Nostalgia ke satu setengah tahun yang lalu, pada awal tahun 2016 sekitar bulan January or February I think. Saat itu gue lagi bimbang, apakah harus memutuskan untuk stay atau pindah.
Setelah menimbang-nimbang mana yang akan jadi pilihan terbaik, pada bulan Maret 2016 gue akhirnya cukup matang untuk memantapkan sebuah keputusan. Gue memutuskan untuk pindah.
Setelah menimbang-nimbang mana yang akan jadi pilihan terbaik, pada bulan Maret 2016 gue akhirnya cukup matang untuk memantapkan sebuah keputusan. Gue memutuskan untuk pindah.
BUKAN.
Bukan pindah ke Meikarta karena sadar bahwa ada cara lain untuk hidup, cara mudah untuk menggapai cita, bukan.
______________
Bukan pindah ke Meikarta karena sadar bahwa ada cara lain untuk hidup, cara mudah untuk menggapai cita, bukan.
______________
Gue pindah menjadi pengguna iPhone setelah beberapa tahun belakangan menggunakan smartphone android (galaxy fame). Gue beli iPhone tanggal 21 Maret 2016, gue inget karena 2103 sengaja gue jadiin passcode lock screen dari pertama beli sampai sekarang.
Lock Screen iPhone |
You know what? Kaya udah jadi instinct aja, gue kalau punya barang baru, pasti harus dibandingin sama barang lama.
Biar apa? Biar gue nantinya gak menyesali sebuah pilihan yang terlanjur udah gue pilih. Soalnya keputusan pindah ini adalah tipikal pilihan yang membuat gue harus mengikhlaskan yang lama dan merelakannya untuk digantikan dengan yang baru. *Aww-
Tujuannya sederhana, biar gue never regret any decision I ever make.
That's why make a comparison was so important.
Makannya saat itu gue langsung melakukan perbandingan yang sebisa mungkin hasilnya harus membuat gue jangan sampe menyesal, karena menghabiskan duit cashback SPP semester 10 cuma buat beli satu gadget doang.
Biar apa? Biar gue nantinya gak menyesali sebuah pilihan yang terlanjur udah gue pilih. Soalnya keputusan pindah ini adalah tipikal pilihan yang membuat gue harus mengikhlaskan yang lama dan merelakannya untuk digantikan dengan yang baru. *Aww-
Tujuannya sederhana, biar gue never regret any decision I ever make.
That's why make a comparison was so important.
Makannya saat itu gue langsung melakukan perbandingan yang sebisa mungkin hasilnya harus membuat gue jangan sampe menyesal, karena menghabiskan duit cashback SPP semester 10 cuma buat beli satu gadget doang.
Berikut hasil perbandingan yang concern ke kelebihan iPhone 5 dibanding Samsung Galaxy Fame, menurut gue saat itu (awal 2016):
- Layar lebih tajam. Udah gak kerasa lagi ada pixelite & udah 16:9
- Interface sederhana. Tanpa ada macam-macam launcher yang aneh-aneh.
- Aplikasi di App store lebih terfilter daripada di Play Store
- Exclusive apps. Semacam iTunes, iCloud. Apple Mail, iMovie & Podcast
Exclusive apps make me feel like I have an exclusive device. And exclusive device make me feel like I'm an exclusive person.
_______________
_______________
Mulailah gue mencoba mengkulik aplikasi-aplikasi exclusive ini yang sebelumnya gak ada di android device gue.
Gue buka exclusive app -> kulik -> keluar -> repeat.
Setelah mencoba beberapa aplikasi, kemudian gue menemukan satu aplikasi bawaan iOS yang membuat gue gak menyesal telah berpindah meninggalkan OS Android. Aplikasi itu bernama.......................
Gue buka exclusive app -> kulik -> keluar -> repeat.
Setelah mencoba beberapa aplikasi, kemudian gue menemukan satu aplikasi bawaan iOS yang membuat gue gak menyesal telah berpindah meninggalkan OS Android. Aplikasi itu bernama.......................
Jeng.. jeng.. jeng...jeng
PODCAST
Podcast |
Buat kalian yang baru denger istilah podcast. Podcast adalah media hiburan baru yang terasa seperti kemunduran teknologi. Di era digital yang content audio-visual begitu mudah kita tonton, malah muncul satu pembaruan yang cuma modal audio doang without visual. Mundur jauh banget kan? *jadi serasa zaman Bung Tomo.
Karena aplikasi PODCAST inilah gue berfikir bahwa pengembangan teknologi itu gak selamanya harus nambah inovasi sana-sini, nambah fungsi ini-itu, atau nambah fitur ti ditu ti dieu. Menyederhanakan dan merubahnya jadi cupu juga masih bisa disebut pembaruan yang keren kok. Persis seperti apa yang dilakukan para pendiri Twitter, Instagram & WhatsApp tentunya. Dalam lubuk hati, kita itu pengen dibatas-batasi. *Aww-
Karena aplikasi PODCAST inilah gue berfikir bahwa pengembangan teknologi itu gak selamanya harus nambah inovasi sana-sini, nambah fungsi ini-itu, atau nambah fitur ti ditu ti dieu. Menyederhanakan dan merubahnya jadi cupu juga masih bisa disebut pembaruan yang keren kok. Persis seperti apa yang dilakukan para pendiri Twitter, Instagram & WhatsApp tentunya. Dalam lubuk hati, kita itu pengen dibatas-batasi. *Aww-
Mulailah gue mencoba mengexplore aplikasi podcast, kemudian gue nemu satu channel podcast berbahasa Indonesia bergenre comedy. Setelah gue dengerin satu episode, gue mulai ngerasa lumayan suka dengan jenis hiburan satu ini. Saat itu pula, gue berniat menjadi pendengar channel podcast itu secara rutin.
Channel podcast yang gue maksud adalah PODCAST AWAL MINGGU (PAM) by Adriano Qalbi.
Sebagai catatan, sampai sekarang PAM adalah yang pertama dan satu-satunya podcast yang pernah gue dengerin.
Channel podcast yang gue maksud adalah PODCAST AWAL MINGGU (PAM) by Adriano Qalbi.
Sebagai catatan, sampai sekarang PAM adalah yang pertama dan satu-satunya podcast yang pernah gue dengerin.
Cuma dengerin orang ngebacot doang gitu? Terus apa serunya?
Gini yah, folks.
Hal yang membuat gue jatuh cinta sama PAM dan pengen masuk menjadi kolam tai (sebutan pendengar PAM) adalah karena Adri begitu jujur dan secara eksplisit dalam ngetai-taiin dunia di sekitar dia.
Selain itu, setiap episode PAM berdurasi satu jam, setengah jam pertama diisi pembahasan tema, setengah jam kedua diisi dengan menjawab pertanyaan. Menurut gue, durasi ini pas karena gak terlalu pendek & gak terlalu lama. Pas banget, buat jadi ayun-ayun ambing sebelum bobok.
Hal yang membuat gue jatuh cinta sama PAM dan pengen masuk menjadi kolam tai (sebutan pendengar PAM) adalah karena Adri begitu jujur dan secara eksplisit dalam ngetai-taiin dunia di sekitar dia.
PAM juga punya tema-tema yang menarik setiap minggunya. Tema-tema yang membuat gue jadi suka dengerin PAM saat itu diantaranya:
- Netizen itu mayoritas kosong tapi sotoy.
- Future isn't so bright.
- Cewek neneng & cowok mas-mas.
- Cewek cantik, tinggi & singset is equivalent with cowok tajir.
- Kacang lupa kulitnya adalah kacang yang pengen maju.
- Jangan jadi orang aneh & kalau bisa, jangan sampe temenan sama orang aneh!
- Gak semua temen harus lo keep & gak semua relationship harus lo pertahanin.
- Dan banyak tema-tema lainnya yang gue gak inget karena kurang berkesan dan cuma numpang lewat doang di kepala. hehe
Lebih dari itu, bahkan salah satu bit di PAM masih terus nempel di kepala gue dan sampai sekarang malah berfungsi sebagai self reminder agar gue gak jadi tipikal orang nyebelin yang Adri omongin. Berikut bunyi bit PAM yang jadi self reminder buat gue:
Gue paling benci sama orang yang ngerasa dirinya lebih baik dari orang lain, dalam hal apapun. APAPUN. Mau orang religius yang ngerasa lebih baik dari orang gak religius, orang atheis yang ngerasa lebih baik dari orang beragama, orang desa yang ngerasa lebih baik dari orang kota, orang kota yang ngerasa lebih baik dari orang kampung, orang kaya yang ngerasa lebih baik dari orang miskin, atau orang miskin yang ngerasa dirinya lebih baik dari orang kaya.
Ada loh orang miskin yang gitu, beneran. Udah tau miskin tapi bisa-bisanya jadi belagu. Anjing emang.
Biasanya kalau di tongkrongan, mereka suka ngomong gini "Dia punya mobil bagus palingan dibeliin sama bokapnya. Mendingan gue kemana-mana, walau cuma pake motor kredit, tapi dari hasil keringet gue sendiri."
Cih, najis.
Yaelah kalau lo tau lo miskin, lo mending main bareng sama yang lebih kaya dari lo lah bego! Bukannya mereka malah lo tai-taiin.
Sekali lagi gue tegaskan, gue paling benci sama orang yang ngerasa dirinya lebih baik dari orang lain. - (Salah satu episode PAM, 2016)
Kasar banget kan? Cara Adri merangkai kalimat pada saat ngebacot di podcastnya? Ditambah Adri juga sering menggunakan 13 kata terlarang menurut tuan Krab di episode Sailor Mouth (bukan suara lumba-lumba, terompet kapal atau gonggongan anjing laut). You know, maksudnya f-word dan temen-temennya.
Walau kasar, satir & sarkastik, setiap episode PAM didengarkan oleh 4000an orang setiap minggunya. Jadi, selain gue, ada 3999 orang lainnya di planet ini yang merasa kalau mendengarkan Podcast Awal Minggu adalah salah-satu hal berfaedah yang bisa dilakukan dengan smartphone.
Good job, Dri!
______________________
Tapi sudah hukum alamnya, kalau apapun yang dilakukan berulang-ulang pasti bakal ada efek jenuh/bosan. Apapun. Mau sekolah, kuliah, ngantor, baca buku, nonton serial TV, main terus di circle yang itu-itu aja, ataupun pacaran dalam waktu yang lama.
Begitupun halnya dengan dengerin Podcast Awal Minggu. The more I listen, the more I want to stop listen. Kontradiktif abis.
Karenanya mulai awal tahun 2017, gue udah gak pernah dengerin PAM lagi.
Jadi, kalau diantara kalian sekarang ada yang masih menjadi pendengar PAM (kolam tai). Gue udah melewati masa-masa itu, gue udah masuk kolam tai sebelum lo.
I've listen PAM before it was cool.
Damn!
_____________________
Ih nyebelin banget sih aing. I don't wanna be that guy, sumpah! Tipikal orang-orang nyebelin yang ngerasa dirinya lebih baik dari orang lain cuma karena modal lebih tau duluan, terus nanti berhenti pas mulai rame.
Cih, najis.
Amit-amit jadi orang kaya gitu ya Allah!
Mohon maafkan aku yah! Karena barusan udah jadi orang nyebelin.
______________________
Maju ke masa kini, di suatu malam pada bulan September 2017 saat ngulet-ngulet manja sebelum bobok sambil ngescroll Twitter (iya, gue masih suka ngescroll twitter, walau kebanyakan orang udah pada uninstall), gue melihat iklan acara ini.
Lo Pikir, Lo Keren |
"Anjir, orang ini masih idup? Udah lama nih gak denger bacotan dia di podcastnya. Aing harus banget nih nonton stand up special orang ini." Begitulah pikir gue malem itu.
Besoknya gue beli tiketnya di shout.id and I can't wait to see his performance.
Btw gara-gara iklan itu, gue jadi kembali ke khittah dan dengerin lagi PAM episode 2 Oktober 2017. *Cih, labil.
Podcast awal minggu |
________________________________________
Sebelum Bandung, tour LO PIKIR, LO KEREN (#LPLK) terlebih dahulu telah menyambangi Jakarta. Kalau lihat dari komentar-komentar & testimoni orang yang udah nonton di Jakarta sih, katanya #LPLK bagus banget dan bakalan sayang banget kalau sampei kelewat.
.
Jadi karena saking penasarannya, gue harus bela-belain ke Bandung buat nonton #LPLK walau sekarang lagi usum hujan. Lalu hari sabtu kemarin, walau gue ada jadwal kuliah sampe jam 1 siang di kota berbeda, gue memilih melewatkan Synchronize Fest buat nonton #LPLK. Kenapa?
___________________
Hari ini, 10 Oktober 2017. Here I am, duduk depan laptop sambil mikirin kembali ke apa yang gue lakukan hari sabtu kemarin. And I was like "Really? Why I do...? Bisa-bisanya gue sampe bela-bel.... Argh, Never mind!"
Setelah pengorbanan itu, is it worth to watch?
Berikut gue bikin review Stand up special LO PIKIR, LO KEREN (#LPLK) Bandung.
Let’s Start!
_______________________________
Kamalocon, membuka acara LPLK dengan baik dan dengan penuh sumpah serapah khas Sunda. "Anjing, goblog, tai atau podol" menjadi kata yang melengkapi bit-bit yang Kamal keluarkan. Ditutup dengan bit "pergeseran makna kata anjing" yang lucu abis. Walau pas zaman kuliah (2011-2016) gue udah pernah dengerin bit ini sebelumnya di acara RUANG TAMU tour dan Stand up 100 hari kepemimpinan Jokowi di Saung Angklung Udjo. Bit "pergeseran makna kata anjing" masih punya daya bunuh yang cukup besar untuk diketawain.
Patra Gumala, seorang announcer di salah satu radio di Jakarta. Patra sebagai pembuka kedua #LPLK melakukan stand up dengan baik, gue merasa ada peningkatan LPM di opener kedua ini, bit demi bit dihajar dengan sangat baik. Bit "ketemu Afgan" adalah penutup yang berkesan untuk penampilannya.
Guzman_sige, tampil sebagai opener terakhir yang sayangnya, menjadi opener terlemah menurut gue. Guzman tampil dengan bit-bit berpremis pendek, sehingga jarak dari satu punchline ke punchline lain menjadi dekat. Walau demikian, entah kenapa setiap bit yang dikeluarkan Guzman tidak mencapai daya bunuh maksimal seperti opener sebelumnya.
____________
____________
Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu, orang yang punya hajat, founder & creator Podcast Awal Minggu. The one and only Adriano Qalby.
"Jadi segini doang nih? Tepuk tangan buat orang yang gak terkenal emang kayak gini yah? Gue sebenernya pengen......."
Kalimat pembuka tersebut sukses membuat para penonton yang mayoritas kolam tai, ketawa lepas bahkan sebagian ada yang tepuk tangan sambil berdiri.
Kemudain Adri membawakan macam-macam materi, bit demi bit dia keluarkan.
Materi LPLK memiliki scope & sequence yang begitu luas & dalam.
Mulai dari materi remeh macam WhatsApp group keluarga, mobil murah, sticker Happy Family, tangan tukang parkir dll.
Lalu materi berat macam pilkada DKI, penistaan agama, Setia Novanto, Dimas Kanjeng, cloud memory, masa depan, vlogger masuk politik dll.
Penampilannya kemudian ditutup dengan topik yang menjadi favorit banyak orang. Yap, relationship. PDKT, pacaran, cowok selalu bohong, nikah, prosedur minta putus dll adalah materi penutup yang memiliki daya bunuh paling besar dibandingkan materi-materi sebelumnya. Kenapa? Karena itu familar, juga relate dengan kita semua. Berasa ngetawain diri sendiri aja, beneran.
Sebuah keputusan yang tepat untuk menempatkan bit-bit relationship sebagai penutup.
Metode pembelajaran Make a Match dari Lorna Curran. Itulah yang terpikirkan saat melihat penampilan Adri. Menurut gue, mungkin seperti make a match lah cara Adri berfikir. Dia membedah sebuah konsep besar, isu kontemporer, masalah sosial dsb, kemudian mencari konsep sederhana yang paling mirip dengan konsep besar tersebut. Terciptalah sebuah analogi yang begitu pas, gak kepikiran orang lain, cocok, dan begitu nikmat untuk diketawain.
Materi aja = menarik
Materi + analogi = menggelitik
Materi + analogi + punchline = lucu
Materi + analogi + punchline + expresi berubah-ubah = ketawa guling-guling.
Ketawa guling-guling. |
Namun bukan tanpa kelemahan, ada satu hal yang membuat gue merasa terganggu. Dalam pergantian dari materi satu ke materi lain, ada jeda yang lumayan lama. Pada saat awal-awal sampai pertengahan penampilan, jeda tersebut bisa ditutupi dengan cara Adri ngeles. Untungnya, cara Adri ngeles, lucu parah. Jadi, setiap jeda pada penampilan awal sampai pertengahan, masih enak buat diketawain dan mempertahankan pace.
Namun saat memasuki akhir, dalam setiap jeda pergantian antar materi, Adri seperti kehabisan cara untuk beralasan/berkilah. Hal ini mengakibatkan kesunyian super awkward menunggu Adri memulai materi baru.
Walau materi relationship memiliki daya bunuh maksimal, namun jeda-jeda pada pergantian bit mengakibatkan pace tidak mencapai level maksimal. Alangkah baiknya, untuk sebuah penutupan, dilakukan dengan tanpa jeda, sehingga pace menjadi terus naik sampai petcah seperti apa yang dilakukan Kresna Harefa di Ruang Tamu tour.
Dalam kedalaman materi & analogi yang sampai sekarang masih nempel di kepala. Adriano Qalbi menang.
Dalam hal mengakhiri & menutup sebuah penampilan. Sorry to say, Kresna Harefa jauh lebih unggul.
__________
So, is it worth to watch?
Gue percaya kalau sebagai makhluk individu, masing-masing dari kita punya selera yang berbeda-beda. Saat satu rangsangan yang sama diberikan di waktu & tempat yang sama kepada 2 orang berbeda, respon yang diberikan 2 orang responden itu akan berbeda pula. Saat komika tampil diatas panggung, bisa aja salah satu penonton ketawa lepas, sedangkan penonton lainnya masang muka datar sambil ngedumel dalem hati "nyesel gue udah dateng kesini."
Bicara masalah selera, gue dan mayoritas manusia lainnya yang tinggal di planet ini, kita masih terjebak in a nutshell. Dengan kata lain, gue cuma akan baca, denger & tonton hal-hal yang gue suka aja, terus akan tutup mata & tutup telinga untuk hal-hal yang gue gak suka. Nutshell.
"nyesel gue udah dateng kesini" |
Bicara masalah selera, gue dan mayoritas manusia lainnya yang tinggal di planet ini, kita masih terjebak in a nutshell. Dengan kata lain, gue cuma akan baca, denger & tonton hal-hal yang gue suka aja, terus akan tutup mata & tutup telinga untuk hal-hal yang gue gak suka. Nutshell.
Summary, you and I have different tastes. And so everyone else.
__________________________
__________________________
Berikut macam-macam tipikal komika yang gue kotak-kotakan berdasarkan pengetahuan gue yang seadanya:
- Komika yang act out, emotional & sering impersonate. Raditya Dika & Ge Pamungkas.
- Komika absurd. Indra Frimawan, Arafah Rianti & Kemal Palevi.
- Komika bertema berat & serius. Pandji Pragiwaksono & Sammy not a slim boy.
- Komika dengan pembawaan lambat. Dodit Mulyanto.
Masing-masing dari kita pasti punya favorit yang beda-beda dari 4 tipikal komika diatas. Kalau gue, gue lebih prefer ke yang no 1 & no 3. Menurut gue, Adriano Qalbi bisa dibilang tengah-tengah dari 2 poin itu, dia bawa tema serius tapi gak seberat Sammy, dia juga emotional tapi gak teriak sekenceng Ge.
So, once again. Is it worth to watch?
For me? Goddamn yes, it's obviously worth it.
For you? Hmm, I'm not sure. Maybe yes, maybe no.
-----------------------------------------------------------
Coba deh kamu renungkan! LO PIKIR, LO KEREN? HAH? |
-----------------------------------------------------------
Saran gue, coba aja sempetin nonton kalau #LPLK mampir ke kota lo! Katanya setelah Bandung, destinasi selanjutnya Yogyakarta & Surabaya.
Salam Tai, Para Kolam Tai.
________________
________________
________________
________________
________________
Untuk cerita personal lainnya, kamu bisa klik label PERSONAL LIFE di menu bar sebelah atas jika menggunakan desktop, atau widget labels di sebelah bawah artikel bila menggunakan mobile device.
________________
________________
________________
________________
________________
Untuk cerita personal lainnya, kamu bisa klik label PERSONAL LIFE di menu bar sebelah atas jika menggunakan desktop, atau widget labels di sebelah bawah artikel bila menggunakan mobile device.
Thank's for visit. See you next post.
Bye!
No comments:
Post a Comment