BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sosiologi adalah pengetahuan yang
relative baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Sosiologi
mempelajari banyak tentang masyarakat dan kegiatan yang ia lakukan. Masyarakat
adalah sekelompok individu yang
mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai
sebuah ilmu sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran
ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Dengan itu
kita harus mempelajari tentang sosiologi dengan baik agar dapat mengetahui
lebih dalam tentang masyarakat.
1.
2 Rumusan masalah
1. Apa
Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Sosiologi?
2. Apa
saja Metode yang digunakan dalam sosiologi?
3. Bagaimana
sejarah perkembangan Sosiologi?
4. Apa
saja teoti-teori yang ada dalam sosiologi?
5. Apa
sajakah konsep dan generalisasi yang ada dalam ekonomi?
I.
3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Sosiologi
2. Mengetahui
Metode yang digunakan dalam Sosiologi
3. Mengetahui
sejarah perkembangan sosiologi
4. Mengetahui
teori-teori yang ada dalam Sosiologi
5. Mengetahui
konsep dan generalisasi yang ada dalam Sosiologi
I.4 Manfaat penulisan
Dengan selesainya penulisan makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa atau pembaca tentang pembangunan ekonomi
nasional dari masa revolusi hingga awal reformasi.
I.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini kami buat dengan mencakup
beberapa poin yang terdiri dari tiga bab, yaitu:
•
Bab I Pendahuluan
Bahasan dalam bab I ini terdiri dari beberapa bagian sebagai
berikut:
I.1. Latar belakang
I.2. Rumusan masalah
I.3. Tujuan penulisan
I.4. Manfaat penulisan
I.5. Sistematika penulisan
•
Bab II Pembahasan
Dalam bab II ini membahas mengenai
isi atau inti dari makalah ini yang didalamnya terdiri dari beberapa poin
sebagai berikut:
II.1
Pengertian, Karakteristik, Dan Ruang Lingkup Sosiologi
II.2 Pendekatan,
Metode, Teknik, Ilmu Bantu, dan Jenis Penelitian Sosiologi
II.3 Sejarah Perkembangan Sosioligi
II.4 Hubungan
Sosiologi Dengan Ilmu Sosial Lainya
II.5
Objektivitas dalam Sosiologi
II.6 Konsep-Konsep Sosiologi
II.7
Generalisasi-Generalisasi Sosiologi
II.8 Teori-Teori Sosiologi
•
Bab III Kesimpulan
Dalam bab ini terakhir dijelaskan
kesimpulan atau poin-poin penting dari makalah yang telah kami susun mengenai
Ilmu Sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian, Karakteristik, Dan Ruang Lingkup SosiologiII.1.1 Pengertian
Secara terminilogi sosiologi berasal dari bahasa Yunani,
yakni kata socius dan locos, spcius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasarakat.sedangkan logos berarti ilmu atau dapat juga berbicara tentang sesuatu, dengan demikian
secara harfiah sosiologi dapat diartikan ilmu
tentang masyarakat, ( Sepecer dan Inkeles, 1982: 4; Abdulsyani, 1987: 1),
sosiologi sebagai disiplin ilmu yang
mengkaji tentang masyarakat maka cakupanya sangat luas makanya cukup sulit
mendepinidisikannya dan mengemukakan seluruh pengertiannya, dengan kata lain
suatu definisi hanya dapat dipake suatu pegangan semata saja, untuk pegangan
semata tersebut, dibawah ini diberikan beberapa definisi sosiologi;
•
Pitirin Sorokin (1928: 760- 761), mengemukakan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu tentang timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dan nonekonomi.
•
Wiliam Ogburn dan Meyer F, Nimkoff ( 1959: 12-13 )
berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi
sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosila.
•
Roucekj dan Werren ( 1962: 3 ) berpendapat bahwa sosiologi
adalah ilmu tentang hubungan antara manusia dan kelompok-kelompoknya.
•
J.A.A.van Doom dan C.J. Lammers ( 1964: 24 ) mengemukakan
bawha sosiologi ilmu tentang struktur- struktur dan proses- proses
kemasyarakatan yang bersifat setabil.
•
Meta Spencer dan Alex Inkeles ( 1982:4 ) mengemukakan bahwa sosiolgi ilmu tentang
kelompok hidup manusia.
•
David Popenoe ( 1983: 107-108 ) berpendapat bahwa sosiologi
adalah ilmu tentang interaksi manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
•
Selo Soemardjan dan Sulaeiman Soemardi (1982: 14 )
menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dengan demikian dari beberapa definisi sosiologi ini, sosiologi
sebagai disiplin ilmu tentang interaksi sosial, keleompok sosial, gejala-gejala
sosial, organisasi sosial, struktur sosila, proses sosial, maupun perubahan
sosial.
II.1.2 Karakteristik Sosiologi
Karakteristik sosiologi menurut Soekanto ( 1986: 17 )
menycangkup hal hal berikut.
•
Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan
bagian ilmu pengetahuan alam maupun ilmu kerohanian. Perbedaan tersebut bukan
semata-mata perbedaan metode, namun menyangkut perbedaan substansi, yang
kegunanya untuk membedakan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan gejala-gejala
kemasayarakatan.
•
Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan
suatu disipilin yang bersipat kategoris. Artinya, sosiologi membatasi dri pada
apa yang terjaddi pada saat ini, dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi
atau seharusnya terjadi. Dengan demikian, sosiologi dapat dikategorikan sebagai
ilmu murni (pure science), dan bukan merupakan ilmu terapan (applied science).
Sebagai ilmu murni sosiologi bukan disiplin yang normatif. Artinya sosiologi
membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini, serta bukan mengenai apa yang
terjadi seharunya terjadi.
•
Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian
dan pola-pola umum (nomotetik).
•
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang empiris, faktual, dan
rasional. Dalam istilah sepencer dan Inkeles (1982: 4) dan Popenoe (1983: 5)
mereka menyebutnya the science of the obvious atau jelas nyata.
•
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan
ilmu pengetahuan yang konkrit.
•
Sosiologi meruypakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan
pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Karena dalam sosiologi meneliti dan
mencari apa yang terjadi prinsip-prinsip atau hukum-hukum umum dari pada
interaksi anatar manusia dan juga prihal sipat hakikat, bentuk, isi, dan
stuktur dari masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sosiologi
sebagai ilmu yang memfokuskan pada kajian pola-pola interaksi manusia, dalam
perkembangannya sering kali lebih banyak dihubungkan dengan kebangkitan
modernitas. Menurut Zygmunt Banuman (2000:1023) keterkaitan tersebut didasarkan
alasan-alasan tertentu salah satunya adalah: mungkin satu-satunya deniminator
umum dari sejumlah besar mazhab pemikiran dan stategi riset yang mengklaim
mengandung sumber sosiologis adalah fokusnya pada masyarakat.
Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki cakupan luas
dan banyak cabang yang di persatukan, meskipun tidak terlalu kuat oleh strategi
hermeneutika dan ambisi untuk mengkoreksi kepercayaan umum. Garis batas bidang
tersebut mengikuti divisi fungsional serta lembaga di dalam organisasi
masyarakat yang menjawab tuntunan
efektif dari bidang manajemen yang telah mapan
II.1.3 Ruang Lingkup Sosiologi
Secara tematis, ruang lingkup
sosiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin sosiologi, sperti
sosiologi pedesaan (rural sociology), sosiologi industri (industrial
sociology), sosiologi perkotaan (urban sociology), sosiologi medis (medical
sociology), sosiologi wanita (woman sociology), sosiologi militer (military
sociology), sosiologi keluarga (family socciology), sosiologi pendidikan
(educational sociology), dan sosiologi seni (sociology of art).
A. Sosiologi pedesaan (Rural sociology)
Jurusan yang pertama kali mengkhususkan sosiologi pedesaan
muncul dari Amerika Serikat tahun 1930-an, kumudian muncul beberapa Akademik
Land Grant yang dibentuk dalam wilayah kewenangan Departemen Pertanian Amerika
Serikat untuk meneliti masalah pedesaan dan melatih ahli sosiologi serta
ekstensionis pedesaan untuk kerja sama lembaga-lembaga pemerintah beserta
organisasi tani (Hightower 1937).
B. Sosiologi
Industri (Industrial Sociology)
Kelahiran bidang ini mendapat inspirasi dari
pemikira-pemikiran Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber, walaupun secara
formal, sosiologi lahir dalam kurun waktu antara Perang Dunia I dan II, serta
secara matang tahun 1970-an (Grint, 2000: 488). Dari pemikiran Karl Marx,
setidaknya teori proletariat dari tumbuhnya alienasi, serta eksploitasi
ekonomi, pengaruhnya sangat dirasakan pada saat perang dunia I dan II, manakala
terjadi lonjakan pengangguran dan krisis ekonomi dunia, walaupun
realitanya pengaruh ini kurang
dominan.kemudian gagasan Emile Durkheim yang ditulis dalam buku Division of
Labour (1933), memerikan konstribusi yang berarti dalam sosiologi industri
terutama dengan konsep dan teorinya tentang norma dan bentuk solidaritas
sosial organik dan mekaniknya. Sedangkan
dari pemikiran Weber, Merupakan jantung dalam pembentukan sosiologi industri.
Sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat empat
tema,yaitu:
·
Sosiologi industri yang menekankan gaya tradisional yang
patriarkat, yang memberikan peluang munculnya lini baru, yakni feminisme dalam
riset.
·
Runtuhnya komunisme di Eropa Timur
·
Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi-aplikasinya di
bidang manufaktur serta perdagangan.
·
Asumsi bahawa pekerjaan dan produksi merupakan kunci
identitas sosial tentang argumen-argumen bahwa pola-pola konsumsi merupakan
sumber identitas individu (Hall, 1992: 114).
C. Sosiologi
Medis (Medical Sociology)
Sosiologi medis merupakan bagian sosiologi yang kajiannya
memfokuskan pada pelestarian ilmu kedokteran, khususnya pada masyarakat modern
(Amstrong, 2000: 643). Bidang ini berkembang pesat pada sejak tahun 1950-an
sampai sekarang. Setidaknya ada dua alesan yang mendorong pesatnya perkembangan
bidang ini.
·
Berhubungan dengan asumsi-asumsi dan kesadaran bahwa masalah
yang terkandung dalam perawatan kesehatan masyarakat modern adalah sebagai
bagian integral masalah-masalah sosial.
·
Meningkatnya minat terhadap pengeboatan dalam aspek-aspek
sosial dari kondisi sakit (illnes), terutama berkaitan dengan pisikiatri
(berhubungan dengan penyakit jiwa), pediatri (kesehatan anak), praktik umum
(penngobatan keluarga), geriatrik (perawatan usia lanjut), dan pengobatan
komunitas (Amstrong, 2000: 643-644).
Beberapa tulisan yang menghiasi
kelahiran sosiologi medis tahun 1950-an adalah Journal of Health and Human
Social Behavior. Dalam perkembangan selajutnya, khususnya tahun 1990-an, minat
terhadap studi detail kehidupan sosial pun dilibatkan yang meneliti ekspresi dalam
pengalaman sakit pasien. Pandangan pasien mengenai kondisi sakit ditelaah
sebatas sebagai bahan tambahan dari perilaku sakit berdasarkan posisi pasien
itu sendiri. Konsekuensi logis penerimaan pendapat tersebut yang sama
bermangfaatnya dengan bidang medis adalah munculnya kesadaran bahwa pengetahuan
medis tersebut dapat menjadi objek penting dalam sosiologi.
D. Sosiologi
Perkotaan (Urban Sociology)
Sosiologi urabn atau perkotaan adalah studi sosiologi yang
menggunakan berbagai statistik diantara dalam kota-kota besar. Kajiannya
terutama dipusatnkan pada studi wilayah perkotaan dimana zona indudtri,
perdagangan, dan tempat tinggal terpusat. Praktik ini merupakan penggunaan tata
ruang dan lingkungan kota besar dalam beberapa lokasi atau daerah miskin sebagai
jawaban atas beberapa kultur,etnis, dan bahasa yang berbeda, suatu mutu hidip
yang rendah, berbagai kelompok kesukuan yang berbeda dan untuk mengungkap suatu
standar hidup rendah, terutama bahwa semua fenomena-fenomena sosial ke arah
disorganisasi sosial.Sosiologi perkotaan baru dimuli di Eropa, perintisannya
sejak tahun 1920-an dan 1930-an walaupun resminya sejak awal tahun 1970-an yang
kemudia menyebar ke berbagai wilayah khususnya Amerika serikat.pada tahun
1970-an.selama dua puluh tahun sejak pengenalannya dari barat,dapat dibagi
menjadi tiga tahapan.
•
Periode dari 1977-1985, ketika sosiologi urban prancis,
terutama sekali teori Manuael Castell peryataannya sangat berpengaruh.
•
Dari 1986-1992, memusatkan pada teori pergerakan sosial dsan
kensep global di kota besar dalam suatu konteks pembaruan, terutama kota-kota
di jepang.
•
Dari 1992 sampai sekarang, ditandai oleh suatu perubahan
bentuk sosiologi perkotaan dalam suatu teori rugan kemayarakatan di bawah
globalisasi yang telah begitu besar memengaruhi pekerjaan David Harvey
(Kazutaka Hasimoto, 2002). Beberapa tema yang relevan dalam kajian sosioogi
urban tersebut, di antaranya populasi, geopolitk, ekonomi, dan lain-lain.
Mazhab Chicago adalah mazhab yang berpengaruh besar dalam
studi sosiologi perkotaan ini, setelah mempelajari k ota kota besar pada awal
abad ke-20 dan 21. Mazhab Chicago mash memiliki peranan yang sangat penting.
Banyak dari penemuan mereka yang berharga telah menepatkan pengaruh mazhab
tersebut sehingga masih dominan. Bahkan belakangan ini telah berkembang
Sosiologi Perkotaan Baru di bawah pengaruh tulisan Mark Gonttidiener dan Ray
Hutchison (2006). Yang menyajikan teks terobosan mereka dalam suatu edisi baru
ketiga. Buku tersebut diorganisir secara terpadu perspektif paradigma sociospatial yang mempertimbangkan peran
yang dimiliki oleh faktor-faktor sosial, seperti ras, kelas, jenis kelamin,
gaya hidup, ekonomi, kultur dan politik pada pengembangan daerah metropolitan.
E. Sosiologi Wanita (Woman Socology)
Lahir dan berkembangnya sosiologi wanita, di mana sejarah
perintisnya sejalan dengan perkembangan gerakan feminisme yang dipolopori oleh
Mary Wollstonecraft dalam bukunya A Vindication of the Ringt of Woman (1779),
Kendati akar-akar historinya dapat dilacak sejalan lahirnya
sosiologi sebagai disiplin akademik. Sosiologi wanita merupakan suatu
prespektif meyeluruh tentanng keanekaragaman pengalaman yang terstuktur bagi
kaum wanita, dengan mendefinisikan sosiologi wanita dalam arti pola-pola
ketidakadilan yang terstuktur, khususnya kerangka stratifikasi gender, yang
dilakukan oleh kaum wanita ialah mengembangkan suatu sosiologi oleh dan unuk
wanita (Ollenburger dan Moore, 1996).
Dilihat dari prspektif pendorong teori sosiologi wanita tersebut, terdiri atas
tiga kelompok kontributor sosiologi utama yang terpilih.
•
Kelompok teoritis positivis atau fungsionalis, menegaskan
bahwa tatanan alamiah dominasi laki-laki sebagai suatu berbedaan terhadap
argumen-argumen mengenai hak-hak kaum wanita.
•
Kelompok para teoritis konflik, melukiskan sistem-sistem penindasan
yang secara sistematis membatas kaum wanita.
•
Kelompok alternatif, yakni klompok aktivis karya sosial dan
interaksionis.
F. Sosiologi Militer (Military Sociology )
Bidang ini menyoroti angkatan bersenjata sebagai suatu
organisasi bertipe khusus dengan fungsi sosial spesifik (Bredow, 2000: 664).
Fungsi-fungsi tersebut bertolak dari suatu tujuan organisasi keamanan dan
sarana-sarananya, kekuatan serta kekerasan. Terdapat lima bidang utama kajian
sosiologi militer.
•
Problem organisas internal yang menganalisis proses-proses
dalam klompok kecil dan ritual militer dengan tujuan untuk mengidentifikasi
problem disiplin dan matvasi, serta mengurakan cara-cara subkultrul militer
dibentuk.
•
Problem organisasional internal dalam pertempuran, di mana
dalam hal ini dianalisis termasuk seleksi para petingi militer, kepangkatan,
dan evaluasi motivasi pertempuran.
•
Angkatan bersenjata dan masyarakat yang mengaji tentang
citra profesi yang berkaitan dengan dampak berubahan sosial dan teknologi,
profil rekutmen angkatan bersenjata, problem pelatihan dan pendidikan tentara
serta peran wanita dalam angkatan bersenjata.
•
Militer dan politik. Dalam hal ini, dianalisis ada suatu
perbandingan bahwa pada demokrasi Barat riset milter, terfokus pada kontrol
politik terhadap jaringan militer, kepentingan ekonomi, dan administrasi
lainnya.
•
Angkatan bersenjata dalam sistem internasional. Dalam hal
ini, dianalisis dalam aspek-aspek keamanan nasional dan internasional,
diseratai peralatan atau perlengkapan dan pengendalianya, serta berbagai
operasi pemeliharaan perdamaian internasional.
G. Sosiologi
Keluarga (Family sociology)
Mempelajari pembentukan dan perkembangan keluarga, bentuk
keluarga, fungsi dan struktur keluarga, arah perkembangan keluaraga pada masa
mendatang, permasalahan yang dihadapi keluarga serta penyelesaiaannya, masalah
penyimpangan hubungan dengan sosialisasi,disorganisasi keluarga, dan masalah
keluarga berncana. Mencakup hubungan keluarga dengan sistem keluarga lainnya,
seperti sistem pendidikan, ekonomi. Pemerintahan, hubungan keluarga dengan
sistem nilai dan organisasi lainnya, serta implikasinya terhadap angkota
keluarga.
H. Sosiologi
Agama
Sosiologi agama merupakan sosiologi studi sosiologis yang
mempelajari studi ilmu budaya secara empiris, propan, dan positif yang menuju
kepada praktik, struktur sosial, latar belakang historis, pengembangan, tema
universal, dan peran agama dalam masyarakat (Goddijn, 1966: 36). Sosologi agama
merupakan cabang dari sosiologi umum yang bertujuan untuk mencari keterangan
ilmiah tentang masyarakat agama khususnya. Ditinjau dari sejarahnya, printisan
sosiologi agama sebenanya sejak lama dan hampir seusia dengan sosiologi itu
sendiri. Pengajian masalah agama secara ilmiah dan sistematis baru dilakukan
sekitar tahun 1900-an hingga pertengahan abad ke-20. Mulai saat itu muncullah
buku-buku sosiologi agama yang dikenal dengan priode sosiologi agama klasik
yang dipolopri Emil Durkheim(1858-1917), seoranng perintis sosiologis dari
prancis dalam bukunyaThe Elementary froms of Relegious Life dan Max Weber
(1864-1920) seorang sosiolog dari jerman dalam karyanya The Socilogy of
Religion, keduanya dikenal sebagai pendiri sosiologi agama. Dalam
perkembangnnya, sosiologi agama memiliki empat mazhab, yakni klasik,
positivisme, teori konflik, dan fungsisonalisme (Hendroppuspita, 1983: 24).
I. Sosiologi
Pendidikan (Sosilogy of Education)
Merupakan bidanng kajian sosilogi yang perintisnya selalau
dengan sosiolog pendidikan bernama Lester Frank Ward pada tahun 1883, yang
menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat diperlukan pedidikan (Ballantine,
1983: 11). Selanjutnya, Ward menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi pada
masyarakat bersumber kepada perbedaan pemilikan kesempatan, terutama kesempatan
dalam memeperoleh pendidikan. Sebab perbedaan pemilikan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan tersebut mengarah kepada monpoli pemilikan sumber-sumber
sosial maupun keadilan. Dengan berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki
kapasitas belajar yang sama. Bidang-bidang kajian materi sosilogy of education meliputi.
•
Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
•
Hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya
•
Hubungan antarmanusia dalam sistem pendidikan
•
Pengaruh sekolah terhadap prilaku anak didik (Pavalko, 1976:
14-16).
J. Sosiologi
Seni
Istilah sosiologi seni (socilogy
of art) sering digunakan dari berbagai seni literatul sedanngkan, sosiologi
seni visual relatif jarang dikembangkan dibandingkan sosiologi literatur, drama
maupun filem. Implikasinya, sipat generik dari bidang kajian ini mau tidak mau
menimbulkan kesulitan dalam analisisnya karena tidak selalu terdapat hubungan
linear antara musik dan novel dengan konteks atau polotiknya (Wolff, 2000: 41).
Namuan demikian, sosiologi seni dapat dikatakan wilayah kajian yang cair karena
didalamnya tidak suatau model analisis atau teori yang dominan.
Walaupun sosiologi di awal kelahiranya pada abad ke-19
sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang bbersifat positivistik,
khususnya bagi pendiroinya Auguste Comte, namun dalam pendekatan sosiologi
tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat menggunakan
pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36). Beberapa pendekatan yang banyak
digunakan di Eropa dan Amerika memang ada perbedaan, karena pendekatan
sosiologi seni produksi- budaya yang sering mendapatkan keritik karena dianggap
mengabaykan produk budaya itu sndiri. Pendekatan produksi-budaya (production of culture) memfokuskan pada
masalah hubungan sosial di mana karya seni itu diprodusi. Kebanyakan yang
menjadi fokus kajiannya di banyak negara, kecuali di Inggris (studi literatur),
yakni pada seni pertujukan yang menyajikan kompleksitas interaksi sosial yang
dianalisis.
II.2 Pendekatan, Metode, Teknik, Ilmu Bantu, dan Jenis Penelitian Sosiologi
II.2.1 Pendekatan
Pendekatan sosiologi adalah suatu
landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama
dalam suatu masyarakat. Dalam kajian Sosiologi Pendididikan kita akan
menggunakan beberapa pendekatan (Approach)
yaitu:
•
Pendekatan Kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang mengutamakan
bahan dan keterangannya menggunakan angka sehingga gejala-gejalan yang di
teliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks, table, dan formula yang
menggunakan statistik.
•
Pendekatan Kualitatif yaitu suatu pendekatan yang selalu
dikaitkan dengan epistomologi interperatif dengan menekankan pada makna-makna
yang terkandung di dalamnya.
•
Pendekatan Indvidu (The Individu Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan
kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat
(kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk
mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah aku individu satu persatu
bagaiman cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya,sikapnya dan
sebagainnya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu,
begitulah seterusnya.
•
Pedekatan Sosial (The Sosial Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam
perkembangannya. Titik pangkal dari
pendakatn social ialah mayarakat dengan berbagi lembaganya, kelompok-kelompok
dengan berbagai aktivitas. Secara konkrit pendekatan social ini membahas
aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga,
tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagaimana. jadi
segala sesuatu yang dianggap produk bersama, milik bersama adalah masyarakat.
•
Pendekatan Interaksi (The Intraction
approach) yaitu
pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara individu dalam
lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita memperhatikan
faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling
mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana
interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi
dalam rangka saling menyempurnakan.
Macam-macam Interaksi Sosial:
•
Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi
Sosial yaitu:
1. Interaksi antara orangn perorangan
2. Interaksi antar orang dengan
kelompoknya dan sebaiknya
3. Interaksi antar kelompok
•
Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
1. Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi
fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin dan sebagainya.
2. Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi
dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat)
dan lain sebagainya.
•
Menurut bentuknya, selo sumardjan membagi interaksi menjadi
empat, yaitu:
1. Kerjasama (coopertion)
2. Persaingan (competition)
3. Pertikaian (conflict)
4. Akomodasi (accomodation) yaitu
bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif,
dengan cirinya yang khas yaitu "Gotong Royong"
II.2.2 Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitianya banyak menggunakan
bebrapa metode penelitian, diantaranya yaitu:
·
Metode Deskrptif sering
disebut dengan metode empiris yang menekankan pada kajian masa kini. Secara
singkat metode ini yaitu suatu metode yang berupaya mengungkap pengejaran atau
pelacakan pengetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan apa yang sedang
terjadi, tentang siapa, dimana, dan kapan. Dengan demikian, dalam metode ini
pun termasuk metode survey dengan jumlah sampel yang begitu banyak mengungkap
dan mengukur sikap. Literary Digest (1936).
·
Metode Ekspalantor
merupakan bagian metode empiris. Popenoe (1983: 28) mengemukakan bahwa jika
saja dalam deskriptif lebih banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan
dimana.dalam studi ekspalantor lebih banyak menjawab mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, metode ini bersifat
menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”.
·
Metode historis Komparatif menekankan pada analisis atas
peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsif-prinsif umum, yang
kemudian digabungkan dengan metode komparatif, dengan menitikberatkan pada
perbandingan antara berbagai masyarakat beserta bidangnya untuk memperoleh
perbedaan dan persamaan, serta sebab-sebabnya.atau ins
·
Metode Studi Kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam
darin suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menetukan variabel itu,
dan hubunganya diantara variabel
memengaruhi status atau prilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel
dan Wallen, 1993: 548).
·
Metode Survei salah satu bentuk dari penelitian yang umum
dalam ilimu-ilmu sosial
II.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa
tekinik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi,
diantaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi partisipan.
·
Sosiometri
Dalam
sosiometri berusah meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan
skala dan angka untuk mempelajari hubungan antara manusia dalam suatu
masyarakat. Bidang ini merupakan bidang keahlian psikologi yang mempelajari,
mengukur, dan membuat diagram hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil
(Horton dan Hunt, 1991: 235).
·
Wawancara atau Interview
Teknik ini adal;ah situasi peran
antara pribadi yang bertemu muka (face to face) ketika seseorang, yakni
pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang yan
diwawancarai atau responden (Supardan, 2004: 159).
·
Observasi
Observasi
adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh
data penelitian.
·
Observasi Partisipan
Bentuk
pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode atau strategi (Patton,
1980). Dalam hal ini, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan
kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh subjek penelitian.
II.2.4 Ilmu Bantu Sosiologi
Dalam kajian sosiologi memerlukan banyak ilmu bantu yang
dapat menopang kelancarandan kedalaman kajian sosiologi tersebut. Beberapa ilmu
bantu yang sering digunakan dalam sosiologi seperti statistik, psikologi,
etnologi, arkeologi, dan antropologi. Di samping ilmu-ilmu sosial adapun ilmu-ilmu lainya seperti sejarah,
ekonomi, antropologi, politik, hokum maupun gerografi.
a. Statistik
Statistik
sangat diperlukan dalam ilmu sosiologi terutama dalam perhitungan-perhitungan
yang menyangkut pendekatan kuantitatif agar hasilya akurat, lebih valid, dan
terukur.
b. Psikologi
Psikologi
sangat diperlukan dalam kajian sosiologi karena dalam psikologi dapat
diperoloeh keterangan, baik latar belakang seseorang berperilaku maupun
proses-proses mental yang diperlukan keterangan-keteranganya.
c. Etnologi
Etnologi
adalah ilmu tentang adat istiadat dalam suatu bangsa. Ilmu ini sangat
diperlukan dalam ilmu sosiologi karena dalam sosiologi menyangkut
tradisi-tradisi yang berkembang.
d. Arkeologi
Arkeologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang peninggalan ataupun kebudayaan klasik dari
suatu bangsa yang telah silam. Peninggalan dan kebudayaan klasik ini sangat
penting karena kebudayaan tua sekalipun pada hakikatnya adalah hasil usaha
bersama dari suatu masyarakat yang di telitinya.
II.2.5 Jenis Penelitian Sosiologi
·
Penelitian Lengkap
Dalam penelitian
ini berusaha mencari secara teliti segala fakta-fakta kemudian ditarik
kesimpulan yang diambil dari fakta tersebut. Kemudian meneliti kebenaran maupun
kekurangan dari hipotesis- hipotesis itu, peneliti pun harus mempertanyakan
fakta apa yang ada dalam kajian itu. Slanjutnya, peneliti pun harus menyimak
pendapat para ahli lainya tentang masalah yang sama.
·
Penelitian Fact Finding
Dalam penelitian
ini, peneliti pada umumnya tidak tersedia cukup fakta untuk digunakan karena
yang dikumpulkan hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian-uraian
fakta. Dengan demikian, diperlukan analisis krisis seorang peneliti untuk
meyakinkan pembaca untuk memahami isi penelitianya.
II.3 Sejarah Perkembangan Sosioligi
Sejarawan dan filsuf sosial islam
Tunisia, Ibnu khaldun (1332-1406), sudah merumuskan suatu model tentang suku
bangsa nomaden yang keras dan masyarakat-masyarakat yang halus bertipe menetap
dalam suatu hubungan yang kontras (Chamblis,1954:285-312). Karya Ibnu khadun
tersebut di tuangkan dalam bukunya yang berjudul Al-Mukaddimah tentang sejarah
akatdunia dan social budaya yang di pandang sebagai karya besar di dalam bidang
tersebut (Sharqawi,1986:144).
Pendapat khaldun tentang watak-watak
manusia di jadikannya sebagai landasan konsepsinya bahwa kebudayaan berbagai
bangsa berkembang melalui 4 pase yaitu:
·
Pase primitive atau nomaden
·
Pase urbanisasi
·
Pase kemewahan
·
Dan pase kemunduran yang mengantarkan kehancuran
Kemudian keempat perkembangan ini
oleh khaldun sering di sebut dengan fase pembangunan memberi gambar gembira
penurut, dan penghan.Dengan demikian,lahirlah sosiologi sebagai ilmu social
tidak lepas peranannya dari seorang tokoh brilian tetapi kesepian,ia adalah
Auguste comte (1798-1857).
Auguste comte menulis buku berjudul
course of positive philosophy yang terbitkan pada tahun antara 1830-1842 yang
mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah dalam hukum itu
menyatakan bahwa masyarakat barkembang melalui 3 tahap utama,yaitu:
•
Tahap teologis,di tandai oleh kekuatan zat adikodrati Yang
Mahakuasa
•
Tahap metafisik ,di tandai oleh kekuatan pikiran dan ide-ide
abstrak dan absolut
•
Tahap positip yang di tandai dengan kemajuan ilmu-ilmu
positivistik untuk kemajuan dan keteraturan hidup manusia,di mana sosiologi
menjadi akan menjadi pendeta agama baru.
Sosiologi yang lahir tahun 1839, berasal
dari kata latin socius yang berarti kawan,dan logos yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, sosilogi berarti
berbicara mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan
ilmu pengetahuan.
Tokoh ahli kemasyarakatan lainnya dari
inggris,yaitu Herbert spencer ( 1820-1830),merupakan tokoh yang pertama-tama
menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret dan d tuangkan
dalam bukunya yang berjudul evolusi universal (Spencer,1967).
Emile Durkheim (1858-1917) banyak
yang mengakui sebagai salah satu ‘’ bapak ilmu sosiologi‘’. Dalam bukunya yang
berjudul The Rrules of Sosiological Method,Durkheim mengajukan dalil bahwa
fakta social itu tidak dapat d reduksikan ke fakta individu,melainkan melalui
eksistensi yang independen pada tingkat.Pendapat tersebut ditentang oleh
tokoh-tokoh lainnya seperti Max weber dan George C.Homans dalam karyanya : Its
Elementary Forms,kelompok yang mengemukakan bahwa setiap usaha untuk
menjelaskan gejala social akhirnya harus di dasarkan pada proposisi-proposisi
mengenai prilaku individu.
Bagi Durkheim,fakta social itu memiliki karakteristik yang
berbeda dengan gejala individual.
•
Fakta social itu bersifat eksternal terhadap individu yang
merupakan cara bertindak,barfikir,dan berparasaan yang memperlihatkan
keberadaannya di luar kesadaran individu.
•
Fakta sosial itu memaksa kepada individu,walaupun tidak
dalam pengertian kepada hal-hal negative.Melalui fakta social,individu tersebut
dipaksa,di bimbing,di yakinkan,didorong,atau dipengaruhi dalam lingkungan
sosialnya.
•
Fakta social itu bersifat universal,oleh karenanya tersebar
secara luas dalam arti milik bersama,bukan sifat individu perorangan ataupun
hasil penjumlahan individual tetapi kolektif.
Dunia ilmu budaya tidaklah dapat di pandang sebagai sesuatu
yang sesuai menurut hukum-hukum ilmu alam saja yang menyatakan hubungan itu
berrsifat kausal.Sebaliknya,dunia budaya harus di lihat sebagai dunia kebebasan
dalam hubungannya dengan pengalaman dan pemahaman interanal,di mana arti-arti
subjektif itu dapat di tangkap.
Sosiologi berkembang dengan pesatnya pada abadke-20,
khususnya di Prrancis, Jerman, dan Amerika serikat,walaupun arah perkembangan
dari ketiga Negara tersebut berbeda-beda. Untuk perkembangan sosiologi di
inggris,walaupun dipopulerkan oleh John Stuart Mill dan Herbert
Spencer,ternyata sosiologi kurang berkembang pesat di sana,dan hal ini berbeda
dengan di Prancis,Jerman,dan Amerika Serikat.
II.4 Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu
Sosial Lainya
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tetntang masyarakat,
khususnya tetntastruktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial, pada prinsipnya merupakan keseluruhan jainan antara
unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial),
lembaga-lembaga sosial kelompok serta lapisan sosial. Proses sosial disini
dalah proses timbal balik dari berbagai kehidupam bersama, sebagai contoh
pengaruh timbal balik antara kehidupan
ekonomi dengan segi budaya, antara segi kehidupan religi dan hukum, maupun
kehidupan politik dengan agama dan lain sebagainya.
•
Hubungan Sosiologi
dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu
Ekonomi adalah merupakan kajian untuk memperoleh barang-barang dan jasa
produksi, distribusi, serta konsumsi. Atau kiat-kiat atau aktifitas manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan pemuas dirinya.
Hubunga antara Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi adalah keduanya merupakan
basis sosial tentang perilaku ekonomi. Hubungan antara ekonomi dan sosiologi
bahwa ekonomi yang merupakan basis
perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi para pelaku.
•
Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Politik
Ilmu Politik memusatkan perhatian pada pemerintah dan
penggunaan kekuasaan politis. Para akademisi melihat ilmu politik terutama dari
gagasan dibelakang sistem pemerintah pada operasi proses politik itu, begitui
pun para ahli sosiologi. Pada sisi lain,
para ahlu sosiologi menjai lebih tertarik pada pernyataan perilaku politik.
•
Hubungan Sosiologi dan Ilmu sejarah
Dalam konteks ini , ilmu sejarah mlihat kebelakang untuk
menggambarkan suatu peristiwa, urutan, dan makna tentang peristiwa yang lampau itu. Penyeledikan sejarah telah bergeser dari laporan tentang
orang-orang dan tempat-tempat untuk menggambarkan kecenderungan sosial yang
luas dari waktu ke waktu. Para ahli sosiologi banyak memberikan kontribusi atau
memberikan peranan penyelidikan historis.
• Hubungan sosiologi dengan psikologi
Dalam hal ini hubungan antar sosiologi dengan psikologi
sangat erat kaitanya. Psikologi berhadapan dengan sebagian besar proses mental manusia, yaitu tentang
operasi pikiran, persepsi, kratifitas, mental, minat, tingkat kecedasan dan
macam-macam emosi lainya. Psikologi memfokuskan kepada keadaan personal atau
keadaan individu sedangkan sosiolgi lebih menekankan terhadap aspek social,
interaksi antar kelompok sosial. Maka
hal ini mendukung metode dan disiplin pengetahuan kedua-duanya.
•
Hubungan sosiologi dan Antropologi
Antropogi adalah studi yang mengkaji dan memplajari
kebudayaan manusia. Antropogologi dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama,
Antropologi fisik berkonsentrasi pada dua aspek, yakni evolusi biologi manusia dan
perbedaan fisik antara orang-orang didunia. Yang kedua, antropologi budaya
adalah antropologi mengkaji pengembangan
dan kultur yang sebagian bedar difokuskan pada masyarakat dan budya pramodern.
II. 5 Objektivitas dalam Sosiologi
Pada umumnya para ahli sosiologi menerima objektivitas
ilmiah sebagai suatu yang ideal, tetapi hal ini didasari oleh bebagai kesulitan
untuk mencapai objektivitas yang seperti itu dalam disiplin ilmu sosial.
Bagaimanpu mereka sepertinya tidak merasakan penyimpangan penelitian seperti
itu untuk mencegah sosiologo dari suatu ilmu pengetahuan.
Objektivitas berarti kesanggupan
melihat dan menerima fakta sebagaimana adanya, bukan sebagaimana diharapkan
terjadi sebenarnya dapat dikatakan mudah
pula untuk bersikap objektif dalam melakukan penelitian yang objektif bila kita memiliki preferensi
ataupun nilai-nilai yang melekat dengan kokoh. Dengan kata lain, cukup mudah
untuk bersikap objektif ketika mengamati sepasang ulat yang melakukan refroduksi,
tetapi tidak begitu mudah melihat adegan panas dalam film layar lebar tanpa
terpengaruh. Atas segala hal dimana kiti terlibat emosi, kepercayaan,
keinginan, kebiasaan, dan nilai-nilai, kita cenderung hanya melihat hal-hal
yang bersesuaian dengan kebutuhan emosional dan nilai-nilai yang melekat pada
kita (Horton dan Hunt, 1991: 6 dalam Supardan: 2008, 132).
II.6 Konsep-Konsep Sosiologi
1. Masyarakat
mayarakat adalah golongan besar atau kecil uang terdiri dai
beberepa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan
dan merupakan sistem sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain (Shadily,
1984: 31; Soekanto, 1993: 466) dengan demikian, hidup bermasyarakat merupakan
bagian integral karakteristik dalam kehidupan manusia. Manusia membutuhkan satu
sama lain untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia (Campbell, 1994:
3 dalam supardan: 2008, 136).
2. Peran
Peran adalah satuan prilaku yang diharapkan dari diri
individu. Setiap hari, hamkpir semua orang harus berfungsi dalam banyak peran
yang berbeda-beda. Peran dalam diri seseorang ini sering menimbulkan konflik.
Sebagai contoh, para guru sekolah dasar perempuan, diharapkan untuk
mempersiapkan pengajaran IPS di sekolah setiap hari sebagai kewajiban
profesinya, namun di sisi lain ia pun bertanggung jawab sebagai istri dalam
urusan keluarganya. Pada saat sore dan malam hari ia mengurus anak-anaknya di
rumah serta keperluan rumah tangga lainya, seperti mempersiapkan makanan untuk
anak-anak dan suaminya, mengawasi anak-anaknya belajar, membereskan dan merawat
kebersihan ruangan, perabot rumah tangga, dan sebagainya. Inilah yang sering
disebut peran ganda dan peran semacam itu hampir terjadi pada setiap manusia.
Dilihat dari jenisnya, menurut Linton (Horton dan Hunt,
1991: 122 dalm Supardan: 2008, 138 ) peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
peran yang ditentukan atrau diberikan (ascribed)
dan peran yang diperjuangkan (achived).
3. Norma
norma adalah suatu standar atau kode yang memandu prilaku
masyarakat. Norma-norma tersebut
mengajarkan kepada kita agar prilaku kita itu benar, layak dan pantas. Secara
umum, bentuk norma itu terdiri dari dua bentuk dasar. Norma jenis pertama
meruju pada perbuatan yang bersifat umum atau biasa sehingga disebut dengan
norma deskriptif karena mneggambarkan apa yang dilakuikan kebanyakan orang. Noma
jens kedua adalah norma-norma yang mengacu kepada harapan-harapan berasama
da;lam suatu masyarakat, organisasi atau kelompok mangenai perbuatan tertentu
yang diharapkan, serta aturan-aturan moral yang kita setujui untuk dilaksanakan
(Cialdini, 2000: 709 dalam Supardan: 2008, 138).
4. Sanksi
sanksi adalah suatu rangsangan untk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan (Soekanto, 1993: 446 dalam Supardan: 2008, 139).
Pemberian sanksi bagi siapa pun termasuk anak didik di sekolah adalah penting,
namun semuanya itu hanya diberikan dalam kerangka mendidik, dan bukan ole
faktor-faktor emosional.
5. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses sosial yang menyangkut
hubungan timbal balik antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok
(Popenoe, 1983: 104; Soekanto, 1993: 247
dalam Supardan: 2008, 140). interaksi sosial tersebut merupakan syarat
utam aterjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Mengingat dalam interaksi sosial
tersebut disamping ruang lingkupnya sangat luas dan bentuknya yang dinamis
(Gillin dan Gillin, 489 dakm Supardan: 2008, 140).
6. Konflk sosial
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan
untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial pu dapat berupa
kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,
walaupun hal itu tidak menjadi tujuan utama aktivitas kelompok tersebut
(Soekanto, 1993: 101dalam supardan:2008, 141).
7. Perubahan sosial
Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan
antarindividu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu
(Ritzer, 1987: 560 dalam Supardan: 2008, 142).
konsep perubahan sosial itu penting untuk disimak oleh
peserta didik, agar mereka memahami bahwa masyarakat itu senantiasa berubah di
semua tingkat kompleksitas internal dan eksternalnya.
8. Permasalahn sosial
Istilah permasalahn sosial merujuk kepada suatu kondisi yang
tidak diinginkan tidak adil, berbahaya, ofensif dan dalam pengertian tertentu
mengancan kehidupan masyarakat. Dalam pendekatanya, studi tentang permasalahan
sosial dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni pendekatan realis dan objektif
dan konstruksionalisme sosial (Pawluch, 2000: 995 dalam Supardan: 2008, 143).
9. Penyimpangan
Para sosiolog dan kriminolog mengartikan penyimpangan
sebagai prilaku yang terlarang, perlu dibatasi, disensor, diancam hukuman, atau
label lain yang dianggap buruk sehingga istilah tersebut seringdipidanakan
dengan pelanggaran aturan (Rock, 2000:
227-228 dalam Supardan: 2008, 144).
10. Globalisasi
Istilah globalisasi merujuk pada implikasi tidak berartinya
lagi jarak nasional, regional maupun teritorial sehingga apa pun yang terjadi
dan berlangsung di suatu tempat, bukan jaminan bahwa kejadian atau peristiwa
tersbut tidak membawa pengaruh di tempat lain (Ohmae, 2002: 3-30 dalam
Suprdan:2008, 145).
II.7 Generalisasi-Generalisasi
Sosiologi
1. Masyarakat
Pada hakikatnya, masyarakat itu dapat diibaratkan sebuah
sistem, dimana didalamnya terdiri atas beberapa unsur atau elemen
(lembaga-lembaga sosial) yang memiliki fungsinya masing-masing dan saling
memiliki keterkaitan antarunsur tersbut dalam berproses untuk mencapai suatu
tujuan.
2. Peran
Di era globalisasi ini, peran negara atau bangsa dalam
mengontrol ataupun mengendalikan informasi sudah demikian jauh berbeda.
Berbagai tantangan baru yang beroperasi serentak dalam suatu waktu di tingkat
planet, mengindikasikan hilangnya batas-batas kedaultan dan otonomi politik,
budaya dan ekonomi yang dapat mebgikis integritas dan otonimi suatu negara dan
bangsa.
3.
Norma
Sebagai konsekunsi adanya perubahan sosial, para pendukung
aliran evolusi beranggapan bahwa norma-norma sosial ikut berubah atau
berevolusi
4.
Sanksi
Sanksi merupakan suatu rangsangan
untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, merupakan kaidah hukum
yang selalu ada pada setiap masyarakat, bangsa, dan negara, dalam rangka untuk
mencapai ketertiban sosial.
5.
Interaksi Sosial
Sebagai mkhliuk sosial, manusia
selalu berinteraksi baik secara individual maupun kelompok. Interaksi sosial
itu dapat terjadi melalui proses sugesti, identifikasi, simpati, dan imitasi.
6.
Konflik Sosial
Manusia hidup selalu berkelompok
dari dua individu atau lebih, dimana dalam kelompok tersebut saling
berinteraksi dan tolong menolong untuk memenuhi kebutuhanya.
7.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial menunjuk pada
perubahan fenomena sosial, baik individu maupun kelompok, pada struktur maupun
proses sosial, pada hakikatnya dapat dipelajari, baik itu tentang sebab-sebab
terjadinya maupun pengaaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan sosial
tersebut
8. Penyimpangan
Munculnya penyimpangan yang sering
dikaitkan dengan prilaku yang berbeda dan aneh tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor penyebab, dapat karena faktor ketidaktahuan atau kurang wawasan, dan
sebagainya.
9. Globalisasi
Era globalisasi ditandai dengan
menipisnyabatas-batas negara dan bangsa secara politik, ekonomi dan budaya.
Sebab pada era globalisasi tersebut, khususnya pengaruh aspek
teknologiinformasi demikian cepat dan mudahnya akses informasi, kendatipun hal
itu terjadi di belahan bumi tang terpencil.
II.8 Teori-Teori Sosiologi
II.8.1. Teori tindakan sosial dan
sistem sosial Talcot Parsons
a. teori tindakan sosial
Teori Tindakan sosial, yaitu individu melakukan suatu
tindakan berdasarkan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran
atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu
merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh
Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behavour.
Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku
adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan
bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif
disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan
suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa
tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh system sosial, system
budaya dan system kepribadian dari masing-masing individu tersebut. Talcott
Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu system
sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang didalamnya berisi tentang
interaksi yang avektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok.
Dalam analisis,parsons menggunakan kerangka alat tujuan
(means ends framwork) yang intinya (a) tindakan itu diarahkan pada tujuanya
atau memiliki suatu tujuan : (b) tindakan terjad dalam suatu situasi,dimana
beberapa elemenyah sudah pasti,sedangkan elemen-elemen lainya digunakan oleh
yang bertindak sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut : (c) secara
normatif tindakan itu diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan.
Teori
sistem sosial
Teori Sistem sosial : yaitu, suatu kerangka yang terdiri
dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang saling berinteraksi dan
berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala
sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang
tercakup di dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar keluarga disebut sebagai
system, anak merupakan sus system dan masyarakat merupakan supra system, selain
kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya secara horizontal
suatu system dengan berbagai system yang sederajat. Dalam pandangan Talcott
Parsons, masyarakat dan suatu organisme hidup merupakan system yang terbuka
yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. System
kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua dimensi yaitu : interaksi antar
bagian-bagian / elemen-elemen yang membentuk system dan interaksi / pertukaran
antar system itu dengan lingkungannya. Talcott Parsons membangun suatu teori
system umum / Grand Theory yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam
segala system kehidupan, yaitu : Adaptation, Goal Attainment, Integration dan
Latent Pattern Maintenance.
Dalam teori sistem tersebut, parsons dkk mengembangkan
kerangka
A-G-I-L (adaptation, goal
attaiment,intergration,latent pattern maintanance),sebagai 4 persyaratan
fungsional dalam semua sistem sosial yang dikembangkan.
1.
Adaptaton menunjuk kepada keharusan bag sistem-sistem sosial untuk menghadapi
lingkunganya yang bersifat transformasi aktif dari situasi yang pada umumnya
segi-segi situas yang dapat di manipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan
dan inflexble suatu kondisi yang tdak dapat atau pun sukar di ubah.
2.
Goal Attaiment merupakan persyaratan fungsional yang berasumsi bahwa tndakan
itu selalu diarahkan pada tujuanyah,terutama pada tujuan bersama para anggota
dalam suatu sistem sosial.
3.
Intergration merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara
para anggota dalam suatu sistem sosial.
4.
Latent Pattern Maitanance menunjukan pada berhentnya nteraksi bak itu karna
letih maupun jenuh,serta tunduk terhadap dimana ia berada.
II.8.2. Teori Evolusi Sosial
Teori Evolusi Charles Darwin dan
perkembanganya
Kajian mengenai catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad
ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu, namun mekanisme yang mendorong
perubahan ini tetap tidaklah jelas.
Ketidak jelasan tersebut sampai dipublikasikan “on the
origin of species” oleh Charles Darwin tahun 1859 yang menjelaskan secara
detail mengenai teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin ini segera
diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah.
Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan
teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern yang menghubungkan
satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi ( seleksi alam). Kekuatan
penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus
menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat
biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang
keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles
Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman
Aristoteles, tetapi Darwin adalah ilmuwan yang pertama mencetuskan teori
evolusi yang telah banyak terbukti secara mapan melalui pengujian ilmiah.
Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi
karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori
terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Menurut
teori evolusi bahwa asal-usul kehidupan dijelaskan sebagai berkut :
• Kehidupan dimulai dari sel yang
pertama muncul karena faktor kebetulan berbentuk secara mandiri lalu sel ini
berkembang dan berevolusi kemudian dengan mengambil bentuk-bentuk yang berbeda
menghasilkan berjuta-juta spesies mahkluk hidup di bumi.
• Makhluk hidup berkembang dari nenek
moyang yang sama dan variasi timbul setelah melalui serentetan perubahan kecil
kehidupan berupa sebatang pohon dengan sebuah akar bersama yang bagian atasnya
berkembang menjadi cabang-cabang yang berada disebut juga pohon silsilah
kehidupan.
• Perkembangan embrio mengulangi
proses evolusi yang dalami oleh nenek moyang mereka di zaman purba,secara
ringkas ontogoni merekapitulasi filogeni yang disebut sebagai hukum
biogenetika.
Untuk menjelaskan teorinya ini,Darwin membuat peta filogenik
sebagaimana pada gambar berkut :
gambar fosil tengkorak manusia
Hormolog dan analog hewan dan manusia
Berdasarkan peta filogenik d atas,evolusi kera menjadi
manusia sekarang berevolusi selama 35 juta tahun, sedangkan gars batas antara
manusia dan kera kapan waktunya masih tanda tanya. Bentuk transisi manusa
purban Australopilucus Africanus (mausia-kera) berumur 2 juta tahun yang lalu di afrika, kemudian berkembang
menjadi manusia purba homo errectus dan homo subilis satu juta tahun yang lalu.
II.8.3. Teori Teknologi dan
Ketinggalan Budaya (cultural lag) Wiliam F.Ogburn
Ada salah satu
teori sumbangan yang sangat terkenal terhadap bidang sosiologi adalah konsepnya
tentang ketinggalan budaya (cultural lag). Konsep itu menggacu kepada
kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial selalu ditandai oleh ketegangan
antara kebudayaan materil dan normateriil. Pemikiran-pemkiran ogburn
digolongkan kedalam pendekatan prilaku (behaviorisme),dan pada karyanya Social
Change with Respect to Culture and Original Nature,mengemukakan hal berikut :
a. Perilaku
manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan produk faktor-faktor
biologis yang diturunkan lewat keturunan.
b. Kenyataan
sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu yang nyata dan kosenkuensinya.
c. Perubahan-perubahan
kebudayaan materii terbentang mulai dari penemuan awal, seperti perkakas
tangan, komputer yang beroprasi dengan cepat, sampai satelit-satelit
komunikasi. Sedangkan kebudayaan nonmaterial seperti kebiasaan dan tata cara
organisasi sosial, yang akhirnya berkonsenkuensi harus menyusuaikan diri dengan
kebudayaan-kebudayaan materiil.
d. Kebudayaan
nonmateriil yang tidak mampu mengejar karena kecepatan perubahan dalam
kebudayaan materiil terus melaj.hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus
meningkat antara budaya materiil dengan nonmateriil,akhirnya selalu menimbulkan
ketertinggalan budaya (cultural lag) khususnya budaya nonmateriil.
II.8.4.
Teori Dramaturgi Evering Goffman
Dalam teori
Dragmaturgi Goffman tidak berupaya minitkberatkan pada struktur sosial,
melainkan pada interaksi tatap muka atau kehadiraan bersama (co-presence).
Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasnya sebagai individu yang saling
mempengaruhi tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masng berhadapan
secara fisik.Teori Darmaturgi tersebut dapat dkemukakan sebagai berikut :
a. Dalam
suatu situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai
situasi suatu penampilan, sedangkan orang-orang lain yang terlibat di dalam
situasi itu disebut sebagai pengamat atau partispan lainnya.
b. Membatasi
sebagian pola tindakan yang telah diterapkan sebelumnya, terungkap pada saat
melakukan pertunjukan yang juga dapat dilakukan maupun diungkapkan dalam kesempatan
lain.
c. Seseorang
dapat menyajikan suatu show bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap
petunjukan tersebut dapat berbeda-beda.
d. Panggung
depan adalah bagian penampilan indvidu yang secara teratur berfungsi sebagai
metode umum untuk tampil didepan publik sebagai sosok yang ideal.
e.
Pada panggung belakang,
terdapat sejenis “masyarakat rahasia “ yang tidak sepenuhnya dapat dilihat
diatas permukaan. Dalam hal ini tidak mustahil bahwa tradisi dan karakter
pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan di depan. Dengan demikian,
ada kesenjangan peranan maupun keterkaitan peranan ataupun role embracement.
II.8.5. Teori
struktur Anthony Giddens
Bagi giddens dualisme makro vs mikro
yang sudah lama menandai mazhab-nazhab seperti fungsionalisme parsons,
nteraksional-simbolis goffman, strukturlisme levi-starauus, marxisme Althusser,
psikoanalisa Freud, dan post-strukturalisme menyebabkan kaitan dan mikri dan
makro selalu ditandai oleh suatu patahan,singkatnya,suatu missing link. Link
missing itu berupa masalah epitimologis yang tidak bisa ditepis begitu saja
dari teori ilmu-ilmu sosial.Dan Giddens telah menyajikan sintesa baru baik
dalam gejala globalisasi maupun dalam perkara identitas diri yang kedengaraan
personal, terlibat dualitas struktur pelaku.Giddens mejawab dengan mudah
“menunjukan bahwa pelaku itulah yang menjadi agenda teoritis Giddens. Dalam
teori strukturasi, ia mencoba menbangkitkan kembali subyek yang menurutnya
sedang dikubur oleh teori ilmu-ilmu sosial
II.8.6.Teori Globalisasi “ of nothing”
Teori globalization of nothing dari
Ritzer (2004) yang disajikan dalam buku Globalization of nothing : why so many
so much out of so little. Suatu meta teori yang menganalogikan”nothing” sebagai
bentuk yang distingatif dan menggelobal. Terdapat empat sub tipe; (1)
non-places, seperti pusat perbelanjaan mall, (2) non-things seperti kartu
kredit, (3) non-places, seperti karyawan yang diasosiasikan telemarker,(4) non
servis seperti ATM.
BAB IIIPENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari bebrapa uraian mengenai
sosiologi kami dapat menyimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
banyak tentang masyarakat dan kegiatan yang ia lakukan. Sebagai ilmu yang mempelajari
tentang kemasyarakatan, sosiologi terbagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan
kajianya masing-masing, diantaranya yaitu sosiologi pedesaan, sosiologi
industri, sosiologi perkotaan, sosiologi medis, sosiologi wanita, sosiologi
militer, sosiologi keluarga, sosiologi pendidikan, dan sosiologi seni.
Sosiologi
merupakan suatu ilmu yang relative baru bila dibandingkan dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial lainya. Sosiologi mulai berkembang pada pertengahan abad ke-19
tepatnya tahun 1839, sosiologi berasal dari kata latin
socius yang berarti kawan, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, sosilogi berarti berbicara
mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu
pengetahuan.
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial yang
lain, sosiologi juga mempunyai berbagai konsep, generalisasi, dan juga teori.
Adapun konsep dan generalisasi yang ada dalam sosiologi diantaranya yaitu,
masyarakat, peran, norma, sanksi, interaksi sosial, konflik sosial, perubahan
sosial, penyimpangan dan sebagainya. Sedangkan teori-teori yang ada dalam ilmu
sosiologi diantaranya yaitu, teori tindakan sosial dan sistem sosial, teori
evolusi, teori teknologi dan ketertinggalan kebudayaan (curtural lag), teori
dramaturgi, teori struktura, teori globalisasi “no thing”, dan lain sebagainya.
III.
2 Saran
Dengan tersusunya makalah mengenai sosiologi ini, semoga
kita lebih dapat memehami tentang ilmu sosiologi dan segala aspek yang terdapat
didalam ilmu sosiologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo, S. 1982. Pokok-pokok
Sosiologi Sebagai Penunjang Studi hukum. Bandung: Ofste Alumni.
Ismail,
Rita. 2007. Sosiologi Keperawatan. Yogyakarta: EGC.
Priyono, H. 2003. Anthony Giddens.
Jakarta: Gramedia.
Soehartono, I. 1995. Metode
Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus, Rosman. 2006. Teori Darwin
dalam Pandangan Sains dan Islam. Yogyakarta:
Gema Insani
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami Kembali
Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Baca juga :
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar imu geografi
Pengantar ilmu psikologi
Baca juga :
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar imu geografi
Pengantar ilmu psikologi
No comments:
Post a Comment