Substansi
(isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan,
nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
Ø Sistem
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a.
Alam sekitar;
b.
Alam flora di
daerah tempat tinggal;
c.
Alam fauna di
daerah tempat tinggal;
d.
Zat-zat bahan
mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e.
Tubuh Manusia;
f.
Sifat-sifat dan
tingkah laku sesama manusia;
g.
Ruang dan Waktu
Untuk
memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan 3 cara, yaitu :
1. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial.
2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui
pendidikan formal maupun non-formal.
3. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis
yang sering disebut sebagai komunikasi simbolik.
Ø Nilai
Nilai
adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu
dikatakan memiliki nilai apabila :
Menilai
berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Keputusan nilai dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau
salah, baik atau buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa
dan karsa manusia.
Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).
Prof.
Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
-
Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
-
Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas
-
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
C.
Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di
dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu:
a. Hakikat hidup manusia (MH);
b. Hakikat karya manusia (MK);
c. Hakikat waktu manusia (MW);
d. Hakikat alam manusia (MA);
e. Hakikat hubungan antarmanusia (MM).
Ø Pandangan
Hidup
Pandangan
hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup
suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
Pandangan
hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, pandangan hidup
merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok atau bangsa.
Dengan
demikian, pandangan hidup adalah kristaliasi dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh suatu bangsa, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa
itu untuk mewujudkannya.
Ø Kepercayaan
Pada
dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap
mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi
ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, dan hanya
yang Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar
dari permasalahan hidup dan kehidupan.
Ø Persepsi
Persepsi,
adalah tanggapan seseorang terhadap suatu masalah, kejadian atau gejala.
Persepsi terdiri atas:
o Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa
menggunakan salah satu dari panca indera manusia.
o Persepsi clairvoyance, adalah kemampuan melihat
peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang
bersangkutan.
o Persepsi telepati, adalah kemampuan mengetahui
kegiatan mental individu.
Persepsi
atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam
kehidupan.
Ø Etos
Kebudayaan
Etos
/ jiwa kebudayaan berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering
tampak pada gaya perilaku warga. Misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari
luar oleh orang asing.
Etos
atau watak khas yang sering tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakat,
kegemaran-kegemaran dan berbagai hasil karya masyarakat.
Masing-masing
suku mempunyai etos kebudayaan masing-masing, yang mungkin saja berbeda sangat
mencolok, apa yang baik menurut suku tertentu belum tentu baik menurut suku
yang lain, oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan dan toleransi yang tinggi
untuk memahami kebudayaan lain.
No comments:
Post a Comment