Wisuda, menurut mereka wisuda adalah sebuah transisi, sebuah transisi yang merubah status seorang mahasiswa menjadi seorang sarjana. Bagaikan dua sisi mata uang, wisuda memberikan efek yang saling berlawanan satu sama lain. Disatu sisi wisuda memberikan kebahagiaan karena menandakan keberhasilan dari sebuah perjuangan, disisi lain wisuda memberikan ketakutan tentang bagaimana jadinya masa depan nanti saat kita mulai masuk ke dunia pekerjaan.
Aku tak terlalu suka membahas wisuda, karena membahas wisuda belum pantas olehku yang belum pernah merasakannya. Aku hanya akan terlihat seperti seorang bocah 5 tahun yang mencoba berperilaku seperti orang dewasa. Memang bisa, tapi tanpa pengalaman, perspektifku hanya terlihat seperti orang yang sedang terdiam dalam lamunan, mencoba menerawang masa depan dan malah hanya terjerumus dalam angan-angan.
Wisuda bagiku hanyalah sebuah acara seremonial, merayakan apa yang telah berhasil kita perjuangkan. Bahagia rasanya bila menjadi seorang wisudawan, namun sayang kedewasaan membuat sebuah seremonial lebih rumit daripada saat kita berusia lebih muda. Di usiaku yang sudah menginjak 22, aku sekarang sudah bisa dikatakan dewasa. Dunia akan terasa 12 kali lipat lebih rumit saat kita dewasa. Karena menjadi dewasa membuat aku menentut diriku sendiri untuk mandapatkankan pencapaian. Saat aku kecil aku hanya bisa bermimpi, namun saat dewasa beda lagi, aku ingin mimpiku saat kecil benar-benar terjadi. Harus cepat-cepat dieksekusi, karena aku terus menua di setiap hari-hari yang akan kulewati.
Untuk orang dewasa, setiap seremonial haruslah terasa sempurna. Semua faktor yang mencirikan kesempurnaan saat wisuda, harus ada di hari itu. Bagiku, tanpa terkecuali.
Mungkin perspektifku yang salah, mungkin aku hanyalah anak muda yang menuhankan gengsi diatas segalanya. Tapi memang begitukah seharusnya pemikiran seorang anak muda bukan? Sudah sewajarnya memiliki jiwa muda yang tak ingin terkalahkan oleh orang lain. Mungkin tersaingi terasa menyenangkan karena membuatku lebih termotivasi, tapi tidak begitu halnya dengan terkalahkan.
Bagaimana supaya aku menjadi pemenang? Bagaimana supaya aku menjadi orang yang paling bahagia saat menjadi seorang wisudawan? Entah dimana aku akan menemukan jawaban.
Aku hanya tau aku adalah orang yang memuja prinsip kesempurnaan, bagiku semua faktor yang mencirikan suatu pencapaian harus aku dapat di hari nanti saat aku menjadi seorang wisudawan.
Entah hanya aku saja atau kalian juga berfikiran sama, tapi aku menyimpulkan hal-hal yang mencerminkan suatu pencapaian yang harus aku raih sebagai (calon) wisudawan, adalah keberhasilan dalam meraih pendidikan, pekerjaan dan percintaan dalam waktu (hampir) bersamaan. Mungkin hanya tiga saja, telihat sederhana memang, tapi sungguh terasa sulit rasanya untuk mewujudkan semuanya menjadi kenyataan. Untungnya aku sudah mencapai salah satunya, yaitu meraih pendidikan. Tapi bagaimana dengan pekerjaan dan percintaan? Mereka berdua adalah PR besar dalam sebuah mimpi yang harus cepat-cepat diwujudkan,
Aku tak ingin wisudaku berakhir dengan ketidaksempurnaan. Oh tuhan, sepertinya aku terlalu cepat dewasa? Atau mungkin aku terlalu cepat sarjana? Entahlah.
------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment