungan dan
berpotongan dengan sosiologi.
c.
Geografi polotik yang bersinggungan dan
berpotongan dengan ilmu polotik.
d.
Geografi cultural yang bersinggungan dan
berpotongan dengan antropologi budaya.
3.
Tempat
Keinginan
para ahli untuk membuat kerangka intelektual yang memungkinkan mereka untuk
meningkatkan pengetahuan disamping menyusun informasi. Pada tahun 1960-an,
determinisme lingkungan diganti oleh geofrafi regional dimana landasanya adalah
sifat-sifat khusus masing-masing regional atau kawasan yang dibatasi oleh
criteria-kriteria tertentu, biasanya dalam slakala benua atau subbenua yang
memiliki persamaan-persamaan khusus (Jhonston, 2000:407. Supardan, 2008:235).
Ternyata
geografi regional lemah secara metedologisnya. Pendekatan geografi regional
dituduh sebagai sekedar metode pengumpul dan penyusun fakta dengan
framework-nya yang kurang jelas, tidak ilmiah, serta kurang memenuhi criteria
sebagai sebuah disiplin ilmu. Akibatnya, pendekatan tersebut menjadi goyah dan
banyak ahli geografi pindah ke ppendekatan lain dengan meninggalkan geografi
regional (Jhonston,2000:407. Supardan,2008:236).
Dampak
yang paling dirasakan terhadap studi tempat atau lokasi telah banyak berkurang
dari geografi, waloupun pda tahun 1970 telah bangkit kembali, kendati dalam
bentu lain. Terutama ahli geografi sejarah dan cultural yang mencoba
mempelajari hukun-hukum Pola perilaku manusia. Menurut mereka hokum-hukum
tersebut mengatasi kehendak individu. Dengan demikian, dapat mengalahkan
individualitas, kebudayaan, dan pengembalian keputusan (Gregory, 1978: Ley dan
Samuel, 1978. Supardan,2008:236). Beberapa kecaman serupa dialamatkan terhadap
beberapa karya geographer Marxis tentang pembangunan yang tidak seimbang,
mengisyaratkan bahwa proses kapitalisme merupakan determinan stuktural yang
membatasi kebebasan individu untuk beraktivitas. Tidak ada pendekatan regional,
baik itu ilmu keruangan maupun struktularisme Marxis yang berkaitan dengan
persepsi ahli geografi tentang dunia empiris yang mengandung banyak sekali
variasi budaya, soaial, dan politik. Sudah barang tentu tidak dapat dipulik
rata begitu saja menjadi diterminasi ekonomi (Jhonston, 2000:408.
Supardan,2008:236).
Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya bahwa geografi secara makro dapat dikelompokan
dalam dua subdisiplin, yakni geografi fisik dan geografi manusia yang disebut
oleh sebagian para ahli sebagai geografi social. Dalam kajian tulisan ini lebih
memfokuskan kepada kajian geografi manusia atau soaial (Supardan, 2008: 237).
Geografi
social adalah sebuah subdisiplin geografi yang subjeknya mengaitkan ilmu-ilmu
social dan alamiah, secara meliputi topic-topik mulai dari tektonik sampai
psikoanalisis (Smith, 2000:981. Supardan, 2008:237). Menurut Supardan(2008:237)
Ahli gegrafi lain mendefinisikan bidang ini secara lebih sempit mengikuti
pandangan Fitzgerald (1946) bahwa sebuah kepentingan social pada hakikatnya
dapat dikejar dengan pengertiannya sendiri sebagai sebuah wilayah yang berdeda
dari kajian-kajian aspek kehidupan politik dan ekonomi. Namun, kebanyakan para
analis geografi melihat bahwa wilayah geografi social berada diantara dua buku
yang ekstrem itu (Smith, 2000:981. Supardan, 2008:237).
Terdapat
dua pendekatan dalam kajian geografi manusia/social. Pertama, pendekatan yang
menekankan struktur dari hubungan social sehingga bidang ini layak sebagai ilmu
social. Kedua, dari rekonstuksi ini tertuju pada pencarian relevansi di akhir
periode progresrvisme. Andapun cabang-cabang dari geografi manusia (human
geography):
1.
Geografi Ekonomi
Menguraikan
tentang produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi atas berbagai barang
dan jasa yang dilakukan pada tempat-tempat
yang saling berjauhan. Geografi ekonomi mulai diakui sebagai bidang
studi tersendiri pada akhir abad ke-19 dan kebangkitannya bertolak dari
kolonoalisme Eropa (Barnes, 2000: 267. Supardan,2008:238). Para perintisnnya
memulai dengan menyusun daftar kekayaan sumber daya global yang dapat
diperdagangkan dari kondisi-kondisi produksinya (Chisholm, 1889. Supardan,
2008:238). Selanjutnya, mereka mencari jastifikasi-jastifikasi intelektual atas ketimpangan ekonomi antara
penjajah dan yang dijajah. Dengan demikian, mereka mendasarkan diri pula pada
environmental determinism (Huntington, 1915. Supardan,2008: 238). Kemudian pada
tahun 1950-an, geografi ekonomi mulai menerapkan metode kuantitatif dan
berbagai pendekatan revolusioner lainnya, termasul aneka perangkat statistika
sehingga mentraspormasikan bidang ini menjadi sebuah ilmu spasial. Selanjutnya bidang ini banyak
mengadopsi berbagai teori dan model, terutama dari empat sumber utama(Barnes,
1962. Suprdan, 2008:139).
a.
Sumber utama ekonomi adalah neoklasik
yang menyumbangkan model-model umum kompetisi dan perilaku rasional.
b.
Fisika yang memasok dasar-dasar analisis
gravitasi dan model entropi yang mengilhami analisis tentang pola interaksi
spasial.
c.
Model-model lokasional Jerman yang
sebenarnya hampir terabaikan oleh teori lokasi pertanian von thunen, teori
industry weber, serta teori tempat sentral loesch dan christaller.
d.
Geometri yang menyajikan berbagai
aksiom, hitungan baku, dan teorema yang melandasi hokum-hukum morfologi spasial
(Bunge, 1962. Supardan, 2008: 239).
Namun
kajian ini bukan berarti tanpa kelemahan. Pada tahun 1970-an geografi ekonomi
mulai dihujani banyak kritik karna memiliki kelemahan pada asumsi bahwa unsur
spasail terpisah dari unsur social. Menurut Harvey yang menulis buku Limits to
Capital (1982).(Supardan, 2008:239). Walaupun pemikiran Harvey telah mengubah
paradigma geografi ekonomi secara dominan, namun tetap saja geografi ekonomi
yang baru pun mendapat kritik yang meliputi:
a.
Kritik terhadap perlunya unsur spasial
yang harus disosialisasikan dan dikritik oleh Doreen dalam Spatial Divisions of
Labour: Social Stuctures and the Geography of Production (1984).
b.
Adanya gugatan hasil perumusan Harvey
serta perlunya memahami kemunculan industry berteknologi tinggi, hal ini
dikritik oleh Michel Stoper dan Allen dalam bukunya Pathway to
Industrialization and Regional Development (1992).
c.
Kritik pun dari kelompok feminis dimana
Harvey mengabaikan unsur feminis maupun etnik, dikemikakan oleh MacDowell dalam
tulisannya Life without father Ford: The New Gender Order of Post-Fordism
(1991).
2.
Geografi Polotik
Menekankan
bahwa territorial ditafsirkan sebagai hubungan mendasar antara kedaulatan
Negara dengan tanah air nasional yang terletak dijantung legetimasi dan praktik
Negara modern. Di mana hasilnya adalah analisis-analisis atas wilayah dan
kekuasaan dengan ruang yang terfokus dan berpusat pada Negara (Tylor, 2000:783.
Supardan,2008:240).
Dalam
sejarahnya, sejak awal terjadinya geografi polotik sebagai suatu bangunan
pengetahuan yang koheren pada akhir abad ke-19, subdisiplin ini telah mengalami
empat fase perkembangan utama, yakni lingkungan, fungsional, analisis wilayah,
dan pluralistic (Tylor,2000:784. Supardan,2008:240).
a.
Geografi polotik lingkungan
Menurut Supardan (2008:240)
geografi politik lingkungan diawali dengan karya Friederich Ratzel dalam
bukunya Pitsche Geogrphie (1897), gagasan tentang diterminisme lingkungan
diterapkan terhadap kajian Negara. Kemudian pada tahun 1904 Halford Mackinder
menyuguhkan teori daerah poros (pivot
erea), yang belakangan ini dinamakan kembeli teori heartland. Titik kulminasi
dari geografi lingkungan ini muncul dalam kajian politik dan landasan serta
pijak Derwent Whittlesey dalam The Earth and the State, titik nadirnya adalah
geopolotik Jerman terhadap perluasan wilayah Third Reich.(Supardan,
2008:240).bentuk geografi polotik ini mundur ketika para ahli geografi pada
umumnya mencoba menggabungkan kajian-kajiannya dengan perkembangan dalam ilmu
social. Ternyata kekurangan geografi politik lingkungan ada pada terorinya yang
kurang memadai, ide-idenya hanya bertahan diluar geografi ketika para ahli ilmu
politik mengacu kepada pengaruh-pengaruh geografi lingkungan sebagai factor
geografis atau ketika gagasan-gagasan geografi simplistic digunakan untuk
menjastifikasi kebijakan-kebijakan yang meyokong perang dingin yang agresif
(Konx,2000:783. Supardan, 2008:240).
b.
Geografi polotik fungsional
Ini terjadi pada pasca perang dunia
II. Dalam masa itu, Richard Harstone (1950) menempatkan Negara dalam posisi
keseimbangan antara sentrifugal dan sentripetal (Supardan, 2008:240).
c.
Analisis ruang dalam geografi politik
Dalam fase ini dimulai dengan
adanya kajian-kajian kuantitatif, naming dalam geografi memiliki pengaruh
sedikit, khususnya dalam geografi politik. Justru pengaruh kuantifikasi ini
terletak pada kajian-kajian politik pinggiran karna geografi sebagian besar tidak
cocok untuk dianalisis secara
kuantitatif. Pengruh sekundernya adalah untuk mengorientasikan ulang geografi
pilitik menuju wilayah-eilayah dimana banyak sekali data-data untuk dianalisis.
d.
Geografi politik pluralistic
Pada masa ini geografi politik
dituntut untuk dapat juga digunakan dalam melakukan kajian-kajian tentang
kekuasaan yang sering diabaikan masa sebelumnya. Perbaikan dalam penyimpangan
ini telah membawa hasil yang yang banyak. Di antaranya tentang keragaman
kontenporer geografi politik, contohnya sumbangan Marxis yang telah menafsirkan
politik Negara dalam aliansi-aliansi kelas berbasis pada ruang. Dari perspektif
kulural bangsa-bangsa dan nasionalisme, telah dikaji dalam hal keterkaitan
khusus kepada tempat (Tylor, 2000:784. Supardan,2008:241).
3.
Geografi Urban
Berkaitan
dengan sifat-sifat tata ruang kota kecil dan besar, dan berbagai cara yang
memengaruhi atau dipengaruhi proses fisik, demografi, ekonomi, social, budaya,
dan politik (Knox,2000:1112-1114. Supardan,2008:241). Sebagaimana aspek-aspek
lain dalam geografi manusia, geografi perkotaan berkaitan dengan variabilitas
local dalam suatu konteks umum (Johnston,1986. Supardan,2008: 241). Artinya,
geografi jenis ini terkait dengan pemahaman terhadap berbagai keistimewaan kota
dan segala keteraturan yang ada dalam kota dan antarkota dalam kerangka
hubungan spasial antar penghuni dan lingkungan mereka (supardan, 2008:241).
Menurut Paul L Knox (2000:1113) dalam Supardan (2008:242) bahwa pendekatan yang
digunakan dalm geografi urban iniadalah sebagai berikut :
a.
Pendekatan deskriptip langsung
Dalam hal ini para pakar ahli
geografi memerhatikan deferefsiasi wilayah dan keistimewaan tempat secara
seksama. Dengan begitu, kota-kota besar dan kecil itu dianggap sebagai mozaik
lingkungan yang istimewa dan satuan-satuan morfologik, atau sebagai bagian dari
system kota-kota besar, yang diklasifikasikan dan regionalisasi bardasarkan
fungsi-fungsi ekonomi atau kualitas kehidupan yang terkait dengan kota-kota
lainya. (Supardan, 2008:242)
b.
Pendekatan analisis kuantitatif
Ahli geografi perkotaan mengarahkan
dalam penetapan model pemetaan ruang masyarakat.
c.
Pendekatan behavioral
Pendekatan ini mengkaji tentang
kegiatan masyarakat dan proses pengambilan keputusan.
d.
Pendekatan structural
Pendekatan ini menekankan kajian
tentang berbagai kendala yang dipaksakan oleh periaku individu, baik oleh
organisasi masyarakat secara keseluruhan maupun oleh aktivitas sejumlah
kelompok dan lenbaga-lembaga kuat yang ada didalamnya.
e.
Pendekatan post-srukturalis
Pendekatan ini berusaha memadukan
interaksi berbagai merastruktur (ekonomi,polotik dan budaya) denga agen
kemanusiaan dan untuk menjelaskan system local dari makna bersama berdasarkan
kerangka social budaya yang lebih luas (Supardan, 2008:242).
4.
Geografi Sejarah
Sebagai
landasan sejarah pemikiran geografi, perkembanga sejarah berlangsung sejak
lama. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, istilah ini biasa dipakai berkenaan
dengan sejarah eksplorasi dan penemuan, pembuatab peta dunia, dan perubahan
batas-batas politik dan administrasi. Namun kelahiran serta perkembangan
geografi sejarah modern sebagai studi mengenai keadaan geografi dimasa lalu dapat dicetak dari tahun
1920-an dan 1930-an, kemudian pada tahun 1960-an geografi telah cukup matang
untuk berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu, tidak hanya berurusan dengan
rekonstruksi keadaan geografis masa lalu, melainkan juga mempelajari
perubahab-perubahan geografi (Barker,2000:437. Supardan, 2010:243). Hal ini
sesuai dengan dengan pernyataan Darby dalam bukunya Historical geography (1962)
dalam Supardan (2008:243) yang berusaha menggabungkan pendapat lama dan baru,
ia menegaskan ada empat pendekatan dalam geografi sejarah:
a.
Mengenai keadaan geografi masa lalu
b.
Perubahan lansekap
c.
Masa lalu yang dijelaskan dari
keadaangeografinya dimasa sekarang.
d.
Sejarah yang bersifat geografis
5.
Geografi Populasi
Bagian
geografi dapat dibedakan tentang karya para ahli geografi yang terfokus pada
penyebaran populasi, dengan karya yang berusaha memahami faktor-faktor yang
memengaruhi pariasi dalam penyrbaran tersebut. Dalam pendekatan ini cendrung
terfokus pada variasi dalam hal fertilitas dan mortalitas sehingga istilah
demografi ruang pun tercipta, bersabdar pada korelasi ekologis, dan
diasosiasikan dengan usaha-usaha untuk meniru atau memperkirakan
perubahan-perubahan dalam distribusi ruang populasi dengan menggunakan ketiga
konponennya, yakni migrasi, mortalitas, fertilitas (Supardan,2008:244).
Menurut
Supardan (2008:244) berdasarkan data riset yang dilaksanakan tahun 1990-an,
masalah ridet pokok yang dihadapi para ahli goegrafi populasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Pemetaan kecenderungan kontemporer dalam
distribusi populasi serta ciri-cirinya, seperti usia, pola hidup, pendidikan,
pekerjaan, dan lain-lain.
b.
Populasi, pembangunan, dan sumber daya
yang meliputi saling mempengaruhi antara pertumbuhan populasi, prospek
pertumbuhan ekonomi dan penggunaan, akses dan konsumsi atas sumber daya
keruangan, dan sebagainya.
c.
Pembentukan dan akibat dari perubahan
populasi jangka panjang.
d.
Geografi sosial dari populasi yang
tersingkir atau terpinggirkan, seperti kepedulian terhadap para pengungsi, tuna
wisma, dan lain-lain (Woods,2000:803 – 804. Supardan, 2008:244).
6.
Geografi Sosial
Geografi
sosial untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Elise Reclus pada tahun
1884,dimana memiliki hubungan yang rumit antara manusia dengan alam (Dunbar,
1977. Supardan, 2008:244). Pada mulanya geografi sosial lebih sering
diasosiasikan dengan geografi Eropa dan Inggris, dari pada dengan dunia
akademis Amerika Utara. Di Amerika Serikat sendiri, geografi sosial baru
berkembang setelaj David Ley menulis A Social Geography of the City (1983)
(Supardan, 2008:245).
7.
System Informasi Geografi
Sistem
informasi geografi adalah sistem komputer yang terintegrasi, digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, menambah, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
semua bentuk informasi mengenai masalah geografis (Unwin, 2000:402. Supardan,
2008:245).
B.Pendekatan, Metode, Teknik Penelitian Geografi
1.Pendekatan Geografi
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara
(analisis) untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya
interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri
bagi kajian geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu-ilmu yang lain.
Perkembangan terakhir dalam ilmu geografi sejak geografi fisik dan geografi
manusia bergerak dari sifatnya yang deskritif menuju analitis pada tahun
1950-an dan 1960-an, berkembanglah paham positivisme yang menekankan pengujian
hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang menonjol. Pendekatan
ini berkaitan erat dengan kuantifikasi dan keyakinan pada keteraturan statistik
merupakan bukti adanya hubungan sebab akibat empiris, seperti yang diisyaratkan
oleh teorinya. Walaupun pendekatan positivistik pun banyak memiliki kelemahan
karena tidak mampu mengakomodasi kekhususan-kekhususan yang bersifat kontestual
(Harvey,1989,di dalam Supardan, 2008: ).
Namun, pada umumnya banyak para ahli
geografi terus mengembangkan pola pendekatan tersebut. Pendekatan yang
didasarkan pada pengukuran dalam disiplin ini membutuhkan banyak eksperimen dan
inovasi lingkungan fisik maupun mengenai cara-cara individu membentuk tingkah
laku ruang mereka. Hal ini di bantu oleh penemuan teknologi informasi data
sangat membantu bagi ahli geografi yang banyak memainkan peran sebagai
pelopornya.
Kemajuan yang pertama adalah dalam bidang remote sensing (pengindraan jarak
jauh) yang sering di asosiasikan dengan kegiatan menceritakan bumi dari angkasa
kuantitas data yang berkembang cepat diperoleh dari satelit dan alat pengindaraan
jarak jauh lainnya, memungkinkan para ahli geografi berada pada lini depan
dalam pengembaraan cara-cara penafsiran data yang tersedia. Terutama dengan
menggunakan komputer “bermemori raksasa” untuk menggambarkan variasi rinci dari
permukaan bumi dari waktu ke waktu. Pengindraan jarak jauh begitu penting,
bukan hanya menyediakan materi baru untuk menganalisis bumi, melainkan juga
meninggalkan banyak teka-teki mencapai tujuan riset. Pada dasarnya, hampir
semua data geografis mengacu kepada dua konteks dimensional. Secra tradisional,
hal ini telah ditampilkan dalam bentuk peta namun perkembangan sejak tahun
1970-an dalam sistem-sistem informasi geografis (Geographical Information System atau GIS) telah meningkatkan
kemampuan melapis kumpulan-kumpuln data
satu sama lain sebagai contoh hasil pengamatan hujan digabungkan dengan
peta-peta tofografi secara substansial telah memperkokoh kemampuan untuk
menyusun hipotesis yang dapat diuji secara empiris serta kemampuan menjalankan
uji coba itu sendiri (Maguire,1991 didalam ).
Disamping pendekatan-pendekatan yang telah dijelaskan diatas, dalam kajian
geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan R.Bintaro dan
Surastopo Hadisumarno dalam Metode Analisis Geografi mengemukakan tiga
pendekatan (approach), yaitu
pendekatan analisis keruangan (spatial
analysis), analisis ekologi (ecological
analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis).
a.Pendekatan
Keruangan
Pendekatan keruangan adalah upaya
dalam mengkaji rangkaian dan perbedaan fenomena geosfer dalm ruan. Di dalam
pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adlah persebaran penggunaan
ruang dan penyediaan tersebut pun dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri
dari data dan data bidang.
Adapun yang termasuk dalam data
titik adalah data ketinggian tempat, data sampel batuan, data sampel tanah,
kemiringan lereng, jenis tanah, keadaan air tanah, hal itu karena keadaan
fisiklokasi tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi manusia yang
akan menempatinya.
Sedangkan yang termasuk dalam data bidang
adalah data luas hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang
alang-alang dan sebagainya. Kemudian data dari beberapa sampel tanah dapat
dipetakan dan ditentukan bats-batasnya hingga diperoleh data bidang, yaitu data
tentang penyebaran jenis tanah tertentu (Bintaro dan Hadisumaro,1979)..
b. Pendekatan
Ekologi
Pendekatan ekologi adalah upaya
dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup
dan lingkungan, termasuk dengan organisme hidup yang lain seperti manusia,
hewan, tumbuhan dan lingkungan, seperti : litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Di
dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam
proses interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah ekologi manusia (human ecology) yang mempelajari
interaksi antar manusia serta antara manusia dan lingkungan. Kemampuan manusia
dalam memanfaatkan lingkungannya untuk berbagi aktivitas kehidupan merupakan
contoh pendekatan ekologi. Misalnya, manusia yang tinggal di daerah pegunungan.
Dalam hal ini, dikaji tentang
masyarakat kelompok organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu
kesatuan ekosistem. Studi ini menitik beratkan kepada kehidupan dan nonkehidupan
(nonliving area), yaitu tempat
berlangsungnya kehidupan atau bagian biotik dan abiotik. Bagian abiotik ini
dapat digolongkan menjadi tiga bagia, yakni litosfer yang terdiri dari bagian
padat dari bumi ; hidrosfer merupakan bagian cair dari bumi ; atmosfer
merupakan bagian udara dari bumi. Sedangkan dalam bagian biotik merupakan
organisme hidup. Semua komponen tersebut (air, litosfer, atmosfer, dan
organisme hidup) berinteraksi, dimana organisme hidup akan ada proses
penyesuaian mekanisme fisikal dan biokimia terhadap lingkungannya dalam rangka
memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
c. Pendekatan
Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah
upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan menggnakan pendekatan keruangan dan
pendekatan ekologi. Di dalam analisis ini yang menjadi perhatian adalah tentang
persebaran fenomena tertentu melalui pendekatan keruangan dan interaksi manusia
dengan lingkungannya melalui pendekatan ekologi.
Dalam kajian
pedekatan wilayah ini terdapat dua aktivitas yang perlu dilakukan, yakni
analisis kompleks wilayah, perwilayahan (regonalization),
dan klasifikasi (classification). Pada analisis kompleks wilayah, wilayah-wilayah
tertentu dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu
anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang, mengingat suatu wilayah
pada hakikatnya akan berbeda dengan wilayah lain, dimana terdapat penawaran dan
permintaan antarwilayah tersebut. Pada analisis yang demikian, harus
diperhatikan tentang penyabaran fenomena tertentu (analisia keruangan) dan
interaksi antarvariabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dianalisis
kaitannya (analisis ekologi).
2. Metode
Penelitian Geografi
a. Metode
Deskriptif
metode ini banyak digunakan sejak
ilmu geografi lahir sebagai disiplin ilmu yang bersifat akademis. Sebagai
karakteristik metode ini adalah memberi penjelasan, baik yang bersifat alamiah
maupun insaniah dengan mengungkap karakteristik, eksploratif, hubungan fungsional,
dan dampak dari suatu fenomena ataupun peristiwa. Tujun metode ini adalah untuk
medeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa
sekarang.
Dalam metode ini terbagi-bagi lagi
menjadi studi kasu, survei, dan studi pengembangan. Salah satu hal penting
tentang metode deskriptif ini bahwa pada masa berkembangnya metode deskriptif
kartografi sangat dominan.
1). Metode
studi kasus
Merupakan metode penelitian yangg
digunakan untuk karakteristik tertentu, idividu maupun kelompok dengan
mengungkap kasus-kasus spesifik yang mencakup pengkajian relasi dan interelasi
terhadap individu lain secara mendalam, biasanya dilakukan secara longitudinal.
2). Metode
survei
Merupakan metode penelitian dengan
teknik pengumpulan data, seperti wawancara maupun kuesioner (angket) dengan
jumlah sampel besar dan merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan terkini
untuk memahami opini, pendapat, maupun tanggapan publik pada umumnya.
3). Metode
studi pengembangan
Merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan suatu penelitian secara mendalam untuk memperoleh
model, baik dalam tataran teoritis yang sebelumnya sudah ada maupun belum ada
(baru). Penelitian studi pengembangan ini lazimnya banyak dikembangkan dalam
dunia akademis pada jenjang pascasarjana untuk memperoleh gelar doktor.
b. Metode
eksperimen dan korelasi
C.Sejarah Geografi
D.Manfaat Terapan Geografi
Beberapa manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut:
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang litosfer
a. Pemanfaatan tata guna lahan untuk kegiatan pertanian.
b. Pengidentifikasian atau pengenalan daerah-daerah pusat gempa sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
c. Pemanfaatan sumber daya tambang yang dihasilkan dari suatu daerah.
d. Pemanfaatan energi geotermal, yaitu panas bumi melalui peledakan rongga-rongga besar di dalam kerak bumi.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang atmosfer
a. Adanya prakiraan cuaca yang membantu dalam kegiatan perhubungan dan pertanian.
b. Pemanfaatan kilatan petir untuk menambah sumber daya energi listrik.
c. Pemanfaatan angin untuk membantu kegiatan pelayaran.
d. Pemanfaatan lapisan udara untuk frekuensi gelombang radio.
e. Penggunaan angin sebagai sumber energi melalui kincir angin ataupun alat aerodinamika.
f. Melalui pembelajaran konsep iklim, dapat diciptakan suatu iklim buatan dengan rumah
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang litosfer
a. Pemanfaatan tata guna lahan untuk kegiatan pertanian.
b. Pengidentifikasian atau pengenalan daerah-daerah pusat gempa sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
c. Pemanfaatan sumber daya tambang yang dihasilkan dari suatu daerah.
d. Pemanfaatan energi geotermal, yaitu panas bumi melalui peledakan rongga-rongga besar di dalam kerak bumi.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang atmosfer
a. Adanya prakiraan cuaca yang membantu dalam kegiatan perhubungan dan pertanian.
b. Pemanfaatan kilatan petir untuk menambah sumber daya energi listrik.
c. Pemanfaatan angin untuk membantu kegiatan pelayaran.
d. Pemanfaatan lapisan udara untuk frekuensi gelombang radio.
e. Penggunaan angin sebagai sumber energi melalui kincir angin ataupun alat aerodinamika.
f. Melalui pembelajaran konsep iklim, dapat diciptakan suatu iklim buatan dengan rumah
kaca untuk tanaman.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang hidrosfer
a. Pemanfaatan sungai, danau, dan laut untuk kegiatan transportasi dan sumber energi.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang hidrosfer
a. Pemanfaatan sungai, danau, dan laut untuk kegiatan transportasi dan sumber energi.
b. Pemanfaatan sungai untuk pembangkit tenaga
listrik.
c. Pemanfaatan gelombang atau ombak ontuk
olahraga selancar.
d. Pemanfaatan air tanah untuk industri air
mineral.
e. Pemanfaatan tenaga pasang surut untuk sumber energi sehingga dapat
menyalurkan air melalui turbin-turbin.
f. Pemanfaatan
geiser yang terjadi secara alamiah sebagai sumber tenaga di beberapa negara.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang biosfer
a. Di daerah padang rumput dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan.
b. Pemanfaatan keindahan pantai untuk membuka daerah tujuan wisata.
c. Pemanfaatan pegunungan salju untuk kegiatan olahraga ski.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang antroposfer
a. Pemanfaatan data sensus penduduk untuk perencanaan pembangunan.
b. Pemanfaatan sungai, danau, dan rawa untuk sumber mata pencaharian.
c. Membantu manusia menentukan lokasi pendirian industri.
a. Di daerah padang rumput dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan.
b. Pemanfaatan keindahan pantai untuk membuka daerah tujuan wisata.
c. Pemanfaatan pegunungan salju untuk kegiatan olahraga ski.
Pemanfaatan ilmu geografi yang berkaitan dengan bidang antroposfer
a. Pemanfaatan data sensus penduduk untuk perencanaan pembangunan.
b. Pemanfaatan sungai, danau, dan rawa untuk sumber mata pencaharian.
c. Membantu manusia menentukan lokasi pendirian industri.
Ilmu
geografi dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan hubungan antar gejala permukaan
bumi, misalnya :
1. Bidang Pertanian
Pertanian
merupakan sistem keruangan yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek
fisik antara lain : lahan, iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga
kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara
aspek fisik dengan manusia pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun
sistem diversifikasi tanaman pada lahan pertanian,
yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan agar produktivitas
tetap tinggi
2. Bidang Industri
Merupakan
tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia.
Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan
baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk
kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar.
Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk
maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri di daerah
yang masih jarang penduduknya.
E.Konsep-Konsep Geografi
1.
Lokasi, adalah konsep utama yang akan
digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Kosep lokasi dibagi menjadi;
a.
Lokasi absolute: lokasi menurut letak
lintang dan dan bauajura abersifat tetap.
b.
Lokasi relative; lokasi yang bergantung
terhadap daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2.
Jarak, yaitu panjang antara dua tempat,
terdiri atas:
a.
Jarak mutlak, satuan yang diukur dengan
kilometer
b.
Jarak relative, yaitu satuan yang di
ukur dengan satuan waktu
3.
Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian
untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi
apa yang digunakan dan sebagainya.
4.
Pola, berupa gambar atau fenomena
geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan, dan
lain-lain.
5.
Morfologi, menunjukan bentuk muka bumi
sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran
tinggi dan pegunungan.
6.
Aglomerasi, pengelompokan fenomena
disuatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih member
dampak positif.
7.
Nilai kegunaan, manfaat yang diberikan
oleh suatu wilayah dimuka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua
orang.
8.
Interaksi interdependensi, keterkaitan
ruang antara satu dengan yang lain, maisalnya interaksi antara desa dan kota.
9.
Deferensiasi area, daerah- daerah yang
terdapat dimuka bumi berbeda satu dengan yang lain. Dapat dicermati dari corak
yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lain.
10.
Keterkaitan keruangan, hubungan antara
penyebaran suatu unsur dngan unsur yanag alaian pada suatu tempat.
Beberapa Tokoh-tokoh konsep geografi
1.
Berhard Varen ( 1622-1650)
Berhard Varen
atau yang lebih dikenal sebagai varenius adalah geograf asal jeman. Anehnya dia
lulusan ilmu kedokteran di Lieden, Belanda. Dalam bukunya yang berjudul
“Geographia Generalis” ia membagi geografi menjadi dua, yaitu:
a.
Geografi umum: membahas karakteristik
bumi secara umum, tidak bergantung pada suatu keadaan daerah dan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu;
1)
Terrestrial yaitu pengetahuan bumi
secara keseluruhan, bentuk dan ukurannya.
2)
Astronomis yaitu membicarakan hubungan
bumi dengan bintang-bintang yang merupakan awal dari ilmu kosmografi.
3)
Komparatif yaitu menyajikan desripsi
lengkap mengenai bumi, letak dan tempat-tempat di permukaan bumi.
b.
Geografi khusus: membahas entang wilayah
tertentu mnyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Dibagi dalam tiga aspek,
yaitu:
1)
Atmosferis yang secara khusus
membicarakan iklim
2)
Litosferis yang secara khusus menelaah
permukaan bumi, meliputi relief, vegetasi, dan fauna dari berbagai Negara.
3)
Manusia yang secara khusus membicarakan
kepadatan penduduk, perniagaan dan pemerintahan diberbagai Negara.
2.
Immanuel Kant ( 1724-1821)
Selain sebagai
geograf, ia juga seorang filsufur. Menurutnya ia tertarik dengan geografi
karena dekat dengan filsafat. Menurutnya geografi adalah ilmu yan mempelajari
benda-benda hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar dalam wilayah di permukaan
bumi.
3.
Alexander Van Humbolt ( 1769-1859)
Awalnya humbolt
adalah seorang ahli botani. Ia tertarik dengan geografi saat mempelajari
batuan. Dia diakui sebagai peletak dasar geografi fisis modern. Ia menjelaskan
kaitan bumi dengan matahari dan perilaku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca
dan iklim dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya serta hal-hal
yang berkaitan dengan hidosfer dan biosfer.
A. Generalisasi-Generalisasi
Geografi
1..
Tempat
Nilai penting
karakteristik suatu tempat dalam masa lalu, sekarang, maupun masa depan
terhadap suatu tempat-tempat yang strategis secara ekonomi, selalu memiliki
daya tarik tersendiri bagi pengembangan politik-ekonomi. Hal itu disebabkan
makin meningkatnya mobilitas dua faktorbutama produksi, yaitu modal dan tenaga
kerja. Suatu tempat harus memiliki daya tarik bagi investasi dan pekerja,
mereka yang terlibat dalam manajemennya ketertarikan untunk menciptakan dan
menjual tempat kepada berbagai kelompok bisnis. (Dadang .S, 2008:277)
2. Sensus Penduduk
Sensus penduduk memiliki dua makna multidimensi, karena
dari hasil sensus tersebut dapat memberikan informasi tentang penduduk,
angkatan kerja produktif, perumahan,sektor manufaktur,
pertanian,perindustrian,pertambangan, dunia bisnis,dan lain-lain. Dalam
praktiknya, sensus penduduk dapat dilakukan secara de facto maupun de jure
(dimana ia dihitung walaupun tidak ada ketika sensus
berlangsung)(Taeuber,2000:100
dalam Dadang.S, 2008:277).
3. Iklim
Masalah-masalah yang
sering muncul dalam pembangunan pertanian didaerah tropis dari segi iklim
adalah tanah didaerah tropis beriklim lembab. Sepanjang tahun mungkin dapat
digunakan untuk pertanian, tetapi sebagian tanah itu tidak cocok untuk
didayagunakan menurut opla pertanian modern yang mengandalkan penggunaan
teknologi mutakhir karena tidak dapat dipupuk secara efektif dengan pupuk
mineral(Weischet, 1986:1dalam
Dadang.S, 2008:277)
4. Laut
Sebagi negara bahari,
bangsa indonesia belum optiamla dalam melakukan pemberdayaan kelautan atau apa
yang dinamakan revolusi biru masih
jalan di tempat. Padahal luas perairan laut kita seluas . sampai sekarang ini,
belumada prestasi kelautan kiat yang dapat dibanggakan.(Dadang.S, 2008:277)
5. Lingkungan
Dalam setiap proyek
pembangunan, sebelumnya perlu dilakukan analisis menyeluruh tentang dampak
lingkungan yang ditimbulkannya. Hal itu bukan hanya kepada
perusahaan-perusahaan pemerintah, tetapi juga perusahaan-perusahaan swasta,
terutama sangat berperan dalam memperoleh izin resmi usaha tersebut, khususnya
bagi kegiatan-kegiatan yang dianggap peka lingkungan(O’Riodan, 2000:299 dalam Dadang.S, 2008:277)
6. Benua
Benua adalah bagian
dari permukaan bumi yang berupa daratan yang luas. Menurut Dadang. S (2008:278)
Sebagai penduduk dari benua yang paling banyak dan padat penduduknya, bangsa
asia jauh lebih kompleks menghadapi tantangan kehidupan mendatang dibanding
dengan bansa australia yang lebih sedikit dan rendah tingkat kepadatan
penduduknya.
7. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan
salah satu peroses perubahan sosial yang tercept, khususnya di negara-negara
berkembang bahkan dunia. Transformasi-transformasi sosial dan demografis yang
tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya penduduk kota di negara-negara berkembeng tersebut,
telah menunjukkan pelipatgandaan pertumbuhan demografis nyang memprihatinkan
(Evers, 1995:49 dalam Dadang.S,
2008:278).
8. Peta
Peta memberikan banyak
informasi tentang berbagai kenampakan atau bentuk muka bumi. Fenomena di muka
bumi yang digambarkan pada peta dapat dibedakan menjadi bentang alam dengan
bentang budaya. Pola dan objek di permukaaan bumi terbentuk oleh tenaga endogen
dan eksogen. Menurut Monmonier.(2000:96) dalam buku pengatar ilmu sosial “Para
birokrat pemerintah, kaum profesional, maupun intelektual, pada hakikatnya
memerlukan peta.dari keperluan untuk pembangunan ekonomi,pertahanan nesional,
perlindungan lingkungan, ekonomi,bisnis,wisata,industri, maupun untuk
memberikan eksplanasi visual dalam ranah-ranah abstrak yang perlu dipahami
secara mendalam. Apalagi jika peta itu bentuk teknologi yang kain canggih dan
menarik, jelas sangan diperluka.”
9. Kota
Banyak hal tanetang
kontak-kontak sosial di perkotaan sebagi sesuatu yang bersifat impersonal,
supervisial, sementara, dan segmental. Hal itu pula yang dikhawatirkan oleh
beberapa sosiolog yang cenderung pesimis mengenai kemungkinan terciptanya
kehidupan manusiawi di perkotaan yang dipenuhi industri (Hannerz.2000:111 dalam Dadang.S, 2008:278).
10. Mortalitas
Terjadinya transisi
demografis (demographic transition)
yang di kenal senagai lingkaran siklus demogarfis, menggambarkan proses
perubahan tingkat mortalitas dan natalitas pada suatu masyarakat dari suatu
situasi di mana keduanya menunjukkan angka yang tinggi (Caldwel,2000:218 dalam Dadang.S, 2008:278).
11. Khatulistiwa/Ekuator
Bagi negara-negara yang
dilalui dengan garis khatulistiwa, tidak ada alasan untuk merasa takut
kekurangan sinar matahari. Hal ini jelas berbeda dengan daerah-daerah subtropis
yang jauh dari garis khatulistiwa, hanya pada bulan-bulan tertentu mereka dapat
menikmati hangatnya sinar matahari.
(Dadang.S, 2008:279)
12.Demografi
Ledakkan demografi
dunia, khususnya di negara-negara berkembang, memperlihatkan kecenderungan yang
mencemaskan, di tahun 1825, saat Malthus membuat perubahan akhir atas karya
aslinya Essay on Population,kira-kira
satu miliar umat manusia mendiami planet bumi. Akan tetapi, menjelang itu,
industrialisasi dan kedokteran modern memungkinkan penduduk bertambah dengan
laju kecepatan yang makin meningkat. Dalam seratus tahun berikutnya, penduduk
dunia berlipat ganda menjadi dua miliar, setengah abad berikutnya (dari tahun
1925 ke tahun 1976) berlipat ganda lagi menjadi 4 miliar, dan menjelang tahun
1990 angka itu melaju sampai 5,3 miliar (Kennedy 1995:28-29 dalam Dadang.S, 2008:279).
13. Tanah
Banyak pekerjaan
dilaksanakan di atas tanah yang diolah melalui sistem-sistem hidrologi.
Sistem-sistem ini kerap kali menghubungkan tanah dengan perairan terbuka.
Perairan terbuka seperti sungai,danau,laut, dan samudera memiliki ekosistem
sendiri-sendiri yang juga dapat diteliti dan di petakan serta sangat
dipengaruhi oleh kegiatan manusia di daratan (Vink, 1986:199 dalam Dadang.S, 2008:279).
14. Transmigrasi
Bagi bangsa indonesia,
program transmigrasi bukan sesuatu yang baru. Sejak pertengahan abad ke 19, Etische Politik telah memengaruhi
parlemen belanda untuk mengetuk dan membuat penelitian tentang kemakmuran
rakyat daerah-daerah pedesaan di jawa (demindere wel vaart onderzoek) yang
akhirnya mencanangkan dan melaksanakan program transmigrasi
(Purboadiwidjojo,1986:9), walaupun pelaksanaannya bukan semata-mata atas dasar
kemanusiaan. Begitu pun ketika indonesia memasuki pascakemerdekaan, pemerintah
segera mencanangkan program transmigrasi, terutama untuk mengatasi
ketidakseimbangan demografis antara pulau jawa (termasukmedura dan bali) yang
padat penduduknya dengan pulau-pulau luar jawa yang jarang penduduknya
(swasono,1986:xi;Scholz, 1986:287
dalam Dadang.S, 2008:279).
15. WILAYAH
Kompleksitas persoalan-persoalan
demografis wilayah asia jauh melebihi kompleksitas persoalan-persoalan
demografis wilayah australia, baik mengenai natalitas, mortalitas, proyeksi
kependudukan, serta kesejahteraannya.(Dadang.S, 2008:280).
No comments:
Post a Comment